Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Sang Perantau Tak Ingin (Kembali) Pulang

26 Februari 2019   13:06 Diperbarui: 26 Februari 2019   20:37 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup merantau bisa dibilang merupakan tantangan bagi sebagian orang. Dengan merantau berarti seseorang harus meninggalkan tanah kelahirannya, dengan merantau itu artinya seseorang harus berada jauh dari keluarga yang dicintai, dengan merantau sama halnya kita harus berpisah dengan sahabat serta kawan-kawan sepermainan dan seperjuangan. 

Melihat suasana baru, lingkungan baru, masyarakat baru, dan bertemu orang-orang baru adalah sebuah keniscayaan bagi seorang perantau. Tantangan menghadapi karakter orang lain yang berbeda latar belakang budaya, gaya bahasa, dan mungkin juga terkait cara berbicara mengharuskan seorang perantau untuk bisa beradaptasi dengan segala perbedaan situasi dan kondisi tersebut. 

Merantau memberikan seseorang khasanah baru dalam memandang realitas hidup, hal ini memberikan penyadaran bahwa ternyata kita berada di tengah-tengah komunitas yang beragam berikut keunikan-keunikan yang menyertainya.

Merantau jauh dari kampung halaman memiliki berbagai macam tujuan. Ada yang merantau untuk menempuh pendidikan atau menuntut ilmu, ada yang merantau untuk bekerja, ada yang merantau untuk mencari penghidupan yang lebih baik, dan ada yang merantau untuk memperjuangkan nilai-nilai yang diyakini dalam hidup. 

Apapun alasan yang melatarbelakangi seseorang untuk merantau, merupakan sebuah keberanian besar bagi pribadi seseorang yang bersedia mengambil keputusan ini. 

Bagaimanapun juga, tidaklah mudah bagi setiap orang meninggalkan hal-hal lama yang sudah sekian lama menghiasi dan mewarnai hari-hari di kehidupannya. 

Sehingga tatkala kenyamanan itu mampu ditinggalkan, tentu saja hal itu adalah keputusan besar dalam hidup.  Dibalik setiap alasan yang mendasari seseorang untuk merantau biasanya disertai hasrat untuk suatu saat kembali lagi ke tempat asal. 

Seorang anak kampung yang merantau jauh ke kota atau bahkan ke luar negeri suatu saat akan merasakan kerinduan pada kampung halaman. Fenomena ini sering kita jumpai setiap kali libur lebaran banyak diantara kita yang tinggal di kota beramai-ramai melakukan perjalanan mudik. 

Para perantau ini kembali dari hingar bingar kota besar menuju damainya suasana kampung halaman. Seolah ada magnet yang menarik minat kita untuk kembali kesana.

Apakah setiap perantau pasti mendambakan waktu untuk kembali? Terkadang ada seseorang yang kecewa dengan kehidupan masa lalunya, sehingga hal itu mendorong seseorang untuk menghilangkan kenangan-kenangannya. 

Ia memutuskan untuk pergi jauh dengan hasrat pasti untuk tidak akan pernah kembali lagi di masa yang akan datang. Namun apadaya setelah beberapa tahun berlalu seiring suasana hati yang telah mencair, harapan untuk melihat indahnya tanah kelahiran kembali menghinggapi. Pada akhirnya, sang burung terbang kembali ke peraduannya juga. 

Apakah memang benar-benar ada dari kita yang pergi jauh merantau tanpa menyimpan keinginan untuk kembali lagi? Bisa iya, tetapi bisa juga tidak. Tapi bagi saya pribadi, meninggalkan tanah kelahiran ibarat kita sedang berpetualang memperbandingkan segala realita di berbagai tempat dengan tempat asal kita. 

Mungkin kita akan banyak menemukan kelebihan maupun kekurangan dari berbagai tempat itu. Terlepas dari kenyataan bahwa kita bisa kembali atau tidak ke tempat kita memulai segala sesuatu, ada satu titik didalam hati kita yang mengingatkan kita akan suatu kenangan tentang siapa kita dahulu.

Mungkin seorang perantau mengatakan tidak ingin kembali dari perantauannya. Akan tetapi apa yang dikatkan oleh lisan belum tentu serupa dengan yang dirasakan oleh hatinya. Jika memang ada tempat indah untuk mengais kenangan-kenangan indah masa lalu, mengapa kita tidak mencoba untuk menjumpainya kembali. Karena bisa jadi kita akan menemukan jati diri kita sebagai manusia disana.

Salam hangat,
Agil S Habib

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun