Mohon tunggu...
Agid Satrio
Agid Satrio Mohon Tunggu... Penulis - --

Neuron Abu2

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membuat Metode Pengajaran Seperti Mengejar Sebuah Cinta

23 September 2018   21:13 Diperbarui: 24 September 2018   00:59 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/katherincandra88

"Demi kamu,ku rela berkorban asal untukmu" , "cinta ini telah membuatku melakukannya tanpa rasa lelah", "lebih baik diri ini kehujanan daripada kau sakit karena tak bisa makan makanan favoritmu :)"

Pernahkah diantara kalian mendengar kalimat-kalimat lebay seperti itu ? karena cinta semuanya bisa jadi punya makna. Sepertinya hampir semua orang pun pernah merasakan namanya cinta. Entah kepada pasangan, orang tua, atau bahkan kesukaanya terhadap suatu hal tertentu. Namun disini saya tidak akan membahas cinta secara harfiah, melainkan bagaimana mengaplikasikan hukum cinta dalam metode pengajaran. 

Ya siapa yang tidak pernah belajar dan mengajarkan. Kita hidup pastinya terus mengalami proses itu seiring dengan bertambahnya umur kita. Pengajaran tidak hanya dilakukan oleh guru atau orang tua, tanpa disadari setiap orang pasti pernah mengajarkan sesuatu kepada orang lain entah disadari atau tidak disadari. Proses pengajaran itu pun sudah dilakukan sejak kecil, contohnya saja ketika kita memiliki adik atau ketika berada di bangku sekolah memiliki adik kelas saat menjadi senior. 

Tanpa disadari itu adalah proses pengajaran yang pertama kali kita lakukan dalam hidup ini. Lalu apa itu sebenernya "pengajaran"

Pengajaran adalah suatu kegiatan mengajarkan sesuatu hal, dalam arti yang lain diartikan yaitu telah terjadinya interaksi belajar mengajar antara pengajar dengan si pembelajar. Entah itu dalam lingkup formal atau non formal. Jadi dalam hal ini pengajaran berfokus kepada sesuatu hal yang disampaikan kepada si pembelajar oleh pengajar melalui komunikasi. 

Contoh paling jelas saat kita berada di bangku sekolah. Setiap harinya pastinya kita mengalami kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru kita. Atau saat kita menjalankan hobi kita dengan orang yang sudah ahli pastinya kita juga mengalami proses pengajaran dalam hal transfer ilmu. Nah lantas bagaimana proses pengajaran yang dinilai berhasil ? apakah setiap pengajaran pasti berujung keberhasilan. 

Jawabannya tidak selalu, itu semua tergantung dari sikap antara si pengajar dan si pembelajar dalam memposisikan dirinya. Karena pada dasarnya proses ini berlangsung dengan adanya komunikasi, maka sikap begitu penting dalam keberlangsungan pengajaran ini, sebagai ilustrasi begini mau sebagus apapun pengajarnya jika si pembelajar tak antusias dengan pengajaran tersebut maka sia-sia sudah yang dilakukan oleh pengajar ibarat pepatah yaitu "masuk kuping kanan keluar kuping kiri". Sama halnya sebaliknya jika si pembelajar sudah baik namun malah pengajarnya yang kurang baik maka bisa dipastikan proses pengajaran tak akan berhasil.

Sikap yang antusias dan mempunyai motivasi lah yang diperlukan dalam hal ini. Sebagai contoh ketika di sekolah dulu mengapa banyak murid yang mengeluh ketika pelajaran matematika atau kimia dimulai seolah merasa lelah saja, tetapi keaadaan berbalik ketika pelajaran olahraga. Rata-rata hampir semua murid pasti merasa senang dan antusias seperti menunggu-nunggu pelajaran itu. 

Atau lagi ketika kita sedang suka terhadap seseorang dan berusaha untuk kenal lebih dekat dengan orang tersebut. Pastinya kita akan berusaha bagaimanapun caranya agar bisa lebih dekat dengan orang yang kita suka tak peduli dengan hambatannya. Mengapa semua itu bisa terjadi ?.

Manusia merupakan mahluk paling kompleks dan sempurna di dunia ini, ia memiliki perasaan dan emosi yang membuatnya bisa mengontrol keadaan dirinya. Ketika sedih, marah, senang, bangga, takut dan lainnya. 

Semua perasaan itu berpengaruh pada manusia itu sendiri ketika melakukan aktivitas. Pastinya kita akan lebih enak bergerak jika sedang senang, sebaliknya ketika merasa sedih seakan apapun yang kita lakukan tak ada gunanya. Itulah juga yang dialami manusia ketika melakukan kegiatan pengajaran atau pembelajaran. Pernah terpikirkan tidak jika pengajaran dilakukan dengan teori mengejar sebuah cinta ?

Cinta diawali dari rasa suka, dan terus berlalu sampai benar-benar mencapai titik dimana rasa suka itu berubah menjadi rasa peduli sampai menjadi cinta. Tampaknya ini rumit..., ya anggap saja dengan cinta semua hal yang kita lakukan akan terasa nyaman. Nah ketika guru mengajarkan sesuatu kepada muridnya sering kali si murid tidak memperhatikan karena ia tak suka dengan pelajaran tersebut. 

Jadi yang harus dilakukan oleh setiap pengajar adalah membuat si pembelajar mempunyai rasa suka dengan materi yang akan diajarkan bagaimanapun caranya. Gunakan teori mengajar cinta kalau perlu. Ketahui apa yang pembelajar suka dan perkembangan zaman saat ini. Dengan begitu rasanya akan lebih mudah dalam menjalani pengajaran. 

Pengaplikasi teorinya begini, berikan si pembelajar reward yang sesuai dengan kesukannya. JIka ia suka dengan musik maka berikan lah sedikit hadiah yang berhubungan dengan musik seperti misalnya tiket konser band favoritnya jika ia berhasil memahami apa yang sudah diajarkan. Ini dinamakan motivasi, kita selalu antusias dalam mengejar motivai kita. 

Seseorang akan berjuang untuk mendapatkan seseorang yang dia suka karena ia termotivasi untuk mendapatkannya. Kembali lagi ke dalam pengajaran. Jika si pembelajar sudah termotivasi walaupun sebenarnya  ia tak tertarik dengan materi yang kau ajarkan tetap saja ia akan fokus, karena adanya reward yang kau berikan.

Lihat sesuatu hal dari sudut pandang yang berbeda.

-Halim 23 september 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun