Dalam bukunya Principles of Economics Mankiw memberikan ilustrasi yang sangat menarik mengenai sifat dasar manusia yaitu bahwa manusia pada dasarnya menginginkan keadilan.
Pendapat tersebut disimulasikan dengan yang namanya Ultimatum Game, yaitu sebagai berikut:
Terdapat dua orang sebutlah si A dan si B. Diantara keduanya kemudian diundi untuk diberikan uang $100. Katakanlah si A yang kemudian mendapat uang tersebut. Uang $100 ini kemudian harus dibagi yang mana si A lah yang menentukan pembagian berapa persen yang masing-masing didapat. Jika si B menerima maka uang tersebut akan diberikan, akan tetapi jika si B menolak maka uang harus dikembalikansemua dan keduanya tidak mendapat apa-apa. Di antara si A dan si B tidak boleh berunding, artinya besarnya presentase pembagian mutlak ada di tangan si A.
Dengan aturan seperti ini maka si A akan berpikir kira-kira berapa persentase yang pantas diberikan kepada si B agar sebisa mungkin si B tidak menolaknya. Si A tentu akan memaksimalkan bagiannya sedangkan di sisi lain si A juga harus memikirkan bagian yang pantas diberikan kepada si B agar tidak terlalu rendah supaya si B menerimanya. Si A tidak boleh terlalu rakuskarena jika terlalu rakus maka si A justru tidak akan mendapat apa-apa. Jadi si A mengalami dilema yaitu pembagian jangan terlalu tinggi tetapi juga jangan terlalu rendah. Dalam pembagian yang paling ekstrim, si A akan memaksimalkan keuntungannya yaitu si A akan memberikan pembagian sebesar $99 dan $1, artinya si A dapat $99 dan si B dapat $1.
Pembagian ekstrim seperti itu adalah rasional mengingat si B tetap lebih baik keadaannya karena sudah mendapat $1. Kondisi si B menjadi lebih baik jika menerima daripada menolak usulan pembagian karena jika si B menolak maka si B tidak akan mendapat apa-apa. Jadi secara rasional memang mendapat $1 lebih baik daripada tidak mendapat apa-apa. Itulah yang disebut Nash Equilibirium. Secara rasional maka si A seharusnya akan mengajukan pembagian kepada si B sebesar $1 dan si B seharusnyamenerimanya.
Akan tetapi apa yang terjadi di dunia nyata? Ekonomi sering tidak berjalan secara rasional seperti itu. Ekonomi sering berjalan tidak sesuai teori. Jika Anda jadi si A berapa persen pembagian yang akan diberikan kepada si B? Setelah dilakukan penelitian ternyata si A memberikan pembagian untuk si B lebih besar daripada $1. Biasanya orang akan membagi sebesar 50:50, atau 60:40. Bahkan 30% untuk si B masih dikatakan tidak adil. Jadi pembagian yang lebih umum adalah 50:50.
Hey apa yang terjadi? ternyata tindakan manusia tidak sesuai dengan teori ekonomi konvensional. Ternyata manusia itu tidak selalu bertindak rasional. Jika hanya menggunakan akal (rasio) maka seharusnya si B menerimanya. Akan tetapi manusia adalah makhluk yang memiliki jiwa. Jiwa itu yang akan menuntun manusia untuk menentukan adil dan tidak adil. Aspek jiwa inilah yang dilupakan oleh ekonomi konvensional. Maka dari itu tidak heran jika analisisnya hanya memperhitungkan aspek rasio saja. Maka dari itu jika si A menggunakan aspek jiwa maka dia tidak akan memberikan hanya $1 saja melainkan lebih. Si B jika menggunakan jiwa maka dia juga akan menolak tawaran $1 karena dia merasa mendapat ketidakadilan. Aspek jiwa inilah yang akan mem-bypass aspek rasio sehingga tindakan manusia tidak hanya berdasar akal (rasio) saja akan tetapi juga berdasar jiwa.
Hal ini membuktikan bahwa manusia cenderung untuk bersifat adil. Dengan membagi sebesar 50:50 maka keduanya akan mendapat kondisi yang lebih baik sehingga tercipta kemakmuran bersama. Hal ini menandakan bahwa sifat adil akan membawa kepada kemakmuran.
Dalam masyarakat Jawa kondisi seperti itu sering diungkapkan dengan ungkapan “Ngono yo ngono ning ojo ngono”. Atau kalau teori ekonomi konvensional memiliki Nash equilibirium, maka untuk menggambarkan ungkapan Jawa tersebut saya juga akan menyebutnya dengan EQUILIBIRIUM KEADILAN. Meskipun hemat saya yang namanya keadilan bukanlah suatu kondisi statis yang mana berada pada satu titik tertentu (pada satu titik equilibirium). Keadilan adalah RASAmaka keadilan itu akan berada pada suatu rentang angka tertentu. Seperti contoh tadi yaitu pembagian yang adil bisa dari 50:50 sampai 60:40. Maka rasa keadilan itu jika si B mendapat bagian antara 40%-50%.
Aplikasi simulasi seperti ini bisa digunakan sebagai landasan untuk mengembangkan skema bagi hasil dalam perbankan syariah. Bahwa setiap manusia pada dasarnya menginginkan skema pembagian (keuntungan) yang adil. Pihak bank tentu akan menawarkan pembagian yang tidak terlalu tinggi karena takut nasabah akan menolaknya dan membatalkan meminjam uang dari bank. Jadi yang ada dalam benak bank syariah adalah memberikan porsi bagi hasil yang adil, yang memaksimalkan kemakmuran antara keduanya.
Selengkapanya baca Principles of Economics, Volume 1, N. Gregory Mankiw, hlm. 497.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H