Mohon tunggu...
Agillia Dian Anastasia
Agillia Dian Anastasia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Digital UNJ

Senang membaca buku fiksi/non fiksi

Selanjutnya

Tutup

Book

Haruki Murakami: Bermula dari Pemilik Kedai Bar hingga Menjadi Penulis

20 April 2024   18:59 Diperbarui: 20 April 2024   19:01 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: thejapantimes

Salah satu cara untuk bisa mengungkapkan ide-ide dan imajinasi melalui rangkaian kata-kata adalah dengan merangkainya menjadi sebuah kumpulan cerita, seperti novel ataupun cerita pendek. Inspirasi seseorang untuk mulai menulis, datang dari berbagai macam alasan ataupun suatu peristiwa yang membangkitkan semangat untuk mulai menulis. Hal inilah yang membuat seorang penulis terkenal asal Jepang yaitu, Haruki Murakami yang menyadari kemampuan dirinya yang terpendam selama ini ketika ia menonton pertandingan baseball.

Haruki Murakami merupakan sosok yang dikenal sebagai penulis novel, cerpen dan juga essay. Murakami lahir pada 12 Januari 1949 di negeri sakura, Jepang.  Kemampuan menulisnya baru ia sadari saat berusia 29 tahun. Karya-karyanya telah menaklukan hati para pembacanya di seluruh dunia melalui tulisan yang mendalam dan tak terlupakan. Berkat kemampuan menulis yang dimiliki, kini karyanya telah diterjemahkan ke dalam 50 bahasa dan sudah terjual jutaan kopi di berbagai penjuru dunia. Ia juga meraih berbagai penghargaan atas karyanya.

Dari Novel Kriminal Hingga Musik Jazz

Kehidupan masa kecil Murakami banyak dihabiskan untuk membaca berbagai macam jenis novel. Salah satu jenis novel kesukaannya adalah novel kriminal. Semasa sekolahnya, ia sering mengunjungi toko buku bekas untuk membeli novel dan belajar membaca bahasa inggris. "The Name is Archer" merupakan buku bahasa inggris yang pertama kali ia baca. Selain gemar membaca novel, ia juga senang mendengarkan musik klasik dan jazz. Kecintaannya pada musik jazz berawal dari menghadiri konser musik Jazz   "Art Blakey and the Jazz Messengers" di Kobe. Lalu, kecintaannya itu membawanya untuk membuka sebuah kedai kopi dan bar jazz yang ia namai Peter Cat. Murakami pernah mengatakan bahwa musik sama halnya seperti menulis, seperti sebuah perjalanan mental.

Semasa mudanya, Murakami banyak terpengaruh oleh budaya barat karena kecintaannya terhadap musik. Ia tumbuh dengan membaca berbagai karya penulis Eropa dan Amerika, Seperti Franz Kafka, Gustave Flaubert dan Richard Brautigan. Hal inilah yang membedakan dirinya dengan penulis asal jepang lainnya. 

Bermula Dari Menonton Baseball

Saat itu, Murakami sedang duduk di bangku penonton untuk melihat pertandingan baseball antara Yakult Swallows dan Hiroshima Carp. Kemudian datang seorang pemain bernama Dave Hilton yang berasal dari Amerika. Saat Hilton memukul bola dengan cepat sebanyak dua kali, Murakami langsung menyadari bahwa ia memiliki kemampuan yang selama ini terpendam, yaitu menulis novel. Ia langsung bergegas pulang ke rumah dan mulai menulis novel saat malam hari.

Murakami yang baru saja menyadari kemampuan menulisnya itu, langsung mencoba menulis sebuah novel yang berjudul "Hear the Wind Sing". Ia menghabiskan waktunya selama beberapa bulan untuk menulis novel tersebut. Terdapat banyak beberapa goresan yang telah ia tulis di bar untuk karya pertamanya. Keberuntungan pun datang kepada dirinya. Novel pertamanya itu berhasil meraih juara pertama pada kontes literatur.

Berkat kesuksesannya dalam menulis novel pertamanya, membuat Murakami semakin semangat untuk menulis novel lainnya. Kemampuan menulisnya itu, ia buktikan dengan terbitnya sekuel "Pinball, 1973" setahun setelah ia menulis novel pertamanya itu. Lalu pada tahun berikutnya (1982), ia menerbitkan "A Wild Sheep Chase", sebuah kesuksesan yang kritis. 

Menembus Batas Realisme Magis dan Nyata

Murakami memiliki gaya penulisan yang bisa dibilang cukup unik. Ia sering menggabungkan realisme magis dengan berbagai macam elemen yang mengeksplorasi psikologi manusia. Kecintaannya terhadap musik juga mempengaruhi gaya penulisan Murakami. Bisa dilihat dari tema dan judul karyanya yang membangkitkan musik klasik, seperti  "The Thieving Magpie", "Bird as Prophet" dan  "The Bird-Catcher". Dalam menulis karyanya, Murakami juga menyelipkan selera humor agar para pembacanya merasa terhibur. 

Sumber: Gramedia.com
Sumber: Gramedia.com
Karya Fenomenal yang Terkenal

Selama menulis berbagai macam karyanya, terdapat beberapa novel fenomenal yang ditulis olehnya, diantaranya yaitu: 

  1. "Hear the Wind Sing"

Buku ini merupakan karya pertama dari Haruki Murakami. Dalam buku ini menceritakan tentang seorang anak muda yang mempertanyakan nilai-nilai tradisional dan modern yang ada di Jepang. Seseorang yang digambarkan dalam buku ini merupakan orang yang pintar namun tidak memiliki gambaran tentang masa depan. Buku ini telah diangkat ke layar lebar pada tahun 1981.

  1. "Norwegian Wood"

Buku ini menceritakan tentang masa muda seorang laki-laki yang bernama Toru Watanabe yang mengencani dua wanita berbeda, yaitu Naoko dan Midori. Buku ini juga telah diangkat menjadi film pada tahun 2010.  

  1. "IQ84 Series"

Dalam buku ini terdapat dua sosok yang diceritakan, yaitu Tengo dan Aomome. Keduanya memiliki masing-masing konflik yang berbeda. Namun pada akhirnya konflik yang mereka miliki terdapat benang merah yang saling berkaitan. 

Selama menulis berbagai karya yang telah dibuat, Murakami mendapatkan berbagai macam penghargaan atas karyanya tersebut. Diantaranya yaitu, Gunzou Literary Award (1979), Tanizaki Prize (1985), Yomiuri Prize for Literature: Fiction (1995), Goodreads Choice Award for Literature (2011), dan masih banyak penghargaan lainnya yang ia peroleh. 

Menilik dari bagaimana kisah Haruki Murakami dalam menyampaikan ide-ide dan imajinasinya melalui tulisan dari sebuah hal yang bagi sebagian besar orang cukup aneh, yaitu karena menonton baseball, menjadikan sebuah pesan makna kehidupan yang bermakna bahwa inspirasi dalam mencoba suatu hal bisa datang dari mana saja dan kapan saja. Jika kita bisa terus fokus atas kemampuan dan pencapaian yang kita miliki, maka kita bisa terus bertumbuh lebih tinggi dan jauh. 

Agillia Dian Anastasia, Mahasiswa Program Studi Hubungan Masyarakat dan Komunikasi Digital, Universitas Negeri Jakarta Angkatan 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun