Mohon tunggu...
Agil syafiq maulana
Agil syafiq maulana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN sunan gunung jati bandung

Libatkan allah dalam segala hal maka semua akan mudah

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Melek Literasi Keuangan: Kunci Generasi Muda Menghadapi Tantangan Zaman

14 Desember 2024   15:27 Diperbarui: 14 Desember 2024   15:27 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di era digital yang terus berkembang, tantangan dan peluang datang silih berganti. Kemudahan dalam bertransaksi, berinvestasi, dan mengelola keuangan kini lebih terbuka lebar berkat perkembangan teknologi. Namun, di balik kemudahan tersebut, masih banyak generasi muda yang kurang memahami cara mengelola keuangan secara bijak. Ini bukan hanya masalah pribadi, melainkan juga tantangan sosial yang memengaruhi perekonomian secara lebih luas.

Survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2022 menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan di Indonesia masih sangat rendah, yakni hanya mencapai 49,68%. Angka ini menunjukkan bahwa hampir setengah dari masyarakat Indonesia belum cukup memahami cara mengelola uang dengan baik. Padahal, literasi keuangan yang memadai adalah fondasi penting dalam mencapai kesejahteraan finansial.

Mengapa Literasi Keuangan Penting bagi Generasi Muda?

Pentingnya literasi keuangan tidak bisa dianggap remeh, terutama bagi generasi muda yang berada pada puncak produktivitasnya. Tanpa pemahaman yang baik tentang cara mengelola uang, menghindari utang yang berlebihan, dan berinvestasi untuk masa depan, mereka bisa terjebak dalam kesulitan finansial. Salah satu contoh nyata adalah kecenderungan anak muda yang terjebak dalam jebakan "beli sekarang, bayar nanti," seperti utang kartu kredit atau cicilan yang membengkak tanpa pengelolaan yang tepat.

Selain itu, media sosial juga berperan besar dalam membentuk persepsi anak muda tentang uang. Setiap hari, kita terpapar dengan gambar-gambar kemewahan---liburan ke luar negeri, gadget terbaru, atau barang bermerek. Tanpa disadari, gaya hidup yang tampak glamor ini bisa memengaruhi keputusan finansial kita. Penelitian oleh Nielsen dan Simons (2019) menunjukkan bahwa media sosial memiliki dampak signifikan dalam mempengaruhi perilaku finansial, seringkali mendorong individu untuk membeli barang-barang yang sebenarnya tidak diperlukan hanya untuk mengikuti tren.

Meningkatkan Literasi Keuangan: Langkah-langkah Praktis

Langkah pertama dalam meningkatkan literasi keuangan adalah mulai mencatat pengeluaran. Mungkin terdengar sederhana, tetapi kebiasaan ini membantu kita memahami ke mana uang kita pergi dan mana yang lebih penting untuk diprioritaskan. Selanjutnya, generasi muda harus memanfaatkan teknologi dengan bijak. Banyak aplikasi pengelola keuangan yang dapat membantu kita mengatur anggaran, melacak pengeluaran, dan memberi peringatan jika kita melewati batas anggaran. Selain itu, platform digital juga menyediakan banyak informasi dan sumber belajar, seperti seminar atau pelatihan keuangan yang bisa diakses secara online.

Namun, literasi keuangan tidak hanya terbatas pada pengelolaan uang sehari-hari. Salah satu aspek penting yang perlu dipahami adalah investasi. Banyak orang muda yang enggan berinvestasi karena ketidaktahuan atau ketakutan akan risiko. Padahal, dengan memahami dasar-dasar investasi, kita bisa mulai menabung dan berinvestasi untuk masa depan. Menurut Campbell dan Viceira (2002) dalam buku Strategic Asset Allocation, memulai investasi sejak dini memungkinkan kita memanfaatkan potensi pertumbuhan ekonomi dan mengalahkan inflasi, yang bisa menggerus daya beli tabungan kita.

Investasi untuk Masa Depan: Kenapa Generasi Muda Harus Mulai dari Sekarang?

Investasi adalah kunci untuk memastikan bahwa uang yang kita miliki tidak hanya diam di tempat. Misalnya, instrumen seperti reksa dana, saham, atau obligasi dapat menjadi pilihan investasi yang mudah dipahami oleh pemula. Meskipun ada risiko dalam setiap jenis investasi, namun dengan pemahaman yang baik dan pendekatan yang hati-hati, risiko tersebut dapat dikelola dengan lebih efektif. Melalui investasi, generasi muda dapat menciptakan keamanan finansial jangka panjang dan mempersiapkan dana pensiun sejak dini.

Laporan OJK juga mengungkapkan bahwa semakin banyak anak muda yang mulai tertarik pada investasi digital dan instrumen investasi berbasis teknologi, seperti cryptocurrency dan peer-to-peer lending. Meskipun potensi keuntungannya besar, generasi muda harus lebih berhati-hati dan melakukan riset yang mendalam sebelum terjun ke dalamnya. Oleh karena itu, edukasi literasi keuangan yang mencakup investasi digital menjadi hal yang tak bisa diabaikan.

Melek Literasi Keuangan untuk Mencapai Kebebasan Finansial

Pada akhirnya, literasi keuangan adalah sebuah perjalanan yang panjang. Ini bukan hanya tentang mengelola uang, tetapi tentang menciptakan kebebasan finansial yang memungkinkan kita untuk hidup dengan lebih tenang dan merencanakan masa depan dengan lebih baik. Menurut Kementerian Keuangan Republik Indonesia (2021), literasi keuangan yang tinggi berkontribusi pada pengelolaan ekonomi negara yang lebih baik, mengurangi tingkat kemiskinan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Generasi muda yang melek keuangan akan lebih siap menghadapi ketidakpastian ekonomi, baik itu krisis global atau kondisi keuangan pribadi yang tidak terduga. Mereka akan lebih cerdas dalam mengelola uang, mengurangi utang konsumtif, dan memanfaatkan peluang investasi untuk masa depan yang lebih cerah. Literasi keuangan bukan lagi sekadar pilihan; ia menjadi kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi oleh setiap individu, terutama di tengah era digital ini.

Penutup

Saatnya bagi generasi muda untuk mengambil langkah konkret dalam meningkatkan literasi keuangan mereka. Dengan pemahaman yang tepat, kita bisa mengelola keuangan dengan bijak, berinvestasi untuk masa depan, dan tidak terjebak dalam gaya hidup konsumtif yang hanya menawarkan kepuasan sementara. Mulailah sekarang, karena masa depan finansial yang sehat dimulai dari kebiasaan keuangan yang baik hari ini.

Fakta Relevan:

Tingkat literasi keuangan Indonesia 49,68% (OJK 2022).

Tren "beli sekarang, bayar nanti" menyebabkan peningkatan utang konsumtif.

Inflasi dapat mengurangi daya beli tabungan jika tidak diinvestasikan dengan baik.

Referensi 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK). (2022). Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan 2022.

https://www.ojk.go.id

Nielsen, J. & Simons, L. (2019). The Role of Social Media in Shaping Consumer Financial Behavior.

Journal of Consumer Affairs.

Campbell, J. Y. & Viceira, L. M. (2002). Strategic Asset Allocation: Portfolio Choice for Long-Term Investors.

Oxford University Press.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2021). Laporan Keuangan Negara: Pengelolaan Keuangan Negara di Era Digital.

https://www.kemenkeu.go.id

 foto laptop dengan buku catatan grafik pengelelolaan keuangan  
 foto laptop dengan buku catatan grafik pengelelolaan keuangan  

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di kompasiana, sumber gambar : freepik
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di kompasiana, sumber gambar : freepik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun