Keinginan yang kuat untuk menuju Allah SWT dalam rangka menyempurnakan keislaman pada diri kita tentu saja akan mendapatkan respons yang positif dari-Nya. Sebagaimana sebuah hadits qudsi :
Nabi shallahu alaihi wasallam bersabda,"Allah Ta'ala berfirman,'Aku tergantung persangkaan hamba kepada-Ku. Aku bersamanya kalau ia mengingat-Ku. Kalau dia mengingat-Ku pada dirinya, maka Aku mengingatnya pada diri-Ku. Kalau dia mengingat-Ku di keramaian, maka Aku akan mengingatnya dikeramaian yang lebih baik dari mereka. Kalau dia mendekat sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Kalau dia mendekat kepada diri-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Kalau dia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari." (H.R. Bukhari).
Allah SWT selalu memberikan respon yang lebih baik dari upaya baik yang kita lakukan untuk menuju-Nya. Keyakinan kita untuk mewujudkan keinginan berislam secara kaffah adalah kunci kedua yang kita perlukan. Keyakinan sepenuh hati akan menghilangkan segala bentuk keraguan, kekhawatiran, dan stigma-stigma negatif yang berkeliaran diluar sana.Â
Keyakinan yang kuat, menurut David J. Schwartz, akan menggerakkan pikiran kita untuk mencari jalan dan sarana serta cara melakukannya. Sehingga orang-orang dengan keyakinan di dalam dirinya akan lebih berhasil mencapai tujuannya. Mungkin hal inilah yang terjadi pada seorang tukang becak, penjual bubur, atau buruh tani yang berhasil mewujudkan cita-citanya menunaikan ibadah haji.
Dengan adanya keinginan yang kuat serta didukung keyakinan utuh kepada Sang Pencipta tentunya hal ini akan menjadi pondasi diri yang kokoh dan luar biasa.
PDCA Menuju Tanah Suci
Proses menuju ketercapaian suatu tujuan memerlukan pengelolaan atau manajemen yang sistematis agar setiap tahapan dapat terkendali serta bisa dicapai sebagaimana yang diharapkan. Konsep ini dikenal dengan istilah Plan (Rencanakan), Do (Kerjakan), Check (Periksa Ulang), dan Action (Tindak Lanjuti) atau yang lebih dikenal dengan sebutan PDCA.
Secara singkat, konsep ini mengarahkan kita agar membuat perencanaan (plan) yang tepat terkait langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai sebuah tujuan. Berdasarkan perencanaan itu maka kemudian kita melakukan ekesusi (do). Menjalankan hal-hal sebagaimana yang sudah direncanakan. Selanjutnya, eksekusi yang sudah dikerjakan perlu dievaluasi atau diperiksa (check) perihal tingkat ketercapaiannya terhadap tujuan. Apabila terjadi penyimpangan dari rencana awal maka dilakukan perbaikan seperlunya sebagai bentuk tindak lanjut (action) terkait hasil evaluasi.
Bisa menunaikan ibadah haji ke tanah suci mungkin merupakan cita-cita besar yang didambakan oleh sebagian besar umat muslim. Ia butuh keinginan besar, keyakinan kuat, dan tentunya langkah nyata dalam mewujudkannya. Langkah nyata inilah yagn harus kita susun sedemikian rupa sehingga membantu diri kita dalam mewujudkan cita-cita menuju tanah suci.
Merencanakan haji harus memperhatikan beberapa aspek. Pertama adalah aspek jasmaniah, dimana kondisi fisik kita harus kuat untuk menjalani aktivitas ritual haji yang berat. Belum lagi cuaca yang sudah tentu berbeda dengan di negara kita. Menjalankan rukun-rukun haji seperti wuquf atau melontar jumroh membutuhkan daya tahan fisik yang baik. Dengan begitu banyaknya umat muslim yang hadir disana untuk menunaikan aktivitas serupa, maka tentu saja setiap calon jamaah dituntut untuk mempersiapkan dirinya sebaik mungkin.
Secara umum terkait dengan aspek jasmaniah yang perlu dilakukan antara lain :
- Melakukan olah raga secara rutin seperti jogging, lari, bersepeda, dan lain-lain.
- Menyantap menu makanan sehat dan bergizi.
- Menjaga pola makan.
- Menjaga pola istirahat.