Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tantangan Berpuasa di Jalan

16 Mei 2019   07:25 Diperbarui: 16 Mei 2019   07:43 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berkendara di jalanan memang memiliki potensi berjumpa dengan hal-hal yang menyebalkan. Akan tetapi hal itu bukanlah alasan bagi kita untuk kalah terhadap emosi dan hasrat kita. Menjadi tidak ada gunanya kita berpuasa apabila sampai kehilangan kendali terhadap emosi.

 Jika hal ini sampai terjadi maka training yang diberikan oleh Allah SWT melalui ibadah puasa yang kita jalani ini tidak akan memberikan kontribusi maksimal terhadap perbaikan diri kita.

Puasa adalah tentang bagaimana kita melatih kendali diri (self control). Melatih kendali diri itu kita lakukan ketika berhadapan dengan situasi yang menantang emosi seperti bertemu kemacetan dijalan dan waktu berbuka puasa sudah hampir tiba. 

Kalau kita tidak mampu menahan diri terhadap usikan yang bisa kapan saja datang, maka emosi akan menguasai diri dan kita pun kehilangan jati diti kita sebagai makhluk sempurna ciptaan Allah SWT. 

Mengapa bulan Ramadhan ini begitu mulia? Salah satunya adalah karena pada bulan ini setan dibelenggu. Dibelenggu disini mungkin sering ditafsirkan oleh banyak orang bahwa setiap manusia akan terhindar dari godaan setan karena makhluk itu telah diikat dan tidak lagi berkeliaran. 

Namun dari keyakinan penulis sebenarnya makna dibelenggu itu adalah kita mengendalikan diri kita sendiri serta membelenggu setiap pikiran negatif, emosi negatif, dan godaan nafsu yang cenderung menjerumuskan diri kita. Karena kita mengendalikannya maka setan terbelenggu, karena kita menahannya maka nafsu kita tunduk, karena kita menguasainya maka emosi kita tidak meluap-luap. 

Hal inilah yang tidak terjadi pada mereka yang berpuasa sebatas menahan lapar dan dahaga saja sedangkan sikap dan perilaku mereka tidak. Ibadah puasa itu harus kaffah, utuh, sempurna. Sehingga kelak kita bisa mendapatkan apa yang disebut dengan kembali ke fitrah, laksana bayi yang baru lahir.

Nafsu kita ditundukkan dan emosi kita dikendalikan. Poin pentingnya adalah ketika berpuasa kita tengah mengasah diri untuk satu kemampuan paling vital dalam hidup manusia. 

Kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri. Hal ini memang tidak semudah yang dikatakan. Jikalau memang mudah, maka bulan Ramadhan tidak akan pernah datang untuk "melatih" kita. 

Apakah kita berkenan untuk menjalankan ibadah puasa ini dengan sebaik-baiknya atau tidak itu semua bergantung pada diri kita masing-masing. Hanya saja bagi siapapun yang mendedikasikan dirinya secara utuh untuk menunaikan ibadah puasa ini, maka keuntungan besar akan diperolehnya. 

Jika selama ini kita memiliki paradigma bahwa sukses tidaknya seseorang bergantung pada kualitas IQ yang dimiliki, hal itu harus kita ubah. Karena paramaeter uji yang paling baik untuk mengukur sukses tidaknya seseorang adalah dari seberapa baik kemampuannya untuk mengendalikan diri. Uji marshmallow adalah salah satu yang paling populer untuk membuktikan hal ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun