Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Haji Generasi Zaman Now

31 Desember 2018   14:18 Diperbarui: 31 Desember 2018   15:29 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menunaikan ibadah haji bisa dikatakan sebagai upaya puncak untuk menyempurnakan keislaman seseorang. 

Ketika kita sedari kecil diajarkan dan dibiasakan untuk bersyahadat, mengerjakan sholat, menjalankan ibadah puasa, dan membayar zakat, lalu bagaimana dengan ibadah haji? 

Sangat sedikit atau bahkan tidak pernah diantara kita yang memperoleh pengajaran tentang ibadah haji sejak dini. Mungkin banyak yang beranggapan bahwa ibadah haji bisa ditunda belajarnya nanti ketika seseorang sudah tumbuh dewasa. 

Kita beranggapan bahwa ketika seseorang sudah mampu secara ekonomi, maka ia akan secara otomatis belajar dan mempersiapakan ibadah haji. Inilah asumsi yang menjadikan diri kita terlambat untuk belajar dan tahu lebih banyak tentang haji. Mengetahui tentang haji disini tidaklah sebatas tentang hukum, ataupun syarat rukun haji. Akan tetapi juga terkait persiapan yang harus dilakukan untuk melaksanakannya.

Mari kita bandingkan ibadah haji dengan keempat Rukun Islam yang lain. Apakah generasi masa kini terbiasa dengan syahadat, sholat, puasa, atau zakat? Iya. 

Semua ibadah itu secara rutin kita lakukan. Membaca syahadat dilakukan setiap kali sholat dan bahkan lebih, sholat wajib dikerjakan 5 kali sehari semalam, puasa ramadhan dijalankan 1 bulan dalam setahun, berzakat 1 kali setiap Bulan Ramadhan. Setiap muslim dewasa yang hidup hingga saat ini hampir pasti pernah menunaikan keempat rukun islam tersebut. 

Sedangkan untuk ibadah haji? Saya kira untuk belajar saja tidak semua orang pernah. Mungkin beberapa sekolah pernah memberikan pelatihan ibadah haji kepada siswanya, tapi itupun sebenarnya bisa dihitung dengan jari karena sangat sedikit jumlahnya. 

Bagaimana mungkin kecintaan dan kerinduan berhaji akan timbul sejak dini ketika untuk mengenalnya saja hampir tidak ada, belajarnya saja jarang. Kapan kita pernah belajar tentang ibadah haji? Barangkali hanya ketika pelajaran agama bab haji atau ketika kita sudah mendapatkan kesempatan untuk berhaji saja. Diluar itu? Nihil.

Ilustrasi : Keberangkatan Jamaah Haji [1]

Dari data persebaran usia jamaah haji yang dipublikasikan oleh kementrian Agama Republik Indonesia tahun 2017, diperoleh informasi bahwa mayoritas jamaah haji kita adalah merek yang berusia 40 tahun sampai dengan 70 tahun. Sekitar 75% didominasi oleh mereka yang berusia 40 -- 70 tahun. Sedangkan yang menunaikan ibadah haji dibawah usia 40 tahun hanya sekitar 10% saja. 

Sisanya adalah jamaah haji yang berusia diatas 70 tahun. Apakah dominasi rentang usia diatas 40 tahun ini disebabkan oleh masa tunggu antrean haji yang panjang? Apakah minimnya jamaah haji berusia dibawah 40 tahun disebabkan oleh adanya peraturan untuk memprioritaskan jamaah yang berusia lanjut? 

Mungkin ada benarnya. Akan tetapi saya menilai bahwa peraturan pemerintah tersebut bukanlah penyebab utama terkait masih minimnya jamaah haji dibawah usia 40 tahun. 

Salah satu penyebab yang luput dari perhatian kita adalah kurangnya persiapan dalam menunaikan ibadah haji sejak dini. Persiapan yang dimaksud sebenarnya tidak hanya mempelajari pengetahuan tentang haji saja, tetapi juga mempersiapkan aspek finansial juga. 

Semakin kita menunda untuk mempersiapakan diri dalam berhaji, maka semakin kesempatan kita berhaji akan semakin lama. Sekaranglah Saatnya Berhaji bagi generasi kita, generasi milenial dan generasi Z. Inilah waktunya bagi generasi zaman now untuk menunaikan ibadah haji ke tanah suci.

Komposisi Umur Jamaah Haji Indonesia Tahun 2017 Sumber : Kemenag.go.id
Komposisi Umur Jamaah Haji Indonesia Tahun 2017 Sumber : Kemenag.go.id
Menurut wikipedia, generasi Z adalah mereka yang lahir pada rentang tahun 1995 sampai dengan 2014. Generasi Y adalah mereka yang lahir pada rentang waktu antara tahun 1980 -- 1994. 

Sedangkan generasi X adalah mereka yang lahir sebelum periode tahun 1980. Ini artinya terhitung sampai dengan tahun 2019 generasi Z adalah mereka yang berusia 5 -- 24 tahun, generasi Y usia 25 -- 39 tahun, dan generasi Z adalah mereka yang berusia 39 tahun ke atas. 

Menilik informasi ini, maka dapat dikatakan bahwa generasi X masih mendominasi jamaah haji Indonesia saat ini. Hampir sekitar 90% jamaah haji Indonesia berusia 40 tahun keatas. Fenomena ini akan terus berlanjut ditahun-tahun mendatang tatkala usia jamaah haji masih terus didominasi oleh mereka yang berusia 40 tahun keatas. Terlebih dengan masa tunggu antrian keberangkatan haji yang mencapai rata-rata nasional selama 17 tahun [2], maka bisa dilihat bahwa 17 tahun mendatang generasi Z dan generasi Y akan mendominasi komposisi usia jamaah haji Indonesia. 

Ini artinya sekaranglah waktunya generasi Y dan generasi Z mempersiapkan diri untuk berhaji. Kita tidak tahu ditahun-tahun mendatang mungkin antrian keberangkatan akan semakin lama. Seiring bertambahnya usia sudah barang tentu kemampuan fisik seseorang akan berkurang. Saya kira kita semua tidak ingin mendapati fisik kita terlalu lemah saat menunaikan ibadah haji nanti.

Tidak ada kata terlambat. Kesempatan kita masih ada untuk menata diri dan mempersiapkan segala keperluan untuk berhaji. Persiapan dalam pengetahuan berhaji adalah suatu keharusan. Namun persiapan dalam hal pembiayaan tentu menjadi isu penting yang tidak bisa dikesampingkan. Besaran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) tahun 2018 saja angkanya tidak kurang dari 25 juta rupiah, dan bahkan mungkin akan terus mengalami kenaikan ditahun-tahun mendatang.

Berdasarkan Keppres Nomor 7 Tahun 2018 BPIH terendah saja nilainya mencapai Rp 31,09 juta atas nama embarkasi Aceh dan yang tertinggi adalah di embarkasi Lombok dengan nominal Rp 38,79 juta [3]. Nominal ini tentu bukan jumlah yang kecil. Sebagian besar orang harus menabung dalam waktu lama hingga dikemudian hari bisa terkumpul sesuai jumlah yang diinginkan. 

Tabungan Haji Danamon Syariah merupakan salah satu opsi terbaik yang bisa dipilih untuk mendukung upaya kita dalam mempersiapkan haji sejak dini. Tidak hanya bagi diri kita, tetapi juga untuk anggota keluarga kita. Dengan membuka rekening tabungan haji itu artinya kita secara otomatis terdaftar juga dalam antrian nomor haji. Sehingga setidak-tidaknya kita sudah mengunci waktu untuk keberangkatan kita ke tanah suci. 

Selanjutnya tinggal kita menjaga keistiqomahan saja mengumpulkan sedikit demi sedikit biaya yang dibutuhkan. Kita tidak tahu apakah umur kita akan sampai atau tidak untuk mewujudkan kesempatan pergi melakukan perjalanan suci. Tapi dengan mengambil langkah persiapan dari sekarang, insyaallah malaikat disebelah kanan kita sudah akan mencatatnya sebagai sebuah kebaikan.

Wassalamualaikum,

Agil S Habib                

Refferensi :

[1]bantenexpres.com

[2]nasional.kompas.com

[3]tirto.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun