Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kontemplasi Hujan

9 Maret 2019   08:26 Diperbarui: 10 Maret 2019   07:10 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hujan adalah anugerah, bukan musibah (Ilustrasi gambar : cdn2.tstatic.net)

Sungguh luar biasa kondisi geografis alam Indonesia dengan intensitas hujan yang hampir selalu ada setiap tahun. Memiliki dua musim, musim hujan dan musim kemarau, membuat tanah Indoensia begitu nyaman untuk dihuni. Di alam Indonesia ini kita bisa merasakan hidup nyaman, mudah dalam menyemai tanaman, dan sarat dengan keindahan alam. 

Meskipun begitu, dalam beberapa waktu tertentu segala bentuk anugerah ini terkadang dianggap sebagai sebuah ancaman dan penebar kekhawatiran. Dikala musim hujan melanda, beberapa daerah merisaukan kemungkinan terjadinya luapan air sungai yang mengakibatkan banjir. 

Ketika air dari langit secara intens turun membasahi bumi Indonesia, sebagian orang justru mengalami ketakutan akan banyaknya tanaman pertanian mereka tergenang, jalan-jalan yang mereka lalui tertutup air, dan rumah-rumah mereka diserbu oleh air.  Sebuah kondisi yang sering jumpai disaat-saat musim hujan seperti sekarang ini.

Ketika Deputi Bidang Meteorologi BMKG menyatakan bahwa akan terjadi peningkatan intensitas hujan di bulan Maret 2019 hal ini menjadi bentuk warning kepada masyarakat yang wilayahnya seringkali menerima efek dari melimpahnya air di musim hujan. Menghentikan hujan tentu bukanlah cara yang bijak, karena harus diakui bagaimanapun juga bahwa hujan tetaplah merupakan rahmat dari Sang Pencipta.  

Yang membuat hujan menjadi suatu permasalahan sebenarnya bukanlah intensitas hujan yang meningkat atau bahkan terjadinya musim hujan itu sendiri. Mengkhawatirkan akan terjadinya banjir atau merisaukan tanaman-tanaman akan terendam air ketika intensitas hujan semakin meningkat bisa dikatakan sebagai kekhawatiran yang kurang tepat sasaran. Mengapa ? Hujan sudah terjadi sedari sejak beratus-ratus hingga berjuta-juta tahun yang lalu. 

Hujan senantiasa menjadi berkah yang luar biasa bagi manusia karena ia membawa serta air yang merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia. Seharusnya hal itu tidak berubah hingga kini. 

Sikap kita terhadap hujan haruslah ditata ulang. Apabila peristiwa banjir, tanah longsor, dan luapan air sungai terjadi ketika memasuki musim hujan, maka yang harus kita tinjau kembali adalah terkait aspek-aspek apa saja yang berbeda dari kondisi dahulu dengan sekarang. Apakah aliran sungai sekarang selancar dulu? Apakah penampungan air sekarang sebaik dulu? Apakah sistem irigasi sudah kelola dengan baik? Hujan adalah sebuah keniscayaan yang akan selalu terjadi dari dulu hingga nanti. 

Penyikapan kita terhadap hujanlah yang terpenting. Kita mengetahui karakteristik air seperti apa, kita mengetahui air yang melimpah memerlukan "wadah" untuk mengalir dengan lancar, kita mengetahui bahwa sifat air hujan cenderung sama dari waktu ke waktu. Apakah dahulu hujan air tetapi sekarang berganti hujan meteor? Tidak! 

Dengan segala pengetahuan yang kita miliki seharusnya hal ini membuat kita lebih memahami dan mampu memberikan penyikapan yang tepat terhadap fenomena hujan ini. 

Permasalahan sebenarnya ketika hujan dianggap sebagai sumber masalah terletak pada perilaku kita masing-masing. Kita dengan seenaknya saja membuang sampah ke sungai, kita dengan mudahnya mengambil lahan sungai yang merupakan hak aliran air, dan kita menebang banyak pohon tanpa menyeimbangkannya. Semua perbuatan kita itu apakah tidak memberikan konsekuensi apapun? 

Mengkhawatirkan intensitas hujan yang tinggi mungkin sah-sah saja, akan tetapi sikap yang kita tampilkan harusnya juga tepat sasaran. Kita seringkali saling mengingatkan terkait urgensi membuangsampah pada tempatnya atau menghindari membuang sampah di sungai ketika ancaman luapan sungai tengah mengintai dari dekat. Padahal di hari-hari yang lain perilaku kita terlihat seolah tanpa dosa pada saat melakukan hal-hal itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun