Ramadhan adalah kesempatan spesial bagi segenap umat muslim untuk mensucikan dirinya kembali setelah sebelas bulan sebelumnya dihadapkan pada beragam realitas yang membekasi diri kita ini dengan dosa dan kesalahan. Momentum ramadhan yang hanya ada setahun sekali ini teramat sayang apabila dibiarkan berlalu begitu saja tanpa kita memperoleh manfaat sedikitpun darinya.
Saat ini kita sudah berada di sepuluh hari kedua bulan Ramadhan, yang mana dalam sebuah hadits Rasullulah Muhammad SAW pernah bersabda bahwa pada sepuluh hari kedua Ramadhan Allah SWT membukakan pintu maghfirah atau ampunan yang seluas-luasnya kepada seluruh hamba-Nya yang berkenan meminta ampun kepada-Nya. Bagaimanapun juga, sebagai manusia biasa kita semua tidak terlepas dari dosa dan kesalahan. Bahkan setiap manusia itu berdosa, namun sebaik-baik manusia yang berdosa adalah mereka yang bertaubat. Apabila kita menyadari hal ini maka kesempatan sepuluh hari kedua bulan suci Ramadhan ini akan benar-benar kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita memiliki keterhubungan dengan Allah SWT (Hablum Minallah) dan hubungan dengan sesama manusia (Hablum Minannas). Sehingga potensi kesalahan atau dosa yang kita lakukan juga tidak akan terpisahkan dari dua hal itu. Allah SWT menghadirkan bulan Ramadhan agar kita semua menscuikan diri kita kembali, terutama agar kita dengan tulus memohon ampunan dari-Nya. Kita menunaikan ibadah puasa dan juga membayarkan zakat fitrah yang mana dalam hal ini kita sebenarnya tengah dituntun oleh-Nya untuk benar-benar membersihkan diri dalam segala hal yang terkait dengan-Nya. Sehingga kelak setelah Ramadhan berakhir maka kita kembali fitri laksana bayi yang baru lahir. Suci tanpa dosa.
Era Digital Mendukung "Hablum Minannas"
Sebaik apapun urusan kita dengan Allah SWT, apabila kita tidak membarenginya dengan kebaikan  kepada sesama manusia juga maka urusan kita belum sepenuhnya selesai. Kesalahan kita kepada manusia tidak akan diampuni Allah SWT selama kita belum meminta maaf dengan tulus kepada mereka yang kita lukai atau sakiti. Dosa-dosa terkait hubungan dengan sesama manusia hanya terselesaikan apabila kita memperbaiki hubungan dengan sesama.
Dalam hal ini peran silaturahmi sangatlah besar. Kita diajarkan untuk menjaga ukhwah islamiyah, tali persaudaraan, atau hubungan baik dengan sesama. Terlebih hubungan dengan sanak kerabat terdekat. Ayah, ibu, saudara, suami, istri, anak, adik, kakak, dan lain sebagainya. Mungkin bagi mereka yang tinggal dalam lingkungan yang sama atau di wilayah yang berdekatan, intensitas silaturahmi lebih mudah dijaga. Apabila mau, setiap hari pun bisa dilakukan kunjungan keluarga atau pertemuan guna mengakrabkan jalinan hubungan persaudaraan. Lantas bagaimana dengan sanak kerabat dan saudara yang tinggal di tempat yang jauh?
Untuk saat ini di mana digitalisasi sudah memberikan banyak fasilitas dan kemudahan, terpisah jarak yang jauh tidak terlalu menjadi masalah dalam menjaga tali silaturahmi. Jika dulu sesama kerabat yang jauh hanya menjalin komunikasi via telepon sehingga hanya sebatas bisa mendengarkan suaranya saja, maka saat ini sudah ada banyak sekali fasilitas video call yang memungkinkan kita untuk saling bertatap muka.
Apabila dahulu berkirim SMS membutuhkan biaya besar untuk setiap kalimat yang dikirim, saat ini kita bisa mengutarakan kalimat sebanyak apapun tanpa perlu khawatir boros biaya dengan adanya layanan seperti whatsapp, facebook masseger, line, dan sebaginya. Silaturahmi dengan saudara yang berada di tempat jauh terasa lebih hidup berkat perkembangan teknologi digital saat ini.
Hal-hal yang paling sering dibicarakan selama berkomunikasi dengan keluarga atau kerabat yang tinggal di tempat jauh umumnya adalah perihal kabar diri dan kapan akan datang langsung berkunjung satu sama lain. Namun ada sesuatu yang khas dalam jalinan komunikasi kita, khususnya apabila dengan kerabat yang lebih muda atau dengan mereka yang masih anak-anak.
Biasanya saudara "muda" kita seperti keponakan, adik, anak, atau bahkan cucu akan memberikan request khusus kepada kita pada momen-momen silaturahmi itu. Apalagi ketika momennya menjelang atau pada saat hari raya idhul fitri. "Kak, minta uang sakunya dong!", "Adik dapat hadiah apa ya lebaran ini, Kek?", "Om, tante, beliin baju baru untuk lebaran ya.". Kalimat-kalimat itu barangkali yang akan sering kita temui tatkala berkomunikasi dengan sanak kerabat kita.