Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

"Resign" dan Kepergian Para Sahabat

11 Maret 2019   07:49 Diperbarui: 11 Maret 2019   20:02 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memutuskan resign dari tempat kerja merupakan sebuah langkah menuju dunia baru (Ilustrasi gambar : money.com)

Sebuah pekerjaan dimanapun tempatnya mungkin dipandang tidak jauh berbeda. Sama-sama menuntut disiplin dan kecekatan kita dalam bekerja. Namun disisi lain ada bagian penting dalam suatu pekerjaan dimana kita terlibat hubungan secara emosi dengan manusia-manusia yang lain. 

Hubungan ini menciptakan kesan nyaman, kesan sayang, kesan respect, kesan benci, dan lain sebagainya. Apabila kesan yang dibangun adalah sebuah kesan yang positif, kepergian sosok pemberi kesan akan menyisakan sebuah kesedihan. Terlebih ketika jalinan komunikasi kerja sudah merambah menjadi sebuah jalinan persahabatan yang kental. 

Kepergian sosok sahabat untuk meninggalkan kebersamaan dalam bekerja selama ini adalah ujian dari persahabatan itu sendiri. Akankah pertemanan itu hanya diikat oleh kesamaan pekerjaan ataukah memang ada satu nilai lebih yang mendasarinya?

Dalam beberapa kesempatan resign kerja seorang rekan kerja dipandang biasa-biasa saja, khususnya untuk mereka yang tidak merasa memiliki kaitan emosi apapun. 

Akan tetapi berbeda halnya dengan orang-orang yang terjalin sisi emosinya dengan orang tersebut, terlebih oleh mereka yang emosinya sudah terikat kuat satu sama lain sebagaimana halnya seorang sahabat. 

Kesedihan, bahkan mungkin tetesan air mata akan mengiringi kepergian seorang rekan kerja yang selama ini dianggap memiliki nilai lebih dalam menjalankan peranannya. 

Sebuah pekerjaan memang benar adalah sebagai sarana mencari nafkah. Akan tetapi, sebuah pekerjaan juga membawa kita menemukan keluarga baru yang sebelumnya tidak diikat oleh hubungan darah sekalipun. Disana kita bersua dengan pribadi yang berbeda-beda namun memiliki kesamaan pandangan yang membuat sisi emosi kita terhubung.

Setiap dari kita mungkin memiliki pandangan dan persepsi masing-masing dalam melihat pekerjaan atau profesi yang kita jalani saat ini. Mari kita lihat rekan kerja kita yang selama ini bersikap baik kepada kita. 

Apakah kita juga sudah bersikap baik kepadanya? Bayangkan seandainya besok adalah hari terakhir bekerja dari sosok-sosok rekan hebat dalam pekerjaan kita. 

Apa yang ada di benak kita? Mungkin kita yang selama ini memandang sinis seseorang dalam pekerjaan bisa seketika berubah sikpanya tatkala melihatnya berpamitan kepada kita untuk pergi menuju tempat lain. 

Terkadang kita baru sadar betapa besarnya peranan seorang rekan dalam mendukung pekerjaan kita di saat ia menuju masa purna tugasnya. Barangkali memang benar syair lagu dari DEWA 19, bahwa cinta itu tidak akan terukur dalamnya hingga saat perpisahan tiba. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun