"Kak, ibu hari ini tidak masak. Kakak tolong pergi ke warung ya belikan nasi bungkus 4 porsi untuk ayah, ibu, kakak, dan adik. Untuk ayah, ibu, dan adik lauknya telor mata sapi semua ya. Kalau untuk kakak terserah mau lauk apa." Pinta seorang ibu kepada anak pertamanya.Â
"Biar adik saja ya yang pergi ke warung, Bu. Kakak masih capek." Jawab sang anak dengan nada malas.Â
"Tapi kan adik belum pulang dari les, Kak. Bisa kesorean nanti kalau tidak segera beli. Keburu ayah pulang." Ucapan sang ibu mau tidak mau memaksa si anak untuk beranjak dari tempat duduknya sembari bergumam pelan, "Males banget sih jalan kaki ke warung. Mana jalanan becek lagi. Seandainya saja ada orang yang bisa disuruh pergi ke warung... Mmmmhhh."Â
Siapa sangka ternyata "harapan" dari sang anak itu saat ini telah benar-benar terwujud melalui layanan grab food ataupun go food. Bahkan lebih dari itu, transportasi bisa dipesan secara online, belanja barang-barang kebutuhan juga bisa dilakukan serupa, dan bahkan bersih-bersih rumah pun tidak perlu kita sendiri atau sosok pembantu rumah tangga untuk melakukannya karena ada layanan kebersihan freelance yang ditawarkan melalui aplikasi go clean.Â
Para individu kreatif senantiasa melihat peluang dari setiap situasi dan kondisi yang terjadi di sekitar maupun dalam kehidupan pribadinya sendiri. Setiap aktivitas yang bisa disederhanakan akan terus dicari langkah perbaikannya.Â
Jikalau dahulu belanja barang-barang kebutuhan kita harus pergi ke toko atau supermarket, saat ini sudah ada lazada, bukalapak, tokopedia, dan masih banyak lagi aplikasi penyedia layanan belanja online.Â
Belum lagi yang dijalankan oleh perorangan dengan jumlah yang bisa jadi lebih banyak dan bervariasi. Semua layanan ini ditujukan agar kita tidak perlu capek-capek lagi jalan keluar rumah berpanas-panasan, kehujanan, atau memarkir kendaraan.Â
Cukup dengan duduk manis di rumah, mengklik barang-barang sesuai kebutuhan, dan pesanan kita segera meluncur ke destinasi tujuan. Mudah, praktis, dan cepat.Â
Inovasi bisnis berbasis teknologi ini pada dasarnya memang dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dan mempraktiskan segenap aktivitas masyarakat dalam menunjang hidup sehari-harinya.Â
Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa terkadang keengganan seseorang untuk melakukan sesuatu seperti pergi ke keramaian pasar untuk berbelanja bahan-bahan kebutuhan atau pergi ke rumah makan untuk membeli makanan merupakan sebuah peluang lahirnya bisnis pelayanan yang menghadirkan solusi terkait keengganan seseorang tersebut.Â
Jikalau semua orang menolak untuk malas melakukan perjalanan ke toko, pasar atau supermarket untuk berbelanja mungkin layanan bisnis seperti lazada, tokopedia, atau bukalapak tidak akan berkembang sepesat sekarang.Â
Apabila setiap orang memilih untuk tetap beraktivitas sendiri dalam membeli kebutuhan akan makanan maupun jajanan, mungkin sistem pelayanan delivery order tidak akan menemukan market share-nya.
Kata orang, kemalasan tidak akan memberikan manfaat apapun bagi hidup seseorang. Namun sebuah kemalasan ternyata tidak sepenuhnya sia-sia keberadaannya.Â
Sebuah kemalasan yang dialami oleh seseorang bisa menjadi sebuah inspirasi bagi orang lain atau dirinya sendiri untuk membuat sebuah kreasi baru yang memberikan solusi terhadap kemalasan itu.Â
Barangkali tidak banyak yang mengakui bahwa sebenarnya sebuah kemalasan telah menghadirkan peluang baru terhadap berkembangnya sebuah zaman.Â
Otak manusia telah didesain untuk melakukan proses-proses secara efisien, termasuk ia akan terus mencari cara agar bagaimana sebisa mungkin seseorang tidak perlu terlalu banyak bergerak tapi tetap dapat memenuhi semua kebutuhan seperti biasa.Â
Seperti halnya kita sedari dulu hingga sekarang masih sering membeli makanan di warung atau rumah makan. Perbedaannya adalah dulu kita bersedia untuk pergi sendiri membelinya, tapi sekarang ada fasilitas yang lebih memanjakan kita melalui sistem pesan antar.
Zaman akan terus berkembang, era akan terus berganti, dan peradaban akan terus menemukan hal-hal baru yang semakin hari semakin mengefisienkan setiap prosesi aktivitas manusia sedari sejak bangun tidur hingga tidur lagi.Â
Permasalahannya sekarang adalah apakah kita hanya bisa menunggu dan menjadi objek atas pergeseran zaman itu atau kita bisa menjadi salah satu pelaku yang berkontribusi terhadapnya.Â
Hadirnya perasaan malas melakukan suatu aktivitas barangkali merupakan sebuah pertanda bahwa kita harus mencoba hal baru yang lebih memberikan kita rasa nyaman serta lebih memudahkan diri kita dalam melakukan aktivitas itu. Bukannya justru kita ikut larut dalam kemalasan dan keengganan untuk bertindak.
Salam hangat,
Agil S Habib Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H