Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Perlunya Menjaga Rahasia Pilihan Pasca Pemilu

18 April 2019   15:18 Diperbarui: 18 April 2019   15:29 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan umum (pemilu) serentak sudah selesai dilakukan dengan aman dan kondusif. Segenap warga negara sudah mempergunakan hak pilihnya pada tanggal 17 April 2019 kemarin. Terlepas masih adanya kekurangan disana-sini, adanya kontroversi quick count, dan segala pemberitaan yang menyertainya kita tetap harus memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terlibat menyukseskan even pesta demokrasi lima tahunan ini. 

Warga yang bertugas sebagai panitia pemungutan dan perhitungan suara dengan antusias melayani semua proses pemilu yang dilakukan di seluruh pelosok tanah air. Segala kekurangan atau persoalan yang terjadi hendaklah dijadikan pembelajaran bersama agar pada periode mendatang kondisi serupa tidak terulang kembali. Meskipun sebagian besar proses pemungutan suara sudah selesai dilakukan, namun kita harus bersabar menunggu pengumuman resmi yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) terkait siapa yang mendapatkan amanah rakyat.

Kontestasi pemilu mungkin bisa dikatakan telah selesai. Masa-masa kampanye sudah berakhir, periode penggalangan masa sudah berlalu, dan hari pencoblosan pun sudah selesai dilakukan. Beberapa waktu lalu mungkin kita terbelah oleh karena perbedaan sikap serta pilihan politik. Akan tetapi hal itu semestinya tidak perlu lagi terjadi sekarang atau dimasa-masa mendatang. 

Jikalau boleh menoleh kembali ke belakang, mengapa sih kita sampai harus bertikai karena pemilu? Mengapa media sosial (medsos) begitu panas membenturkan dua kubu berseberangan? Mengapa begitu banyak kegaduhan terjadi di masyarakat selama menjelang masa pemilu? Memiliki pandangan politik berbeda satu sama lain tentu sah-sah saja dilakukan. Berpihak pada salah satu calon pun juga lumrah dilakukan. 

Melihat fenomena saat kini sebagian masyarakat kita sudah dengan begitu terbuka menunjukkan dukungannya. Hampir setiap orang dengan bangga menunjukkan kepada siapa ia berpihak dan kepada siapa ia memberikan dukungan. Barangkali bisa dikatakan kalau pemilu sebenarnya sudah berlangsung bahkan sebelum hari H pencoblosan. Seperti sudah tidak ada lagi rahasia tentang pilihan yang kita ambil. Semua begitu terbuka dan semua bisa mengetahui isi kepala orang perorang terkait penggunaan hak pilihnya.

Seperti menjadi sebuah magnet tersendiri untuk menguak sisi tersembunyi dari suatu fenomena. Lembaga survei merupakan gambaran nyata tentang begitu ingin tahunya kita terhadap sesuatu yang sebenarnya hanya cukup menjadi konsumsi pribadi masing-masing orang. Lembaga survei menjalankan fungsi "intip-mengintip" isi kepala seseorang perihal pilihan juga kehendaknya. 

Mengetahui rahasia tentu memberikan keuntungan tersendiri, terutama bagi pihak-pihak yang mengerti betul apa dan bagaimana memanfaatkan rahasia tersebut. Berbagai metode tersebut dilakukan, mulai dari mendatangi orang-perorang hingga mewancarai warga yang baru selesai menggunakan hak pilihnya, semua itu dilakukan hanya untuk menciptakan gambaran besar dari suatu kondisi yang serba terbatas. Memang dalam hal ini metodologi ilmiah dipergunakan dengan tingkat ketepatan yang cukup tinggi. Hanya saja kita harus menyadari bahwa selalu ada peluang untuk salah. Oleh karenanya kita mesti lebih bijak dalam memandang situasi ini.

Apakah asas rahasia dalam pemilu masih benar-benar kita pegang bersama? Tidak secara utuh. Era digital telah menghilangkan sekat-sekat pembatas sehingga memungkinkan kita saling mengetahui preferensi politik satu sama lain. Bilik suara hanyalah tabir sesaat untuk "menyembunyikan" pilihan seseorang. Akan tetapi setelah itu sepertinya rahasia sudah tidak ada lagi. 

Menulis status di medsos terkait pilihan yang diambil sewaktu memberikan suara hanyalah satu dari sekian cara membuka rahasia warga negara, belum lagi memperbincangkan pilihan dengan sanak kerabat atau rekan sejawat. Memang bukan sesuatu yang tabu untuk memperbincangkan pilihan politik kita masing-masing, akan tetapi ketika hal itu dilakukan maka nilai kerahasiaan itu terletak di mana lagi?

Terkadang sebuah rahasia tetap perlu menjadi rahasia tanpa perlu diungkapkan identitas kerahasiaannya itu. Ada nilai manfaat yang cukup besar dari terjaganya suatu rahasia. Tidak perlu ada konflik dan kontroversi oleh karena perbedaan penafsiran dan bias yang ditimbulkan akibat perbedaan penafsiran. 

Biarlah rahasia itu dimaknai sebagai warni-warni yang memperindah demokrasi bangsa kita. Biarlah setiap orang menyimpan sendiri rahasia pilihannya. Cukup bagi kita berharap bahwa siapapun yang terpilih nanti bisa memberikan kontribusi terbaik untuk kesejahteraan bangsa.

Salam hangat,

Agil S Habib  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun