Mohon tunggu...
Agil Septiyan Habib
Agil Septiyan Habib Mohon Tunggu... Freelancer - Esais; Founder Growthmedia, dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Plan, Create, Inspire

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Saat Terbaik Merencanakan Pendidikan Anak

29 Oktober 2015   04:25 Diperbarui: 29 Oktober 2015   04:51 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapankah saat terbaik bagi para orang tua untuk mulai merencanakan pendidikan bagi anak-anaknya? Mengingat bahwa perencanaan pendidikan anak erat kaitannya dengan urusan finansial, banyak dari para pakar perencanaan keuangan yang mengatakan bahwa rencana pendidikan anak hendaknya disiapkan sedini mungkin. Akan tetapi yang dimaksud sedini mungkin disini seringkali menimbukan penafsiran yang berbeda-beda antara satu orang dengan orang yang lainnya.

Ada yang mengatakan bahwa sebaiknya perencanaan pendidikan anak dilakukan sebelum sebuah keluarga memutuskan untuk memiliki keturunan, ada yang mengatakan sebaiknya dilakukan ketika sang anak masih berada di dalam kandungan, dan bahkan ada yang mengatakan kalau sebaiknya rencana pendidikan anak disiapkan sebelum masa pernikahan dari calon orang tua. Berdasar pada rentang waktu untuk membuat perencanaan, maka rencana pendidikan anak dapat dikelompokkan kedalam beberapa periode, yaitu :

  1. Masa pranikah
  2. Masa setelah menikah dan sebelum kehamilan
  3. Masa kehamilan
  4. Masa setelah melahirkan

Dalam kaitannya untuk menentukan saat terbaik tentang kapan suatu perencanaan pendidikan anak mulai dilakukan, penting kiranya kita mempertimbangkan beberapa aspek sebagai parameter pembanding antara pilihan satu dengan pilihan yang lainnya. Adapun dalam pandangan saya, aspek yang bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan adalah aspek waktu atau durasi, aspek fokus atau tingkat perhatian, dan aspek beban tugas serta tanggung jawab. Ketiga aspek ini kiranya bisa menjadi parameter untuk membandingkan kapankah saat terbaik bagi para orang tua dalam merencanakan pendidikan untuk anak-anaknya.

[caption caption="Peranan Orang Tua dalam Merencanakan Pendidikan Anak*"][/caption] Masa pranikah. Dalam hal ini para “calon” orang tua sudah membuat perencanaan pendidikan bagi anak-anak mereka kelak sejak jauh-jauh hari bahkan sebelum dilangsungkan pernikahan atau “calon” orang tua belum resmi menjadi suami-istri. Disatu sisi, merencanakan pendidikan anak pada masa ini memiliki manfaat yang besar terutama dalam hal durasi waktu persiapan yang semakin panjang, yaitu sejak waktu sebelum pernikahan hingga nanti keluarga tersebut sudah memiliki keturunan yang siap menapak ke jenjang pendidikan sekolah. Namun disisi lain, membuat perencanaan pendidikan anak sejak sebelum masa pernikahan juga mengandung risiko besar.

Pasangan yang belum menikah bisa dikatakan belum terikat komitmen secara resmi, baik dari pihak pasangan tersebut ataupun dari keluarga masing-masing. Mungkin ikatan yang terjalin masih sebatas komunikasi dari dua pribadi yang berencana untuk menikah. Pada tahap ini  beragam kemungkinan juga masih bisa terjadi, seperti konflik antar pribadi pasangan, konflik dengan keluarga pasangan, atau antar masing keluarga pasangan yang bisa saja berakibat batalnya rencana pernikahan dilakukan. Belum lagi terkait dengan persiapan tentang pernikahan yang akan dilangsungkan nantinya seperti persiapan resepsi pernikahan, persiapan kebutuhan-kebutuhan pendukung resepsi pernikah, hingga hal-hal lain yang tidak terduga dalam rangka mempersiapkan pernikahan.

Mempersiapkan dan merencanakan pendidikan anak pada tahap hubungan seperti ini cukup riskan untuk dilakukan, karena berpotensi mengacaukan fokus utama dari tahap hubungan tersebut, yaitu acara pernikahan itu sendiri. Selain itu, merencanakan pendidikan anak juga membutuhkan fokus yang besar dan bukan hanya setengah-setengah. Ketika sebagian fokus para calon orang tua terbagi untuk mempersiapkan pernikahan mereka, sedangkan disisi lain mereka juga masih harus memfokuskan perhatian pada rencana pendidikan anak-anak mereka kelak, maka hasil yang diperoleh tidak akan maksimal. Entah itu itu dalam hal acara pernikahannya maupun terkait dengan rencana pendidikan anak yang dihasilkan.  

Masa setelah menikah dan sebelum kehamilan. Pada periode ini bisa dikatakan sebagai saat yang paling ideal dalam merencanakan pendidikan anak. Mengapa? Pada periode ini para calon orang tua sudah tidak dipusingkan lagi oleh urusan pernikahan yang dulu mengemuka ketika masa pranikah. Masa ini bisa dibilang sebagai masa bulan madu, dimana kemesraan keluarga yang baru terbentuk masih berada pada situasi paling kondusif dan penuh dengan nuansa kedekatan. Sangat tepat kiranya pada periode ini dipergunakan untuk membahas masa depan bersama berkaitan dengan keluarga yang baru dibentuk tersebut, seperti merencanakan memiliki keturunan, merencakan pendidikan seperti apa yang kelak diberikan kepada sang anak, ataupun merencanakan hal-hal lain berkaitan dengan kondisi keluarga di masa depan.

Fokus dan perhatian keluarga pada masa ini sepenuhnya hanya untuk membuat perencanaan di masa depan, dengan demikian kualitas dari perencanaan yang dilakukan akan lebih optimal, khususnya perencanaan dalam pendidikan anak. Dengan jeda waktu yang cukup panjang antara kondisi saat ini hingga nanti dikaruniai anak, apalagi menuju masa sekolah anak, maka sangat ideal dan cukup waktu untuk mengumpulkan pembiayaan bagi masa depan sang anak kelak.

Sehubungan dengan rencana memiliki memiliki keturunan dan rencana pendidikan anak dimasa depan, terdapat keterkaitan erat diantara keduanya yang penting untuk diperhatikan bagi para calon orang tua. Pada saat merencanakan untuk memiliki momongan, pada saat itu juga diperlukan adanya perencanaan pendidikan anak. Ketika ingin memiliki anak kembar tentunya hal ini juga akan berdampak pada perencanaan pendidikan sang anak di masa depan. Misalnya ketika dengan memiliki seorang anak biaya yang diperlukan untuk pendidikannya sekitar 10 juta rupiah untuk masuk Taman Kanak-Kanak (TK), maka dengan memiliki dua anak kembar biaya yang dikeluarkan bisa dua kali lipat atau bahkan lebih. Oleh karena itulah, semua rencana yang dibuat dalam suatu keluarga harus dipertimbangkan dengan matang.

Masa kehamilan. Dalam membuat rencana pendidikan anak ketika sudah memasuki masa kehamilan mungkin masih terdapat cukup banyak waktu hingga periode sang anak nanti lahir dan terus tumbuh hingga memasuki masa pendidikan sekolah mereka. Dalam periode ini, para calon orang tua mungkin bisa melakukan perhitungan-perhitungan ataupun persiapan-persiapan terkait apa dan bagaimana pendidikan terbaik diberikan untuk sang buah hati. Pada masa ini pula  para calon orang tua juga sudah tidak perlu menghawatirkan urusan-urusan seperti ketika halnya mereka belum menikah, karena kini mereka sudah resmi menjadi suami istri dan sang istri sudah mengandung anak yang kelak akan mereka perjuangkan pendidikannya dengan sebaik mungkin. Seolah pada tahap ini terlihat sempurna untuk merencakan pendidikan anak. Namun ada satu hal yang perlu digarisbawahi oleh para orang tua, yaitu terkait kehamilan dari sang istri atau calon ibu dalam suatu keluarga. Masa kehamilan, apalagi kehamilan pertama, memiliki tingkat risiko yang cukup tinggi terkait dengan kondisi kandungan.

Stres yang berlebihan berpotensi memberikan dampak negatif pada sang ibu. Belum lagi kalau sang istri bekerja, risiko kelelahan akan rentan menghinggapi. Jika sudah demikian, maka suami adalah orang yang memiliki tanggung jawab besar dalam memberikan kenyamanan terbaik untuk istri dan juga anak yang berada di dalam kandungan sang istri. Tuntutan pekerjaan yang dijalani suami, tanggung jawab untuk menjaga istri dan anak dalam kandungan istri, serta beban pikiran lainnya sudah pasti memberikan efek tekanan psikologis yang besar. Apabila tidak bisa mengelolanya dengan baik maka sang suami bisa drop secara fisik atau bahkan stres. Kondisi seperti ini tentu tidak diharapkan oleh setiap keluarga. Jikalau kondisi yang sudah demikian padat masih harus ditambahi oleh keharusan merencanakan pendidikan anak dimasa depan, maka apakah bisa dihasilkan perencanaan terbaik terkait pendidikan sang anak kelak?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun