Dalam dua pilkada tersebut, nama Diani Budiarto disinyalir terafiliasi berada dibalik calon yang diusung PKS. Yang endingnya dua kali kalah ketika melawan Bima Arya. Diani Budiarto adalah mantan Wali Kota Bogor 2004-2009 dan 2010-2014.
Pada Pilkada 2024 ini, Diani Budiarto secara gamblang mendukung kembali calon dari PKS yakni Atang Trisnanto - Annida Alivia. Jika polanya seperti ini, maka pilkada 2024 menjadi kolaborasi ketiga Diani Budiarto dan PKS. Akankah PKS mengalami kekalahan yang sama seperti dua periode sebelumnya? Mari kita ulas.
Pada Pilkada 2013, PKS sebagai petahana mengusung Ahmad Rukyat - Aim Hermana. Ahmad Rukyat merupakan Wakil Wali Kota Bogor pendamping Diani Budiarto. Dan Aim adalah mantan sektetaris daerah. Sebagai petahana, Rukyat digadang-gadang memiliki kans menang yang tinggi. Bagaimana tidak, pada masa itu tata kelola pemerintahan belum seketat dan setransparan sekarang. Sehingga seluruh kekuatan baik itu program dan anggaran diarahkan untuk memanjakan pasangan Ahmad Rukyat - Aim Hermana.
Sementara di sisi lain, pasangan Bima Arya - Usmar Hariman adalah pendatang baru dalam panggung politik pilkada, meski Usmar Hariman sebelumnya menjabat sebagai anggota DPRD Kota Bogor pada masa itu. Ketika awal masuk bursa calon kepala daerah, dalam survei Charta Politika Bima Arya yang baru terjun ke politik praktis hanya bermodalkan 2 persen suara.
Sebagai petahana, Ahmad Rukyat memiliki tingkat kepuasan masyarakat atas kinerjanya diangka 43 persen. Modal yang jomplang ketika dibandingkan dengan Bima Arya. Namun, ketika pemilihan 14 September 2013, kondisinya berbeda. Bima Arya unggul tipis 0,44 persen dibandingkan Rukyat. Sangat tipis. Sakit, tapi tidak berdarah.
5 tahun kemudian. Ahmad Rukyat kembali maju. Di Pilkada 2018, ia berpasangan dengan Zaenul Mutaqin yang juga ketua DPC PPP. Lagi-lagi Diani Budiarto ditenggarai berada dibalik pasangan calon ini. Namun kondisinya berbeda. Kali ini Bima Arya yang menjadi petahana. Pada Pilkada Kota Bogor 2018, tingkat kepuasan masyarakat atas kinerja Bima Arya meningkat tajam. Yakni 83 persen. Bima Arya yang berpasangan dengan Dedie Rachim, berhasil menebalkan selisih kemenangan terhadap Rukyat - Zaenul yakni 14,3 persen, dibandingkan Pilkada 2013.
Pada Pilkada 2024, Dedie Rachim yang maju sebagai petahana. Dedie punya modal tingkat kepuasan masyarakat atas kinerjanya sebagai wakil wali kota sebanyak 79 persen. PKS masih menjadi saingan bubuyutannya. PKS memasang Atang Trisnanto sebagai lawan Dedie Rachim. PKS juga punya modal: 22 persen suara saat Pileg 2024, atau setara 11 kursi DPRD.
Beda dulu, beda sekarang. 2013 tingkat kepuasan masyarakat terhadap kinerja Rukyat sebagai petahana 43 persen. 2024 tingkat kepuasan masyarakat atas kinerja Dedie Rachim 79 persen.
2013 yang maju dari PKS dalam pilkada ialah Ahmad Rukyat yang notabenenya tokoh sentral PKS baik di pusat maupun di lokal Bogor. Sekarang yang maju pilkada dari PKS ialah Atang Trisnanto, yang notabennya Ketua DPD PKS Kota Bogor.
Dalam berbagai analisa, elastisitas keterpilhan calon dari PKS akan pada angka 25 hingga 32 persen. Ini diasumsikan dari hasil suara yang diperoleh calon PKS pada pilkada 2013 lalu. Namun, yang menjadi catatan adalah ketika itu PKS berkoalisi dengan Hanura dan PPP. Sementara 2024 ini, PKS berkoalisi dengan Partai Ummat yang tidak punya kursi di DPRD.
Sementara Dedie - Jenal dari hasil survei Charta memiliki modal 39,8 persen ditambah dengan nasib baik punya Presiden RI 2024-2029.