Mohon tunggu...
Agfian Muntaha
Agfian Muntaha Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Anak muda yang sedang berjuang untuk menjadi pria yang sesungguhnya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aku, Sariawan, dan (Sesekali) Kamu

24 April 2014   22:58 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:14 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejujurnya, aku sedikit lupa, kapan terakhir kali aku sariawan. Bukan karena aku sehat dan gagah, hanya saja, aku memang jarang mengingat-ingat sariawan. Mungkin karena sudah terlalu sering mengalaminya.

Aku memang lupa kapan terakhir kali aku sariawan, tapi ada satu masa sariawan yang aku ingat.

Ketika itu aku masih pacaran dengan kamu (iya, sekarang sudah tidak lagi.  Kalem) dan kita sering menghabiskan waktu untuk duduk, berbincang tentang hal-hal tidak penting yang kita tahu. Ya, pembicaraan kita tidaklah penting, yang penting adalah kita saling berbicara.

Aku tidak yakin kamu ingat, tapi kebiasaanku saat sariawan adalah: aku selalu malas berbicara. Jangankan bicara, mendengarkan lagu Sheila On 7 saja aku diam dan tidak menyanyi. Padahal, bagi seorang anak muda nan gaul sepertiku, haram hukumnya diam saat mendengar suara Duta dengan nadanya yang khas.

Ya, aku malas bicara saat sariawan. Saat menderita sariawan, bicara dan makan adalah semacam cobaan berat untukku. Dan kamu (saat itu) sangat paham dengan kondisiku. Mengetahui aku sedang sariawan, biasanya kamu akan mengambil alih pembicaraan. Banyak bercerita tentang kakak tingkatmu yang suka menggoda, atau dosen killermu yang senang membuat komedi garing di kelas. Dengan ceritamu kamu membuatku tertawa, untuk kemudian meng-aduh kesakitan, karena luka sariawanku tak berbaik hati ketika aku tertawa. Tak apa, aku rela kesakitan tertawa saat sariawan. Demi kamu.

Sariawan memang menjadi masalah tersendiri bagiku. Mau bicara, tersiksa. Mau makan, apalagi.

Kebiasaanku saat sariawan selalu sama. Aku selalu banyak berkumur dengan obat kumur 'pedas' yang terkenal itu. Hal ini berdasarkan diagnosaku, bahwa sariawan berasal dari kotornya area luka. Dengan obat kumur, aku membasuh luka di mulut yang panas itu. Ajaibnya, hal itu selalu berhasil.

Namun, aku tidak pernah merasa nyaman dengan pengobatan macam itu. Entah kenapa aku merasa kurang aman saja. Obat kumur itu kan pada dasarnya dibuat untuk berkumur saat sehat, kenapa aku gunakan untuk berkumur saat sakit? Aku merasa bersalah pada obat kumur itu. Kasihan dia.

Untungnya, sekarang sudah ada obat sariawan yang menggunakan cara herbal untuk mengobati. Dengan begini, aku tidak merasa bersalah lagi. Aku menggunakan obat yang memang berfungsi sebagai obat. Aku juga ikut memaksimalkan potensi herbal Indonesia. Aku pernah mendengar bahwa di dunia ini ada 40.000 tanaman herbal dan yang 30.000nya ada di Indonesia. Dan dari jenis yang banyak itu, berapa yang sudah dimaksimalkan menjadi obat herbal terstandar dan fitofarmaka? Tidak banyak. Ya, aku tidak tahu jumlah tepatnya.

Ya, jadi sekarang aku sudah tidak perlu lagi minum obat kumur panas saat sakit sariawan. Sekarang, kita sudah tidak pacaran lagi. Artinya? Saat sariawan aku tidak perlu lagi menahan sakit gara-gara tertawa mendengar ceritamu.

Ya, dua cobaan besar dalam hidupku ketika sariawan sudah hilang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun