"Demi kamu,ku rela berkorban asal untukmu" , "cinta ini telah membuatku melakukannya tanpa rasa lelah", "lebih baik diri ini kehujanan daripada kau sakit karena tak bisa makan makanan favoritmu :)"
Pernahkah diantara kalian mendengar kalimat-kalimat lebay seperti itu ? karena cinta semuanya bisa jadi punya makna. Sepertinya hampir semua orang pun pernah merasakan namanya cinta. Entah kepada pasangan, orang tua, atau bahkan kesukaanya terhadap suatu hal tertentu. Namun disini saya tidak akan membahas cinta secara harfiah, melainkan bagaimana mengaplikasikan hukum cinta dalam metode pengajaran.Â
Ya siapa yang tidak pernah belajar dan mengajarkan. Kita hidup pastinya terus mengalami proses itu seiring dengan bertambahnya umur kita. Pengajaran tidak hanya dilakukan oleh guru atau orang tua, tanpa disadari setiap orang pasti pernah mengajarkan sesuatu kepada orang lain entah disadari atau tidak disadari. Proses pengajaran itu pun sudah dilakukan sejak kecil, contohnya saja ketika kita memiliki adik atau ketika berada di bangku sekolah memiliki adik kelas saat menjadi senior.Â
Tanpa disadari itu adalah proses pengajaran yang pertama kali kita lakukan dalam hidup ini. Lalu apa itu sebenernya "pengajaran"
Pengajaran adalah suatu kegiatan mengajarkan sesuatu hal, dalam arti yang lain diartikan yaitu telah terjadinya interaksi belajar mengajar antara pengajar dengan si pembelajar. Entah itu dalam lingkup formal atau non formal. Jadi dalam hal ini pengajaran berfokus kepada sesuatu hal yang disampaikan kepada si pembelajar oleh pengajar melalui komunikasi.Â
Contoh paling jelas saat kita berada di bangku sekolah. Setiap harinya pastinya kita mengalami kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh guru kita. Atau saat kita menjalankan hobi kita dengan orang yang sudah ahli pastinya kita juga mengalami proses pengajaran dalam hal transfer ilmu. Nah lantas bagaimana proses pengajaran yang dinilai berhasil ? apakah setiap pengajaran pasti berujung keberhasilan.Â
Jawabannya tidak selalu, itu semua tergantung dari sikap antara si pengajar dan si pembelajar dalam memposisikan dirinya. Karena pada dasarnya proses ini berlangsung dengan adanya komunikasi, maka sikap begitu penting dalam keberlangsungan pengajaran ini, sebagai ilustrasi begini mau sebagus apapun pengajarnya jika si pembelajar tak antusias dengan pengajaran tersebut maka sia-sia sudah yang dilakukan oleh pengajar ibarat pepatah yaitu "masuk kuping kanan keluar kuping kiri". Sama halnya sebaliknya jika si pembelajar sudah baik namun malah pengajarnya yang kurang baik maka bisa dipastikan proses pengajaran tak akan berhasil.
Sikap yang antusias dan mempunyai motivasi lah yang diperlukan dalam hal ini. Sebagai contoh ketika di sekolah dulu mengapa banyak murid yang mengeluh ketika pelajaran matematika atau kimia dimulai seolah merasa lelah saja, tetapi keaadaan berbalik ketika pelajaran olahraga. Rata-rata hampir semua murid pasti merasa senang dan antusias seperti menunggu-nunggu pelajaran itu.Â
Atau lagi ketika kita sedang suka terhadap seseorang dan berusaha untuk kenal lebih dekat dengan orang tersebut. Pastinya kita akan berusaha bagaimanapun caranya agar bisa lebih dekat dengan orang yang kita suka tak peduli dengan hambatannya. Mengapa semua itu bisa terjadi ?.
Manusia merupakan mahluk paling kompleks dan sempurna di dunia ini, ia memiliki perasaan dan emosi yang membuatnya bisa mengontrol keadaan dirinya. Ketika sedih, marah, senang, bangga, takut dan lainnya.Â
Semua perasaan itu berpengaruh pada manusia itu sendiri ketika melakukan aktivitas. Pastinya kita akan lebih enak bergerak jika sedang senang, sebaliknya ketika merasa sedih seakan apapun yang kita lakukan tak ada gunanya. Itulah juga yang dialami manusia ketika melakukan kegiatan pengajaran atau pembelajaran. Pernah terpikirkan tidak jika pengajaran dilakukan dengan teori mengejar sebuah cinta ?