Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pandai Memilih Sudut Pandang, Solusi Mencari Alternatif

21 Januari 2019   08:55 Diperbarui: 24 Januari 2019   12:31 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memiliki keinginan merupakan fitrah dasar seorang manusia. Setiap orang memiliki harapan dan keinginan yang bisa jadi berbeda satu sama lain, meskipun tidak menutup kemungkinan adanya persamaan. 

Kecenderungan yang dimiliki oleh sebagian besar orang adalah mereka lebih mengutamakan kepentingan dirinya sendiri, ego pribadinya, dan seringkali bersikap masa bodoh terhadap apa yang diinginkan oleh orang lain. 

Kita dapat dengan mudah menjumpai situasi seperti ini pada banyak kesempatan. Ketika terjadi antrian pembagian sembako gratis misalnya, kita bisa melihat ada begitu banyak orang yang rela antri dan berdesak-desakan demi mendapatkan jatahnya. 

Yang paling menjadi ironi dari situasi ini adalah ketika terjadi suatu insiden yang sampai merenggut korban jiwa akibat terhimpit atau terinjak-injak sekumpulan orang yang enggan mengutamakan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadinya. 

Bahkan ketika dalam suatu antrian pembagian sembako gratis terdapat seorang tua renta, hal itu terkadang tidak membuat munculnya iba dari sebagian orang lain yang ikut antri bersamanya. 

Kepentingan untuk mendapatkan jatah sembako gratis untuk dirinya sendiri lebih penting. Mungkin yang ada didalam benak sebagian orang pada waktu itu adalah jikalau dirinya lebih mendahulukan orang lain daripada dirinya sendiri maka mungkin dirinya nanti tidak akan mendapatkan apa-apa.

Dalam beberapa kesempatan mungkin banyak sekali dari kita pada saat bepergian bertemu dengan jalanan macet. Pada saat antrian kendaraan sudah mengular, kendaraan yang berada dibarisan belakang satu demi satu biasanya mulai merengsek ke depan dan menciptakan barisan antrian baru. 

Akibatnya, kendaraan yang melaju pada arah berlawanan akan terhalang laju perjalanannya. Sehingga yang akhirnya terjadi adalah stagnasi laju kendaraan dari berbagai penjuru. Berhenti total. 

Maksud hati ingin sesegera mungkin menghindari kemacetan dengan "mencuri" jalur orang lain, tapi hal itu justru semakin menciptakan situasi yang lebih tidak nyaman. Dorongan untuk mengutamakan kepentingan pribadi tanpa memperdulikan kebutuhan orang lain ternyata justru memberikan efek merugikan diri sendiri.

Apa yang akan terjadi tatkala kita menjalin sebuah deal bisnis dengan orang lain tapi selama prosesnya kita lebih banyak menyampaikan tentang harapan pribadi kita, keuntungan yang kita inginkan, atau sasaran yang ingin kita capai tanpa menggubris harapan dan keinginan dari rekan bisnis kita tersebut? 

Apa yang terjadi jikalau dalam sebuah jalinan kerja seorang karyawan yang meminta bantuan kepada karyawan lain lebih terfokus pada keinginannya terhadap suatu pekerjaan, risiko yang akan diterima apabila pekerjaannya tidak selesai, atau memberikan ancaman dimarahai atasan jikalau pekerjaannya tidak di-support tanpa sedikitpun ia memikirkan apa yang menjadi keinginan sang rekan sesama karyawan itu? 

Sumber gambar : 123rf.com
Sumber gambar : 123rf.com
Mungkin tidak akan muncul simpati terhadap diri kita dari orang-orang yang menjadi lawan bicara kita itu. Barangkali mereka justru semakin acuh dan bersikap masa bodoh terhadap diri kita. Seringkali kita berbicara all about me, bukan all about us atau all about you. Terlalu tingginya ego yang kita miliki pada akhirnya justru tidak memberikan keuntungan apapun.

Ada sebuah kisah luar biasa dimasa lalu yang terjadi dimasa perang. Dimana pada saat itu ketika sebuah perang telah usai terdapat empat orang sahabat yang mengalami rasa haus luar biasa akibat terik matahari yang begitu menyengat dan kelelahan pasca perang yang begitu menyayat. 

Pada momen yang begitu melelahkan itu, hanya ada seteguk air untuk diminum yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan empat orang sahabat tadi. Ketika kantong air itu sudah berada di tangan salah seorang sahabat, ia tidak langsung meminumnya. 

Justru ia memberikan kesempatan meminum lebih dahulu kepada sahabat kedua. Pada saat sahabat kedua hendak  menengguknya, ia melihat sahabat ketiga yang sangat tersiksa oleh kehausan. 

Sahabat kedua memberikan kesempatan meminum air itu terlebih dahulu kepada sahabat ketiga. Setelah menerima air dari sahabat kedua, ternyata yang dipikirkan oleh sahabat ketiga juga sama. 

Ia iba dan kasihan melihat kondisi sahabat keempat yang juga dilanda dahaga luar biasa. Akhirnya sahabat ketiga pun memberikan kantong air itu kepada sahabat keempat. Begitu seterusnya yang terjadi diantara keempat orang sahabat tersebut. Hingga akhirnya mereka semua meninggal dunia akibat tidak ada satupun dari mereka yang minum seteguk air karena dorongan hati mereka untuk lebih mengutamakan kebaikan bagi orang lain.

Terlepas konsekuensi apapun dari kisah empat sahabat tersebut, setidaknya kita bisa mengambil hikmah bahwa terdapat hal yang begitu luar biasa dari sikap dari seseorang yang memberikan pengutamaan kepada orang lain. 

Inilah implementasi nyata dari pernyataan sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi manusia yang lain. Inilah pelajaran berharga bagi kita agar tidak menjadi pribadi egois yang hanya melihat kepentingan pribadi semata tanpa sedikitpun peduli terhadap apa yang dibutuhkan orang lain.

Mengutamakan kepentingan orang lain itu sangat baik, akan tetapi hal itu sebaiknya dilakukan tanpa harus mengorbankan diri kita sendiri. Sangat penting untuk dilakukan suatu sinergi kepentingan antara kita dengan orang lain. Henry Ford pun mengatakan bahwa seseorang yang mampu melihat keinginan orang lain dan menyinergikan hal itu dengan keinginan pribadinya akan memperoleh capaian yang luar biasa. 

Steven R. Covey menyatakan bahwa hubungan antar pribadi atau kelompok hendaklah dibangun bukan berdasarkan pemenuhan motif pribadi atau kepentingan orang lain semata, melainkan harus ada sebuah kolaborasi diantara keduanya untuk memperoleh alternatif baru solusi penyelesaian bersama. 

Ia menyebutnya dengan aletrnatif ketiga (3rd alternative). Mungkin kita banyak yang menyebutnya dengan win-win solution. Meski mungkin ada sedikit perbedaan makna, akan tetapi persamaannya adalah kita harus memiliki kepedulian terhadap keinginan orang lain. 

Pada artikel sebelumnya saya pernah menuliskan terkait pentingnya melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Melihat dari sudut pandang orang lain memberikan kita pengetahuan lebih untuk menimbang, melakukan suatu sinergi, dan merumuskan suatu solusi bersama yang bisa memberikan efek menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat. 

Tujuan utama dari suatu kerjasama pastinya adalah sama-sama mendapatkan keuntungan. Sangatlah aneh kiranya jika pihak-pihak yang bekerja sama memiliki maksud untuk merugikan satu sama lain. Kalaupun ada maka hal itu adalah contoh buruk dari sebuah sistem kolaborasi yang tidak sepatutnya ada didalam kamus pribadi orang-orang hebat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun