Untuk mencapai Indonesia Maju 2045, kita harus bersama-sama mengatasi seluruh permasalahan yang dihadapi negara ini. Salah satu permasalahan yang kita hadapi saat ini adalah stunting. Sebelum kita menggali lebih jauh, kita perlu mengetahui pengertian stunting. Menurut WHO, stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.
Menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia 2019, satu dari empat anak Indonesia di bawah usia lima tahun menderita stunting, setara dengan total penduduk Jakarta. Stunting disebabkan oleh kurangnya nutrisi sejak bayi dalam kandungan dan masa awal setelah lahir. Dampak stunting meliputi penurunan IQ, risiko diabetes, dan kerugian ekonomi yang besar. Meskipun stunting dapat dicegah, butuh banyak upaya yang harus dilakukan untuk mencapai target. Pemerintah Indonesia menargetkan angka stunting turun menjadi 14 persen di tahun 2024
Kementerian Kesehatan melakukan intervensi spesifik melalui 2 cara utama yakni intervensi gizi pada ibu sebelum dan saat hamil, serta intervensi pada anak usia 6 sampai 2 tahun.
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan Rakernas ini bertujuan mensukseskan Perpres nomor 72 tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting dengan 5 pilar. Pilar pertama adalah komitmen, pilar kedua adalah pencegahan stunting, pilar ketiga harus bisa melakukan konvergensi, pilar keempat menyediakan pangan yang baik, dan pilar kelima melakukan inovasi terobosan dan data yang baik.
Prevalensi stunting di Indonesia cukup tinggi, menempati nomor 2 di Asia Tenggara. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensinya sebesar 30,8% dan diperkirakan telah menurun menjadi 26,92% pada tahun 2020. Meskipun angka tersebut menurun, masih berada pada ambang batas atas prevalensi stunting yang telah ditetapkan oleh WHO, yaitu sebesar 20%
Pencegahan dan penanganan stunting dilakukan dengan berbagai cara seperti pemberian makanan tambahan, pelatihan, dan penyuluhan tentang stunting oleh kader kesehatan. Salah satu kegiatan sosialisasi stunting yang dilakukan adalah di TPQ Baitul Rahman yang merupakan salah satu tempat pendidikan agama bagi anak-anak di Desa Malangsuko, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Kegiatan ini dilaksanakan oleh mahasiswa KKN UIN Malang yang sedang melaksanakan program pengabdian masyarakat di desa tersebut.
Kegiatan sosialisasi stunting di TPQ Baitul Rahman dilakukan dengan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Materi yang disampaikan meliputi pengertian, penyebab, dampak, dan pencegahan stunting. Selain itu, juga disampaikan tentang pola asuh anak yang baik, seperti memberikan ASI eksklusif, makanan pendamping ASI, makanan bergizi seimbang, imunisasi, dan sanitasi.
Kegiatan sosialisasi stunting di TPQ Baitul Rahman mendapat respon positif dari peserta. Mereka menyatakan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat dan menambah wawasan mereka tentang stunting. Mereka juga berkomitmen untuk menerapkan pola asuh anak yang baik dan mengajak orang lain untuk ikut berperan aktif dalam mencegah dan menanggulangi stunting. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi salah satu langkah awal untuk mengurangi angka stunting di Indonesia, khususnya di Desa Malangsuko.
kesimpulan
Dengan komitmen bersama dari pengelola, pengajar, dan orang tua, TPQ Baitul Rohman dapat menjadi garda terdepan dalam mengatasi stunting. Melalui program gizi yang baik, kolaborasi erat dengan orang tua, dan kegiatan holistik, TPQ ini dapat menjadi tempat yang mendukung pertumbuhan optimal anak-anak, membangun generasi masa depan yang sehat dan cerdas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H