Mohon tunggu...
Agus Hendri
Agus Hendri Mohon Tunggu... Lainnya - Skill in the muisc, planting, class and beyond

Menyatukan kekuatan budaya daratan/pedalaman & lautan/pesisir, mjdi sebuah kekuatan yg mendasar utk semua kalangan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketinggalan Ilmu Itu Kesedihan

21 Januari 2018   15:55 Diperbarui: 21 Januari 2018   16:08 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peningkatan ilmu dan kinerja berlaku untuk siapa saja, bukan hanya buat kita pendidik. Sudah menjadi perintah Tuhan (hari ke hari tidak merugi). Murid kita juga harus nampak peningkatannya dari waktu ke waktu. Saat tak ada peningkatan, kerugian masa dan ilmu pasti menimpanya. Masa yang telah berlalu itu paling jauh dan tak mungkin kembali. Di saat tak ada usaha atau bantuan yang signifikan pada peningkatan belajar murid beberapa potensi waktu umur terbaik mereka hilang percuma. Mereka ketinggalan. Ketinggalan cerita, ketinggalan keriuhan belajar, dan ketinggalan proses pengalaman yang semestinya diperoleh. 

Bagi anak-anak "ketinggalan" itu mungkin biasa, tetapi bagi kita orang dewasa, merasa tertinggal itu adalah kesedihan. Ketika penulis mengajar di pulau terjauh, pompong (kapal kayu) hanya berlayar sekali sehari menuju kota kecamatan di pulau lainnya. Ketika sampai di pelabuhan pompong rupanya sudah bertolak, masih nampak kapal melaju dan deru mesinya masih terdengar. Namun, tak mungkin balik lagi memutar haluan menghabiskan  radius yang luas hanya untuk menjemput kita sendiri. Menghabiskan waktu, menjengkelkan penumpang yang tepat waktu sampai pelabuhan.

Sendiri tertinggal di pelabuhan, memikirkan kapal hanya ada esok harinya, mengenang ketinggalan terhitung jadi satu hari satu malam untuk menunggu esok pagi, sungguh membuat hati terenyuh ingin menangis. Betapa tidak enak sebetulnya "ketinggalan" apa saja. Itu bila kita resapi dalam-dalam perumpamaan ketinggalan kapal. Kalau orang di pulau Jawa sana biasa dengan istilah ketinggalan kereta (api).

Ketika facebook menghebohkan jagad kampus tempat kuliah pendirinya tahun 2004, yang mana mahasiwa bisa terhubung satu sama lain, mantan presiden Barack Obama mendengarnya. Media itu dijadikannya media kampanye. Lewat Obama lah facebook terkenal hingga mendunia. Tahun 2007 saya ikut daftar. Tahun 2008 mulai banyak teman. Diceritakan sama teman, diajak bergabung, katanya, "untuk apa itu facebook, internet banyak negatifnya", Ia berujar. Berjalan waktu tahun 2012 kawan itu ternyata berniat ingin punya facebook juga. Saya pun membuatkannya. Kawan itu 5 tahun ketinggalan dari saya dalam soal itu. 

Ketertinggalan juga membuat kita keras kepala, tidak terbuka, selalu menolak hal-hal yang baru. Baru bisa menerima bila disekelilingnya sudah mengenal semua, baru Ia mau tahu. 

Saya mengenal E-mail (surat elektronik) sejak 2002 diajarkan oleh seorang dokter tempat bekerja lama. Waktu itu yahoo rajanya email tidak seperti sekarang dikuasai google. Selain bisa berkirim pesan melalui email dengan akun yahoo, juga bisa berkomukasi dengan media chatting populer saat itu, yakni yahoo mesengger. Sekedar informasi, konsep email inilah yang sama dengan SMS pada hape. Sebagaimana SMS punya inbox dan sent item yang ada pada hape jadul kita. Sekarang Email hanya sekedar dijadikan sebagai alamat kita di awan. Fungsi email digantikan oleh media sosial.

Suatu waktu di 2009 seorang teman yang cerdas dan disegani di sebuah sekolah minta bantuan. Pintanya, bila saya ke kota tolong kirimkan berkas penting ponakannya dengan faximile dikirim ke Bandung. Kami bilang faximile hasilnya kabur dan sedikit repot karena di sana harus standby. Saya sarankan pakai email saja, nanti file sampai di sana di printing. Namun, surat pentingnya kita scan dulu. Saya punya scanner. Setelah kita scan, baru kita cari sinyal internet di kota. Di sana ada hotspot penerintah. Saran saya berkirim surat penting tidak bisa diterimanya, mala akhirnya terjadi saling tak enak hati, bertengkar, saling keras kepala dengan pendapat masing-masing. Saya mengalah.  

To be clear, ketidaksamaan pandangan, ketimpangan pengalaman karena ketertinggalan cara dan informasi pada akhirnya membuat kita bertengkar dan salah asumsi memahami sesuatu menjadi satu tujuan.

Apa upaya kita agar tidak ketinggalan?

1. Fokus pada kekuatan Anda.

Bila kita memusatkan energi mental pada kelemahan, maka berkah kelebihan kita makin menjauh. Ukur kekuatan kita sampai di mana, kemudian asah kekuatan itu secara alami sampai kita menjadi produktif.  Membangun kekuatan diri di sini maksudnya tiada keraguan dalam melangkah, punya kepercayaan diri, tidak bergantung pada orang kebanyakan (mandiri) dalam hal yang sebenarnya bisa kita lakukan sendiri. Mandiri akan merangsang hal baru dan terbarukan akan muncul. Akhirnya, bisa memberi dampak perubahan pada diri sendiri dan orang lain.

2. Latihlah bakat Anda.

Setiap orang diberikan kelebihan dan kekurangan oleh Tuhan, namun tadi kita tidak boleh fokus pada kekurangan. Setiap kita juga diberi karunia yang perlu kita kembangkan dan bagikan pada sesama. Apa yang menggairahkan dan memberi energi pada kita? Apa yang membuat kita ingin berbuat lebih banyak dan menjadi lebih dari orang lain? (kompetisi sehat) Kualitas apa yang bisa dilihat orang sekitar pekerjaan kita? Latihlah kelebihan (bakat) tersebut seperti kami (penulis) juga dalam rangka melatih diri bermanfaat bagi orang lain. 

3. Miliki keberanian untuk tampil beda.

Untuk menjadi hebat, pengalaman orang terdahulu, katanya kita harus berbeda. Berusaha menemukan dan mencoba hal-hal baru. Selalu berbeda dengan orang kebanyakan mungkin membuat beberapa orang tidak nyaman dengan kita, kita dibilang 'lain' orangnya. Kita juga tidak akan bisa menonjol jika pola pikir kita harus sama dan sesuai terus dengan keadaan orang lain. Jangan biarkan orang lain membentuk diri kita. Di situasi seperti inilah kita harus jujur terhadap diri sendiri. Melakukan pekerjaan sesuai passion dan bersikap seperti apa yang kita sukai.

4. Terus berkembang dan belajar.

Bila kita terus tumbuh, hal-hal tak terduga akan kita temui dan dapatkan. Mungkin itu yang disebut rejeki yang terduga. Sudahlah menemukan dan menjalankan kesenangan, dapat rejeki pula. Itulah hebatnya berkembang dan rejeki saling mendukung (belajar itu sampai liang lahat).

5. Mengkritik diri sendiri 

Kita selalu mudah mengkritik orang lain, ada saja salah orang lain di mata kita, tanpa mau mengkritik diri sendiri. Tungau di seberang lautan nampak, gajah dipelupuk mata tak nampak. 

Kritik ke diri sendiri maksudnya adalah selalu ada umpan balik dari apa-apa yang telah kita lakukan (intropeksi). Belajar dari apa yang kita lakukan,  baik itu salah atau benar. Salah dibuang, benar diambil hikmahnya. Tidak pernah merasa puas terhadap pengetahuan dan selalu punya daya kritis ke arah perbaikan dilingkungan kehidupannya. Tak membiarkan orang lain mengurangi semangat peningkatan dirinya. 

Bermula dari kita pendidik yang tidak 'ketinggalan' pengetahuan dan informasi, suka selalu terdepan, sikap itu akan menular pada anak didik kita menjadi tidak suka juga 'ketinggalan'. 

Ketinggalan juga membuat sikap kita permisif. Menerima apa adanya keadaan yang seharusnya sudah jauh berubah. Ini juga yang perlu kita ingatkan pada anak-anak kita bahwa ketinggalan pelajaran itu tidak se remeh-temeh yang kita duga. Ketinggalan sehari sama dengan ketidakpastian. Entah kapan lagi pengetahuan yang tertinggal itu bisa kita dengar ulang, bisa setahun, bisa 2 tahun lagi. Karena itu, pendidikan sejak dulu hingga sekarang mengabsensi muridnya. Absensi murid adalah administrasi pertama guru mengelola pengetahuan siswanya di kelas. 

Bagi saya, ketertinggalan itu adalah ketidakpastian dan kesedihan. Orang yang tak ketinggalan ilmu itu adalah orang besar walau usianya muda.

Bagaimana pendapat Anda?

Batam, 20 Januari 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun