Merupakan sebuah fenomena yang biasa terjadi ketika di suatu organisasi, institusi, instansi, lembaga, atau perusahaan ada sebagian orang-orang yang sebelumnya menjalani profesi di sana memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya tersebut guna memulai sebuah perjalanan baru.Â
Berpindah ke tempat lain atau beralih menjalani jenis profesi lain barangkali merupakan alasan yang paling sering diajukan oleh seseorang dalam mengambil keputusan resign dari tempatnya bekerja. Pastinya setiap orang memiliki orientasinya masing-masing, dan harapan yang bisa jadi berbeda-beda satu sama lain.Â
Di balik keputusan seseorang untuk resign dari tempat kerja tentu ada bermacam-macam alasan yang mendasarinya. Sebagaimana sebelumnya disebutkan bahwa menjalani profesi baru seperti berwirausaha atau memutuskan untuk berpindah ke lingkup profesi sejenis di tempat lain adalah alasan yang paling sering diutarakan.Â
Akan tetapi penjelasannya sebenarnya lebih dari sekadar dua hal itu saja. Keputusan untuk resign bisa jadi dipicu oleh adanya ketidakpuasan terhadap iklim pekerjaan di tempat lama yang dianggap tidak bisa memberikan dukungan sebagaimana yang diharapkan.Â
Terjadinya konflik individu yang menimbulkan perselisihan juga menyebabkan hadirnya atmosfer kerja yang canggung dan tidak nyaman, sehingga opsi yang dianggap paling tepat adalah mencari tempat lain yang lebih baik.Â
Hal ini berbeda dengan mereka yang memutuskan resign karena ingin menjadi pengusaha. Semangat tinggi dalam berbisnis atau dorongan untuk mengikuti idealisme pribadi menjadikan seseorang tergerak membebaskan diri dari profesi yang menjanjikan rutinitas harian seperti menjadi pekerja atau karyawan suatu perusahaan.Â
Harapan dan asa yang tinggi terhadap hari-hari di masa mendatang adalah pendorong utama dari lahirnya keputusan resign orang-orang golongan ini. Terlepas dari apapun motif yang mendasari seseorang untuk resign dari pekerjaannya, satu hal yang ditimbulkan dari fenomena resign ini adalah rasa kehilangan.
Menjalani rutinitas pekerjaan secara bersama-sama dalam durasi yang tidak sebentar sudah barang tentu menciptakan ikatan emosi dari beberapa individu yang saling terkait dalam komunikasi kerja.Â
Komunikasi yang terjalin selama beberapa waktu meskipun sebagian besar dalam konteks pekerjaan akan meninggalkan jejak secara emosi.Â
Ketika komunikasi kerja berjalan lancar sehingga didalam benak kita muncul anggapan bahwa "Dia adalah orang yang baik.", maka pada saat itulah rekan kerja kita meninggalkan jejak positif pada sistem emosi kita.Â
Kesan positif yang terus ditangkap dari waktu ke waktu seiring intensitas komunikasi yang dilakukan secara tidak langsung membangun ikatan emosi kita. Ikatan positif inilah yang dikemudian hari akan terusik tatkala rekan kerja itu memutuskan untuk resign.
Sebuah pekerjaan dimanapun tempatnya mungkin dipandang tidak jauh berbeda. Sama-sama menuntut disiplin dan kecekatan kita dalam bekerja. Namun disisi lain ada bagian penting dalam suatu pekerjaan dimana kita terlibat hubungan secara emosi dengan manusia-manusia yang lain.Â
Hubungan ini menciptakan kesan nyaman, kesan sayang, kesan respect, kesan benci, dan lain sebagainya. Apabila kesan yang dibangun adalah sebuah kesan yang positif, kepergian sosok pemberi kesan akan menyisakan sebuah kesedihan. Terlebih ketika jalinan komunikasi kerja sudah merambah menjadi sebuah jalinan persahabatan yang kental.Â
Kepergian sosok sahabat untuk meninggalkan kebersamaan dalam bekerja selama ini adalah ujian dari persahabatan itu sendiri. Akankah pertemanan itu hanya diikat oleh kesamaan pekerjaan ataukah memang ada satu nilai lebih yang mendasarinya?
Dalam beberapa kesempatan resign kerja seorang rekan kerja dipandang biasa-biasa saja, khususnya untuk mereka yang tidak merasa memiliki kaitan emosi apapun.Â
Akan tetapi berbeda halnya dengan orang-orang yang terjalin sisi emosinya dengan orang tersebut, terlebih oleh mereka yang emosinya sudah terikat kuat satu sama lain sebagaimana halnya seorang sahabat.Â
Kesedihan, bahkan mungkin tetesan air mata akan mengiringi kepergian seorang rekan kerja yang selama ini dianggap memiliki nilai lebih dalam menjalankan peranannya.Â
Sebuah pekerjaan memang benar adalah sebagai sarana mencari nafkah. Akan tetapi, sebuah pekerjaan juga membawa kita menemukan keluarga baru yang sebelumnya tidak diikat oleh hubungan darah sekalipun. Disana kita bersua dengan pribadi yang berbeda-beda namun memiliki kesamaan pandangan yang membuat sisi emosi kita terhubung.
Setiap dari kita mungkin memiliki pandangan dan persepsi masing-masing dalam melihat pekerjaan atau profesi yang kita jalani saat ini. Mari kita lihat rekan kerja kita yang selama ini bersikap baik kepada kita.Â
Apakah kita juga sudah bersikap baik kepadanya? Bayangkan seandainya besok adalah hari terakhir bekerja dari sosok-sosok rekan hebat dalam pekerjaan kita.Â
Apa yang ada di benak kita? Mungkin kita yang selama ini memandang sinis seseorang dalam pekerjaan bisa seketika berubah sikpanya tatkala melihatnya berpamitan kepada kita untuk pergi menuju tempat lain.Â
Terkadang kita baru sadar betapa besarnya peranan seorang rekan dalam mendukung pekerjaan kita di saat ia menuju masa purna tugasnya. Barangkali memang benar syair lagu dari DEWA 19, bahwa cinta itu tidak akan terukur dalamnya hingga saat perpisahan tiba.Â
Seberapa besar kita mengapresiasi rekan kerja kita, mungkin kita baru akan mengetahuinya disaat kelak ia resign dari pekerjaan yang kita jalani bersama selama ini.
Salam hangat,
Agil S Habib
NB: Tulisan didedikasikan untuk para sahabat yang resign dari pekerjaan menuju destinasi baru. Semoga sukses ditujuan baru kalian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H