Anggapan inilah yang membuat kita terkesan lebih menghargai berita negatif dibandingkan berita positif. Yang positif itu harus, maka tidak perlu dibahas. Lain halnya dengan hal negatif, perlu diperbincangkan karena menguak sisi kekurangan dan punya potensi untuk diperbaiki.Â
Paradigma kita sudah mengarahkan tindakan kita bahwa yang baik-baik biarkan saja, concern saja pada yang buruk dan perlu perbaikan. Padahal anggapan seperti ini justru semakin melemahkan seseorang untuk berkembang.
Menjadi pribadi yang senantiasa berfikir positif, melihat dari sudut pandang positif, dan hanya memperbincangkan hal-hal positif lebih mungkin bangkit antusiasmenya daripada mereka yang berlaku sebaliknya. Dengan sesuatu yang positif kita akan melihat harapan dan peluang. Putus satu tumbuh seribu.Â
Banyak jalan menuju Roma. Sehingga sebuah kegagalan tidak akan disikapi sebagai keterpurukan, namun justru sebagai peluang belajar untuk tumbuh menjadi lebih baik lagi.
Ketiga jurus ini harus kita asah sesering mungkin agar supaya terpatri secara otomatis pada perilaku dan sikap kita sehari-hari. Layaknya seorang ahli beladiri, ia mesti mengasah setiap jurusnya dari waktu ke waktu hingga ia mahir dan tanpa perlu komando lagi dalam melakukannya.Â
Ketika antusiasme telah menjadi bagian diri kita yang bekerja secara otomatis, maka energi kita seakan tidak pernah habis dalam berjuang menuju target-target yang ditentukan.Â
Kreativitas kita tidak akan mati selama antusiasme tetap terjaga. Kondisi inilah yang sangat kita perlukan agar mampu eksis dan tumbuh menjadi pribadi yang luar biasa.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H