Ketika kita mendapati apa yang kita pernah ucapkan dalam doa terwujud dalam kenyataan, kemudian kita mengatakan bahwa doa kita terkabul. Sisi lain dari keterwujudan doa ini adalah bahwa kekuatan repetisi telah memberikan kemampuan kita untuk berbuat selaras dengan lantunan doa yang kita panjatkan.Â
Kita berdoa agar dilancarkan dalam segala urusan bisnis, secara tidak langsung doa itu mengarahkan alam bawah sadar kita untuk bergerak selaras dengan hal itu. Sehingga menjadi sangat penting melantunkan doa sepenuh hati.Â
Bagaimanapun juga, kekuatan terbesar itu terletak didalam rasa (soul) bukan didalam pikiran (mind). Inilah mengapa ada kalimat bijak agar berdoa sepenuh hati, bukan berdoa sepenuh pikiran. Setulus hati, bukan setulus pikiran.
Manusia adalah makhluk spiritual. Hal ini terbukti dari ditemukannya fungsi otak God Spot oleh V.S Ramachandran, seorang pakar dari California University. Fungsi otak ini adalah tentang pencarian jati diri manusia, untuk apa ia hidup, mengapa ia hidup, dan kemana ia menuju kelak. Doa adalah mekanisme keterhubungan manusia dengan penciptanya.
Sarana komunikasi makhluk dengan Sang Pencipta. Dalam kaitannya dengan hal ini, doa memiliki dua dimensi yang berbeda. Pertama, dimensi yang menghubungkan seseorang dengan Dzat yang Menguasai Segalanya. Kedua, dimensi yang menyangkut sugesti diri dan pembentuk keyakinan.Â
Doa yang dipanjatkan secara berulang-ulang akan meliputi komunikasi intens yang dijalin dengan Sang Pencipta serta upaya repetitif membangun keyakinan terhadap nilai dari doa yang diutarakan. Dengan demikian, doa akan membentuk karakter yang luar biasa kedalam diri seseorang dan juga meningkatkan keyakinan bahwa ia akan mampu berbuat serta mewujudkan hal-hal yang ia sampaikan melalui doa.
Salam hangat,
Agil S Habib
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H