Orientasi berfikir seorang maker adalah bagaimana supaya ia bisa memberikan pelayanan sebaik mungkin kepada orang lain (user) yang terkait dirinya dengan memperhatikan tiga aspek penting yaitu kualitas (quality), biaya (cost), dan waktu pemenuhan (delivery).Â
Kualitas merupakan wujud komitmen untuk memberikan pelayanan terbaik dengan tujuan memberikan kepuasan tertinggi kepada orang lain.Â
Hal ini hanya bisa dilakukan apabila setiap upaya yang dikerjakan senantiasa dibarengi dengan hati yang benar-benar tulus. Mencurahkan segenap daya dan upaya laksana membuat sebuah mahakarya yang terbaik.Â
Sedangkan dalam hal cost terdapat sebuah prinsip bahwa langkah apapun yang kita ambil atau tindakan apapun yang kita kerjakan hendaklah didesain secara matang, difikirkan secara menyeluruh hal-hal yang terkait dengannya, serta mengupayakan agar sebisa mungkin semuanya berjalan efektif dan efisien.Â
Syaratnya adalah tidak sembrono dalam melangkah. Quality dan cost ini disempurnakan dengan aspek delivery yang mana segala sesuatu itu punya masanya. Hal-hal yang tepat apabila tidak berada pada waktu yang tepat dan situasi yang tepat seringkali tidak menemukan nilai manfaatnya yang opimal.Â
Seperti misalnya bantuan untuk korban bencana tsunami Banten, apabila bantuan baru diberikan setahun kemudian maka impact yang dihasilkan tidaklah sebesar ketika ia diberikan saat ini atau beberapa waktu lalu pasca terjadinya bencana. Seorang maker mendasarkan langkahnya pada tiga aspek tersebut sehingga ia bisa menjadi the great maker.
Dalam kehidupan sehari-hari, user ataupun maker telah memiliki individu-individu atau kelompok-kelompok yang menjalankan fungsi serta perannya masing-masing.
Sebagai pribadi, yang perlu kita perhatikan disini adalah apakah kita ingin membentuk diri kita dengan pola pikir user ataukah menjadi pribadi ber-mindset maker.Â
Pilihan yang kita ambil nantinya akan mengarahkan sikap kita, tindakan kita, serta keyakinan kita terhadap beragam peristiwa dalam hidup. Ketika kita menggunakan pola pikir seorang user maka kita akan menuntut banyak hal, mendambakan kesempurnaan, dan jauh dari kata puas.Â
Sedangkan dengan pola pikir maker maka kita akan memiliki sikap yang lebih bijak, tindakan yang lebih terarah, serta orientasi untuk berbuat yang terbaik bagi orang lain.  Jika demikian, maka apakah itu artinya kita harus memiliki pola pikir maker dan mengabaikan pola pikir user?
Mindset seorang maker sangat powerful dalam menunjang perjalanan menuju capaian hidup yang luar biasa. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa seorang dengan maker mindset dalam pikirannya bisa jadi bersikap sekadarnya saja.Â