Mohon tunggu...
Agid Satrio
Agid Satrio Mohon Tunggu... Penulis - --

Neuron Abu2

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menjaga Alam Tak Perlu Cerdas namun Sebuah Kepedulian

16 September 2018   16:18 Diperbarui: 16 September 2018   16:37 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ia tak pernah bersifat jahat kepada manusia, walaupun terkadang perilakunya sedikit merugikan. Namun bagiku itu bukan kemurkaannya melainkan sebuah peringatan kepada para manusia. Tak peduli dengan balasan manusia kepadanya yang lebih buruk, Alam masih bersabar dengan cara manusia memperlakukannya. Bahkan Alam masih memberikan kehidupan yang amat indah di bumi ini.

Dunia ini tampaknya berjalan begitu cepat, seakan setiap detiknya ada saja perubahan-perubahan di dunia ini. Teknologi pun menjadi suatu hal yang berdampingan di setiap kehidupan manusia, selalu ada di berbagai sektor kehidupan. Seakan menjadi teman yang membantu dalam berbagai permasalahan dan pekerjaan manusia, sulit tampaknya jika hidup tanpa teknologi. Namun Bagaimana dengan dampak dengan semua itu ?

Kita tahu juga manusia hidup berdampingan dengan alam, bahkan jauh sebelum teknologi ditemukan. Alam memberikan berbagai kehidupan bagi manusia sampai sekarang pun seperti itu. 

Sayangnya saat ini dengan pesatnya kemajuan zaman, tak sebanding dengan pelestarian alam yang dilakukan. Tidak usah melihat hutan atau laut yang terlalu jauh, kau bisa amati lingkungan sekeliling rumahmu atau tempat tinggalmu. 

Amati bagaimana keadaan nya apakah masih terjaga atau sudah rusak. Mungkin tidak banyak yang mendapati lingkungannya masih terjaga dengan baik, rata-rata kondisinya amat meprihatinkan. Mengapa bisa terjadi ? mungkin manusia sudah terlalu fokus pada diri masing-masing dalam mengejar gemerlapnya dunia dan lupa dengan alam.

Padahal alam saat ini benar-benar sedang sakit, memang jelas akhir zaman akan terjadi dimana dunia ini akan hancur tak terbentuk. Namun siapa yang tahu kapan terjadi, tak ada yang waktu pastinya. Yang kutakutkan adalah manusia sudah acuh terhadap alam dan berpikir bahwa "Nanti juga dunia ini akan hancur, lantas mengapa kita harus susah payah menjaga dunia ini". 

Itu hanya hipotesa ku saja karena melihat realita saat ini. Gedung-gedung semakin ditinggikan, mall-mall makin menjamur, lahan-lahan hijau mulai digusur digantikan bangunan-bangunan perumahan, mungkin masih ada tanaman hijau namun itu hanya tanaman buatan yang tak hidup dan tak berguna bagiku hanya sebatas hiasan. 

Parahnya lagi makin maraknya penebangan hutan secara liar di negeriku seaakan tak takut dengan hukuman, mereka tetap melakukan itu. Aku juga takut jika yang membuat kebijakan disini malah bersekongkol dengan bedabah-bedebah itu karena dibutakan oleh kilauan "RUPIAH". Apa itu balasan manusia atas kebaiakan alam ini.

Kepedulian lebih utama dalam menjaga alam daripada kecerdasan

Sungguh aneh jika melihat desa-desa yang jauh dari gedung-gedung pencakar langit lebih bersih daripada perkotaan yang dihuni oleh orang-orang dengan kecerdasan yang tinggi. Apa yang membuat itu terjadi ? bukankah semakin tingginya ilmu seseorang menunjukan bahwa ia juga bijak. 

Lantas malah orang-orang di pedesaan yang mungkin pendidikannya tidak setinggi orang-orang kota lebih peduli dalam menjaga alam. Artinya yang lebih penting disini adalah "Sifat keinginan, kepedulian, prihatin" melihat kondisi alam dan berusaha untuk menjaganya. Bukan berarti kecerdasan itu tidak penting, malah dengan kecerdasan seharusnya alam bisa lebih baik karena adanya inovasi-inovasi teknologi untuk menjaga alam. 

Sayangnya hal itu tak akan terjadi jika sifat kepedulian saja belum muncul. Orang di desa bisa lebih peduli dengan alam karena mereka berpikir "alam hidup dekat dengan mereka, jika mereka tak menjaganya maka dampak buruk akan mengancam kehidupannya karena tanpa alam mungkin mereka menjadi sulit hidup, sebut saja kebutuhan air bersih, atau lainnya. Nah bukankah harusnya orang di perkotaan yang katanya mempunyai kecerdasan yang tinggi bisa berpikir lebih dari orang desa. 

Sekedar membuang sampah pada tempatnya saja tampaknya amat sulit kita lakukan. Padahal jelas dengan begitu hidup akan lebih baik. Pikir saja kau tak mau tinggal di lingkungan yang kotor, tetapi ketika bukan dilingkungan mu kau buang seenaknya sampah itu berharap sudah ada petugas kebersihan yang membersihkannya. Lagi-lagi apa itu benar-benar itu sesuai dengan gelar pendidikan yang sudah kau raih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun