Mohon tunggu...
Gifary adzani akbar
Gifary adzani akbar Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa fisip unpas

Seorang pembelajar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengkaji Lambang Pancasila untuk Menguak Makna Luar Biasa dalam Pancasila

23 Juni 2020   22:31 Diperbarui: 24 Juni 2020   00:08 4821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Bung Karno  dalam Pidato 1 Juni 1945, Pancasila merupakan Philoshopiche Grondslag, atau bisa kita sebut  gagasan dasar.  Bangsa-bangsa lain pun banyak yang menyanjung dasar negara yang dimilki oleh Indonesia karena maknanya yang  luar biasa. 

Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia seharusnya mampu mengamalkan nilai nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebelum kita dapat mengamalkanya kita perlu memahaminya terlebih dahulu. 

Lambang Pancasila memiliki makna yang sangat luar biasa, yang tak jarang tidak kita ketahui. Disini penulis akan mencoba untuk memaknai Pancasila dari lambangnya.

Agar dapat lebih jelas dapat kita lihat gambar yang penulis cantumkan. Lambang Garuda menggambarkan bahwa Indonesia adalah negara yang besar dan tangguh. Warna emas dalam burung Garuda menggambarkan keagungan dan kejayaan. Paruh dan cakar Garuda menggambarkan bahwa Indonesia merupakan negara yang kuat.

Logo perisai dalam beserta bintang, terdapat pada sila ke 1 Ketuhanan Yang Maha Esa.  Bintang melambangkan nur atau cahaya. Logo ini diusulkan oleh M.Natsir, logo perisai dalam adalah yang berwarna hitam dan terdapat bintang . 

Mengapa ditaruh di tengah?, ini menggambarkan bahwa sila pertama merupakan pedoman bagi sila sila yang lain, artinya sila sila yang lain dibatasi oleh sila pertama, tidak boleh bertentangan dengan sila pertama.

 Pada sila selanjutnya pada perisai luar dilmulai dari sila kedua yang memiliki logo rantai hingga sila kelima yang memiliki logo padi dan kapas. Logo logo selanjutnya disusun melingkar, bukan tanpa sebab, artinya tidak hirarkis, melingkar menggambarkan suatu kondisi yang dinamis yaitu bergerak dan terus berkembang.

Logo rantai melambangkan sila ke 2, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Logo ini merupakan usulan dari Sultan Hamid 2 yang terinspirasi dari rantai dari suku dayak. 

Dalam lambang Pancasila tak jarang kita menemukan logo rantai yang bulat semua, sebenarnya dalam pancasila yang asli bentuk rantainya kotak dan bulat. Rantai melambangkan regenerasi, rantai kotak menggambarkan laki-laki dan rantai bulat menggambarkan perempuan artinya terdapat kesetaraan, artinya permasalahan gender, sensitifitas gender pun sudah terlebih dahulu diatur dalam Pancasila.  Ini merupakan bukti begitu luar biasanya Pancasila.

Selama ini kita menganggap bahwa logo dari sila ke 3 yaitu Persatuan Indonesia adalah pohon beringin, ternyata sebenarnya itu merupakan logo pohon astana. Logo ini diusulkan oleh Radenmas Purbatjaraka. Pohon astana merupakan pohon tempat pertemuan antara raja dan rakyat, artinya penguasa dan rakyat tidak boleh ada jarak, semua orang harus bersatu tanpa memandang latarbelakang yang berbeda, sangat luar biasa.

Logo kepala banteng melambangkan sila ke 4 yaitu Kerakyatan Yang dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan. Logo ini diusulkan oleh M.Yamin. Banteng merupakan hewan yang sering berkumpul disini diartikan sebagai musyawarah, dimana orang orang harus berkumpul dan mendiskusikan sesuatu, oleh karena itu ruang ruang diskusi harus diperluas bukan malah dipersempit.

Terakhir, Logo padi dan kapas yang melambangkan sila ke 5 yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Logo ini diusulkan oleh Ki Hajar Dewantara, Padi menggambarkan pangan dan kapas menggambarkan sandang, semua itu harus terpenuhi untuk mencapai kemakmuran, sebuah keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Bung karno Pernah menjelaskan, bila Pancaasila diperas maka dapat menjadi Trisila. Dalam logo perisai pada lambang Pancasila bagian kanan menggambarkan Sosio-Nasionalisme. Bagian kiri Pohon astana dan rantai menggambarkan Sosio-Demokrasi dan bagian tengah Ketuhanan Yang Maha Esa. Lalu apabila pancasila diperas lagi dapat menjadi Ekasila yaitu gotong royong yang merupakan kebiasaan murni dari bangsa kita.

Begitu luarbiasanya para bapak bangsa yang merumuskan Pancasila dengan begitu luarbiasa. Kita sudah sepatutnya bangga, dan mengamalkanya, agar cita cita bangsa dapat tercapai.

Sekian dari saya Gifary Adzani Akbar Mahasiswa FISIP UNPAS, mudah mudahan dapat bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun