Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Generasi "Celometan" yang Bicara Tanpa "Tedeng Aling-Aling"

26 Maret 2019   08:00 Diperbarui: 26 Maret 2019   08:02 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berkomentar di dunia maya hendaknya tidak asal berkata-kata (Ilustrasi gambar : www.shutterstock.com)

Pada saat menemukan pemberitaan yang menurut kita tidak sesuai, maka kita bisa dengan santai melakukan penyangkalan atau persetujuan dari komentar yang kita berikan. Jikalau komentar yang diberikan adalah komentar ringan dan tidak menyinggung siapapun, barangkali tidak menjadi soal. 

Akan tetapi tidak jarang kita berkomentar sinis atau bahkan berceletuk kejam terhadap statement seseorang karena kita merasa aman tidak berhadapan face to face dengannya. Motivasi setiap orang dalam berkomentar di dunia maya mungkin berbeda-beda antara satu dengan yang lain.  Hanya saja yang menjadi masalah disini adalah komentar-komentar sinis, pedas, menusuk, dan tanpa tedeng aling-aling yang ditujukan kepada individu atau kelompok tertentu. Ada teman yang memasang status foto liburan, dikomentari pamer. 

Ada yang meng-upload video pribadi, dianggap narsis. Ada yang menulis status memihak capres tertentu, dikomentar panjang lebar dari A sampai Z. Jika komentar atau argumentasi yang diberikan itu disampaikan secara baik dengan dilatarbelakangi semangat untuk membangun kepentingan bersama, bukan sekadar ego pribadi, maka hal itu akan jauh lebih baik dibandingkan sekadar kita bercelomet tidak jelas tanpa adanya semangat memberi solusi.

Mungkin dulu semasa sekolah kita sering menjadi pribadi celometan di kelas, menyeletuk asal, dan berkata-kata tidak penting selama proses belajar berlangsung. Ditengah era teknologi informasi yang saat ini sudah menjadi lokomotif terdepan suatu peradaban, kebiasaan untuk berceloteh itu tentu juga harus kita letakkan secara tepat.

 Celetukan yang menurut kita ringan bisa berefek luar biasa dengan adanya UU ITE yang mengatur lalu lintas dalam berbicara. Orang-orang diluar sana yang tidak senang dengan statement kita bisa memperkarakan setiap kata-kata yang kita tuliskan. Ketika kita berbicara dan berceletuk, hasil perkataan kita hanya terdengar dan kemudian menguap bersama udara. Namun celetukan kita di dunia maya akan tetap direkam dan tentu sulit untuk menghilangkannya. 

Oleh karena itu kita hendaknya lebih mampu menjaga setiap tutur kata atau celetukan-celetukan kita dalam mengomentari suatu situasi dan kondisi tertentu. Mungkin kita tengah berada didalam pusaran generasi yang haus akan eksistensi dan ego. Segala hal dipandang remeh ketika tidak sesuai dengan pandangan yang dimilikinya melalui celotehan, celetukan, dan sikap celometan kita. Untuk itu kita perlu untuk lebih mendewasakan diri memandang segala peristiwa yang ada. Lebih bijak serta lebih berfikir jauh kedepan sebelum mengungkapkan kata-kata.

Salam hangat,

Agil S Habib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun