Mohon tunggu...
Agfa Putra
Agfa Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa K3 UI

Memiliki ketertarikan pada bidang olahraga, kesehatan, politik, dan seputar games

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Apakah Tenaga Nuklir Aman bagi Pekerja?

23 November 2021   11:00 Diperbarui: 23 November 2021   15:25 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Tenaga nuklir kurang mendapat dukungan masyarakat apabila dibandingkan dengan sumber energi terbarukan lainnya. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut salah satunya berita tentang kecelakaan nuklir besar. Contohnya adalah kecelakaan Chernobyl dan Fukushima Daiichi yang melepaskan material radioaktif dengan jumlah yang sangat besar ke atmosfer. Oleh karena itu, muncul opini bahwa tenaga nuklir bukan salah satu alternatif sumber energi terbarukan di masa depan.

Apakah tenaga nuklir memang tidak aman seperti pandangan masyarakat luas? Untuk menjawab pertanyaan ini kita akan meninjau kesehatan orang yang paling dekat dan lama di reaktor nuklir yakni pekerja Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). 

Reaktor Nuklir

Energi nuklir adalah suatu bentuk energi yang dihasilkan dari reaksi nuklir. Ada dua jenis reaksi nuklir yakni reaksi fisi dan fusi. Pada saat ini reaktor nuklir memanfaatkan reaksi fisi untuk menghasilkan energi. Reaksi fisi terjadi ketika neutron menabrak atom sehingga secara paksa membagi atom tersebut menjadi dua bagian atom yang lebih kecil. Proses ini akan melepaskan neutron tambahan, energi yang sangat besar dalam bentuk panas dan radiasi. Secara umum, panas yang dihasilkan memanaskan air yang bertekanan tinggi dan diubah menjadi energi listrik melalui turbin (Eia.gov, 2021)(Galindo, 2021).

Pandangan Masyarakat

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh Sugiawan dan Shunsuke (2020) pada survey yang sebelumnya dilakukan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) pada tahun 2010 dan 2011 mengenai penerimaan publik terhadap tenaga nuklir, terdapat perubahan dukungan pada tenaga nuklir sebelum kejadian bencana nuklir Fukushima Daiichi dan setelahnya. Pada 2010, persentase responden yang mendukung Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) mencapai 60%. Namun, pada 2011, setelah terjadinya bencana nuklir Fukushima Daiichi, persentase responden yang mendukung PLTN turun menjadi 49,5%(Sugiawan dan Managi, 2019).

Pada studi yang sama, disebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap PLTN, yaitu, berita kecelakaan nuklir besar, lokasi PLTN yang dekat dengan tempat tinggal, tingkat pengetahuan (familiarity) terkait PLTN, dan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah pusat, otoritas energi nuklir, dan pemerintah tingkat lokal (Sugiawan dan Managi, 2019).

Kesehatan dan Keselamatan Pekerja PLTN

Pada studi kohort retrospektif yang diteliti  oleh The International Nuclear Workers Study (INWORKS) tahun 2016, disebutkan bahwa terdapat hubungan positif antara kematian akibat cancer dan leukemia dengan pajanan pekerjaan (occupational exposure) radiasi pengion. Studi ini melibatkan 13 fasilitas yang melibatkan tenaga nuklir dari berbagai sektor industri dengan total subjek sebanyak 308.297 orang. Studi dilakukan dalam rentang periode 1943 - 2005 (Ghassan et al, 2016). 

Dari penelitian tersebut diketahui bahwa risiko kanker meningkat pada pekerja PLTN karena paparan kronis pada dosis kecil. Walaupun demikian, paparan radiasi pada pekerja PLTN selama 20 tahun terakhir mengalami penurunan secara signifikan. Hal ini kemungkinan diakibatkan penerapan ALARA yang akan dibahas pada bab selanjutnya (NEA, 2010).

Di segi keselamatan, berdasarkan data dari Paul Scherrer Institute (PSI) yang diterbitkan National Energy Agency (NEA), tenaga nuklir merupakan sumber energi yang sangat jarang mengalami kecelakaan dan paling sedikit memakan korban (NEA, 2010).

Pengendalian Risiko terhadap Pekerja PLTN

ALARA adalah konsep yang dipegang oleh berbagai organisasi yang mengoperasikan alat yang mengeluarkan radiasi pengion. ALARA adalah singkatan dari As Low As Reasonably Achievable (serendah mungkin yang dapat dicapai). Konsep ALARA diterapkan mengingat efek stokastik dari radiasi pengion yakni efek yang signifikan pada manusia dengan dosis yang tidak tentu. Secara umum dikenal 3 prinsip umum dalam pengendalian radiasi pengion antara lain

  1. Time

Semakin sedikit waktu dekat dengan sumber, semakin sedikit dosis yang diterima pekerja

  1. Distance

Semakin jauh dengan sumber, semakin sedikit dosis yang diterima pekerja

  1. Shielding

Penempatan pelindung seperti timah, beton dan plastik khusus di antara sumber dan subjek

Prinsip ALARA ini kemudian diintegrasikan ke dalam hirarki pengendalian yang mengatur berbagai metode perlindungan pekerja terhadap radiasi. Berikut ini adalah ilustrasi dari hirarki pengendalian.

  1. Eliminasi mencakup penghilangan terhadap potensi bahaya misalnya tombol scram untuk menghentikan reaktivitas pada reaktor

  2. Substitusi mencakup penggantian bahan yang berpotensi menimbulkan bahaya dengan bahan yang tidak berbahaya;

  3. Pengendalian dengan rekayasa misalnya pemasangan sistem ventilasi yang cukup, pemasangan penahan radiasi (beton atau timbal), design keteknikan untuk kenyamanan kerja;

  4. Pengendalian administratif misalnya pelaksanaan shift kerja, rotasi dan mutasi personel, prosedur kerja keselamatan, pemasangan simbol/tanda-tanda bahaya termasuk tanda radiasi di daerah kerja;

  5. Alat pelindung diri mencakup alat pelindung untuk melindungi anggota tubuh (seperti earplug/earmuff; safety goggles, respirator, sarung tangan, sepatu keselamatan)

Kesimpulan

Tenaga nuklir sama seperti sumber energi lainnya, yakni memiliki resiko nya masing - masing. Terdapat hubungan positif antara kematian akibat cancer dan leukemia dengan pajanan pekerjaan (occupational exposure) radiasi pengion di PLTN selama 1943 - 2005. Akan tetapi paparan radiasi pada pekerja PLTN selama 20 tahun terakhir mengalami penurunan secara signifikan sehingga risiko ini mungkin menurun di masa depan. Selain itu, tenaga nuklir sangat jarang mengalami kecelakaan dan paling sedikit memakan korban. Oleh karena itu, tenaga nuklir tidak seburuk apa yang diperkirakan seperti pandangan masyarakat

Seperti pesawat terbang, tenaga nuklir mendapat persepsi buruk karena berita kecelakaan PLTN yang mengerikan. Di balik itu, tenaga nuklir merupakan alternatif energi yang relatif aman dan baik untuk lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Nuclear Radiation and Health Effects (2021). Available at: https://www.world-nuclear.org/information-library/safety-and-security/radiation-and-health/nuclear-radiation-and-health-effects.aspx (Accessed: 17 November 2021).

  2. Ramana, M. V. (2009) ‘Nuclear Power: Economic, Safety, Health, and Environmental Issues of Near-Term Technologies’, http://dx.doi.org/10.1146/annurev.environ.033108.092057, 34, pp. 127–152. doi: 10.1146/ANNUREV.ENVIRON.033108.092057.

  3. Fornalski, K. W., & Dobrzyński, L. (2010). The healthy worker effect and nuclear industry workers. Dose-response : a publication of International Hormesis Society, 8(2), 125–147. https://doi.org/10.2203/dose-response.09-019.Fornalski

  4. Management of Operational Safety in Nuclear Power Plants INSAG-13 (1999). Available at: https://www-pub.iaea.org/MTCD/Publications/PDF/P083_scr.pdf (Accessed: 17 November 2021).

  5. Gordelier, S. and Cameron, R. (2010) ‘Comparing Nuclear Accident Risks with Those from Other Energy Sources’, OECD Publications, (NEA 6861), pp. 1–52. Available at: https://www.oecd-nea.org/jcms/pl_14538/comparing-nuclear-accident-risks-with-those-from-other-energy-sources?details=true (Accessed: 17 November 2021).

  6. Cohen, J. (2018) History’s Worst Nuclear Disasters - HISTORY. Available at: https://www.history.com/news/historys-worst-nuclear-disasters (Accessed: 17 November 2021).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun