Mohon tunggu...
Agilia Putri
Agilia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Traveling

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Relevansi Metodologi Studi Islam dalam Konteks Globalisasi

14 Oktober 2024   17:18 Diperbarui: 14 Oktober 2024   17:20 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Peranan Metodologi dalam Studi Islam

Studi islam secara etimologis merupakan terjemahan dari bahasa Arab: Dirasah Islamiyah. Sedangkan studi islam di Barat dikenal dengan istilah islamic studies. Maka Studi Islam secara harfiah adalah kajian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Namun, makna islam di sini masih umum sehingga pengertian secara terminology tentang studi islam membutuhkan penjelasan lebih detail dan sistematis. Dengan kata lain, studi islam diartikan sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang hal-hal yang berhubungan dengan agama islam, baik yang berkaitan dengan sejarah, ajaran, maupun praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dari pengertian di atas, studi islam bisa dimaknai sebagai kajian islam. Yang mana untuk proses mempelajari kajian islam, maka seseorang harus memahami makna islam lebih detail. Sementara untuk proses pemaknaan "Kajian islam" tidak bisa disamakan antara satu orang dengan orang lainnya. Selain karena kajian islam sendiri memiliki makna cukup luas. Seorang penafsir juga memiliki pendapatnya sendiri yang mungkin berbeda dari yang lain. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh perbedaan pengalaman, latar belakang pendidikan, keilmuan, dan lainnya. Kajian islam sendiri merupakan ilmu yang harus berpedoman pada dua sumber, yakni Al-Qur'an dan hadist. Oleh karenanya, ketika generasi milenial hendak mempelajari islam lebih dalam. Maka kajilah islam dengan pemikiranpemikiran yang melibatkan proses pemahaman dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

B.  Tantangan Identitas Muslim di Era Globalisasi

Tantangan identitas Muslim dalam konteks globalisasi mencakup berbagai aspek yang kompleks dan saling terkait. Pertama, adanya pengaruh budaya global yang kuat sering kali membuat nilai-nilai dan praktik keagamaan tradisional terpinggirkan, sehingga individu Muslim harus bernegosiasi antara identitas religius dan identitas modern.

Kedua, stereotip dan prasangka terhadap Islam di banyak negara menyebabkan krisis identitas, di mana Muslim merasa tertekan untuk membuktikan bahwa mereka adalah bagian dari masyarakat yang lebih luas, sambil tetap setia pada ajaran agama mereka.

Ketiga, fenomena digitalisasi dan media sosial memberikan platform untuk ekspresi identitas, tetapi juga menciptakan ruang bagi radikalisasi dan ekstremisme, yang dapat memperburuk perpecahan dalam masyarakat.

Terakhir, perbedaan interpretasi dan praktik di antara komunitas Muslim di berbagai belahan dunia dapat menimbulkan konflik internal, yang semakin rumit dalam konteks globalisasi yang memfasilitasi pertukaran ide secara cepat. Dengan demikian, tantangan identitas Muslim di era global ini memerlukan pendekatan yang inklusif dan dialogis untuk membangun pemahaman yang lebih baik antara berbagai komunitas dan budaya.

C. Globalisasi dan Pendidikan Islam di Era Digital 

Globalisasi dan pendidikan Islam di era digital saling memengaruhi dengan cara yang kompleks, menawarkan baik kesempatan maupun tantangan. Akses mudah ke informasi melalui internet memungkinkan siswa untuk memahami ajaran Islam dari berbagai perspektif global, memperkaya wawasan mereka. Platform pembelajaran online juga memfasilitasi interaksi antar siswa dan pengajar dari berbagai latar belakang, menjadikan pendidikan Islam lebih inklusif dan adaptif. Namun, tantangan muncul dari risiko penyebaran informasi yang tidak akurat atau ekstremis, yang mengharuskan pendidikan untuk mengembangkan keterampilan kritis dalam menganalisis sumber. Selain itu, penggunaan media sosial sebagai alat untuk menyebarkan pesan Islam yang positif dapat terhalang oleh konten yang merugikan. Oleh karena itu, penting untuk mengintegrasikan teknologi dalam kurikulum pendidikan Islam dengan bijaksana, agar siswa dapat menginternalisasi nilai-nilai agama sekaligus membangun identitas digital yang mencerminkan integritas dan toleransi di era global yang semakin terhubung.

KESIMPULAN

Relevansi Metodologi Studi Islam dalam konteks globalisasi menegaskan bahwa metodologi yang beragam dan fleksibel memainkan peran krusial dalam memahami dinamika keagamaan dan sosial di era ini. Dalam menghadapi tantangan globalisasi, seperti pertukaran budaya, perubahan nilai, dan kompleksitas isu-isu kontemporer, pendekatan metodologis yang komprehensif membantu peneliti mengeksplorasi cara-cara di mana ajaran Islam diinterpretasikan dan diterapkan di berbagai konteks. Metodologi yang inklusif tidak hanya memfasilitasi dialog antarbudaya, tetapi juga berkontribusi pada pengembangan masyarakat yang lebih toleran dan harmonis. Dengan demikian, relevansi metodologi studi Islam melampaui aspek akademis, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan identitas yang adaptif dan responsif terhadap tantangan global yang terus berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun