Setelah kembali mendaki mulai lah kita memasuki hutan yang di penuhi dengan pepohonan besar, akar dari pohon tersebut menjalar hingga jalur pendakian. Akar-akar yang cukup besar bisa menjadi hal baik dan buruk bagi pendaki, baiknya adalah kita bisa memanfaatkannya untuk pegangan atau pijakan, tapi buruknya jika tidak sengaja terinjak apalagi di tengah kondisi hujan akar akan sangat licin ketika kita injak, jadi harus tetap hati-hati.Â
Perlahan kami mulai berjalan menaiki jalur yang di penuhi dengan akar, kini jalanan lebih berbahaya dan terjal, di tambah jalur Burangrang yang terus menanjak menaiki akar-akar, membuat semakin panas nya kaki dan juga betis, kontur tanah yang licin membuat pendakian kali ini sungguh butuh perjuangan lebih. Jatuh dan terpeleset sudah tak bisa di hitung lagi dengan jari, celana sudah di kotori dengan tanah, baju sudah di banjiri dengan keringat, rasa sesal selalu bermunculan, tapi tetap harus di nikmati, berbicara dan menyemangati kepada diri sendiri sudah menjadi keharusan di kala itu.Â
Dua jam kami berjalan, aku menengok ke arah belakang mengecek apakah ada yang tertinggal. Dan benar saja ternyata Tiko berada jauh di belakang, langkahnya yang mulai melambat tidak seperti tadi saat pertama mendaki, dan ternyata tas carrier yang di gunakan Tiko putus sebelah, jadi mau tidak mau dia menahan dengan satu bahu.
Karena tak tega akhirnya ku bantu dia untuk bertukar tas denganku, agar bebannya sedikit lebih ringan, karena tas ku lebih kecil darinya. Melihat kondisi Tiko yang sudah cukup kelelahan juga. Setelah kami benarkan sedikit tas Tiko, dengan mengaitkan dan mentali-talikan tasnya agar bisa di pakai setidaknya sampai atas, ternyata kawan-kawan yang lain sudah jalan di depan dan tak terlihat sedikit pun.
"pada dimana kok cepet sih?." Tanyaku kepada Tiko.
"gatau mungkin mereka ga lihat kita tadi berhenti, gakpapalah nanti juga mereka nungguin kita kalo udah ngeh." Jawab Tiko meyakinkanku.
Aku dan Tiko mulai menyusul rombongan.
"pantas saja dia begitu kelelahan, ternyata memang berat sekali tas Tiko." Ucapku dalam hati.
Setelah kami berjalan 5 menitan terdengar suara sautan dari kawanku Roy.
"Aghry...Tiko... ." Teriak Roy memanggil kami.
Setelah kembali bergabung semuanya aku sedikit menceritakan apa yang telah terjadi, namun entah kenapa respon dari mereka seperti tidak peduli dan sedikit kesal, ah aku tidak paham dengan mereka... memang benar kata orang-orang jika kau ingin tau tentang sifat asli seseorang, bawa aja pergi naik gunung.
Kami memutuskan untuk kembali beristirahat. Air mineral sangatlah penting saat pendakian, tapi ingat jangan juga terlalu banyak minum karena itu hanya akan membuat kita terus-terusan haus, itulah yang ku rasakan selama pendakian.