Momentum untuk memperbaiki perilaku kita seringkali tidak ter-maintain dengan baik. Sudah berapa kali seruan untuk menjaga alam dan merawat lingkungan ini digaungkan? Sudah sejak lama pastinya.Â
Terkadang kesadaran diri terhadap suatu kesalahan itu datang terlambat. Baru ingat bahwa tindakannya kurang tepat pada saat menerima konsekuensi yang tidak diinginkan. Pada akhirnya seiring terus berulangnya situasi dan kondisi ini setiap tahunnya membuat pola pikir seseorang cenderung suka meremehkan dan menganggap enteng sesuatu. "Oh, banjir sudah biasa terjadi disini!", "Kami menunggu anksi dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan tahunan yang terjadi di setiap musim hujan." Apakah kalimat-kalimat itu yang biasanya kita lontarkan?
"Telah tampak kerusakan di darat dan di alur sebagai akibat ulah tangan manusia sendiri...". Hujan memiliki nilai manfaat yang luar biasa bagi manusia. Alam memiliki sikap yang bersahabat kepada kita apabila kita bersahabat kepada mereka. Â
Dan hal inilah yang harus kita renungi bersama. Peringatan bahwa intensitas hujan akan meningkat disatu sisi memiliki maksud untuk mencegah potensi masalah yang ditimbulkan oleh air hujan.Â
Akan tetapi disisi lain peringatan itu sebenarnya adalah teguran bagi kita untuk melihat kembali perilaku kita terhadap alam kita. Sudahkah kita bersikap baik kedapanya ataukah justru perbuatan kita selama ini sudah semena-mena. Mari berkontemplasi untuk menata ulang sikap kita kepada alam.
Salam hangat,
Agil S Habib
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI