Imunisasi itu wajib hukumnya oleh pemerintah. Kita atau keluarga lain mungkin tak pernah merasakan salah satu dari banyak penyakit yang diharuskan imunisasi.Â
Tapi pengalaman banyak orang yang pernah kena, betapa sakit dan bahayanya penyakit-penyakit infeksi menular oleh kuman itu. Bahkan mengancam nyawa dan mahal biaya pengobatannya.
Untuk itu, negara betul-betul tulus anak bangsa terhindar dari sakit, lumpuh, kerdil atau terganggu organ tertentu seperti mata. Hal demikian dapat melemahkan generasi dan daya saing bangsa.
Imunisasi adalah jalan keluarnya. Vaksin itu 'sungguh-sungguh benar' bisa menangkal penyakit, mengebalkan (imun) tubuh dari penyakit. Banyak dari kita termakan hoax tentang vaksin yang macam ragamnya. Tapi ketika sakit, baru kita percaya apa kata dokter.
Sebagai makhluk Tuhan. Benar, imunisasi adalah bagian dari tawakkal kita dalam menangkal setiap penyakit. Sedia payung sebelum hujan. Semasa Khalifah Umar Bin Khatab juga pernah alami wabah penyakit. Khalifah tidak berserah diri begitu saja terhadap bala. Ia pun memerintahkan yang sehat untuk pindah agar tidak tertular.
Sebutlah misalnya imunisasi 'tetanus' dan 'rabies'. Tetanus, ini penyakit berbahaya yang menyerang otot manusia oleh bakteri. Bila kita terkena, tubuh kita bisa kejang seperti papan atau kayu dan susah bernapas. Bila terserang hanya ada 2 pilihan, meninggal atau bisa bertahan hidup.
Begitu juga saat ini ada imunisasi penyakit menular Measles dan Rubella (MR) yang dianjurkan pemerintah untuk anak kelas 1 sampai kelas 6 atau sampai rentang umur 19 tahun.Â
Berdekatan di hari anak, begitu banyak penolakan orang tua. Awalnya bukan karena vaksin telah mendapat sertifikasi halal dari MUI, namun lebih kepada berita yang tak menentu di media sosial. Beragam kejadian aneh pasca imunisasi telah mengantui para orang tua rasa takut.
Anehnya, ketika mereka sakit keras, masuk rumah sakit, entah zat dan suntikan apa yang diberikan mereka tidak protes.
Bagaimanapun kita generasi saat ini bisa sehat dan terhindar dari penyakit yang dapat menular secara sporadis itu karena kita terikut vaksin pemerintah orba. Tahun 1980an berapa banyak penduduk negara di afrika sana terserang penyakit menukar.
Oh, kita zaman ini tak banyak anak, bukanlah karena vaksin. Kami tetap merasa subur. Alasan tak banyak anak semata karena kemampuan keuangan keluarga untuk menghidupi banyak anak.Â