Mohon tunggu...
Ageng Rikhmawan
Ageng Rikhmawan Mohon Tunggu... lainnya -

"Karena Teknologi yang berfilosofi dan berseni adalah Tempe Indonesia."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nazar dan Romantikanya pada Angelina

3 Maret 2012   06:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:35 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13307597571330132379

Kota cerah. Langit cerah. Jejaring kabel listrik juga telah di huni beberapa pasang merpati. Untung saja pasangan parapati itu tak meninggalkan kotoran yang dapat mencederai keindahan dibawahnya.  Artinya, merpati ikut-ikutan cerah. Selain itu angin juga cerah. Badai juga cerah dan langkah-langkah manusia di permukaan tanah juga sudah mulai cerah.

Jalan yang melulu ramai itu adalah sebuah kompleks pertokoan. Sudut kota, yang sepanjang jalannya berisi toko-toko yang menampilkan etalase-etalase penarik hati. Itulah tempat dimana semua manusia dengan segala persediaan finansial yang ada, akan berkurang setiap melewati celah kenikmatan berbelanja.

Ada yang karena sesuatu, pacar mereka, meminta untuk membelikan sepasang sepatu di toko ujung gang pertama. Kata pacar laki-lakinya mengatakan bahwa sudah banyak sepatu yang ia punya di rumah. Kilah sang perempuan, dia ingin sepatu itu. Karena ketipan mata, karena sesuatu yang bisa disimpulkan sebuah kebiasaan, lalu mengungkit-ungkit rasa kasih sayang. Relalah si pria menukarkan kertas bernominal dengan sepasang sepatu.  Kertas bernominal untuk lambang kasih sayangnya. Pada perempuan.

Di toko terakhir, sebuah etalase kecil ternyata menahan seseorang yang sekali lama,  memandang takjub barang yang ada di dalamnya. Ia seorang laki-laki dengan membawa tas kerja di samping. Lama ia berpagut, juga menahan seseorang lain karena penasaran. Kali ini seorang perempuan yang ikut-ikutan memandang dalam. Hingga tak lama setelah sang wanita tertegun, sang pria sadar seseorang di sampingnya.

" Indah bukan?" tanya sang laki-laki.

" Yang indah bukan itu. Tapi bagaimana caranya memberikan itu pada seseorang. Dan membuat berkesan oleh itu.  Lalu mengulangi intinya. Hingga berulang-ulang... "

" Itu hanya sebuah arti kecil. Kau terlalu kuat memahaminya. Oh ya... Namaku Nazar. "  Nazar sambil memberikan tangannya untuk berjabat tangan. Berkenalan.

" Bener Nazar? Aku tak percaya ini! Aku Angelina. Hahaha... Ini kebetulan yang aneh bukan. " Angelina tertawa.

" Ternyata kita sama-sama Demokrat ya?" Tambah kelakar Nazar. Mereka berdua tertawa kembali.

" Hal yang paling membuatku gondok jika nama-namaku di sangkutkan dengan kasus itu. Sama sekali aku tak tertarik pada politik. Seperti wanita-wanita pada umumnya. "

" Kau menyangkal politik? Lihatlah Kartini, Angelina. Kartini itu berjuang lewat politik. "

" Itu dulu jangan samakan dengan sekarang " kilah Angelina.

" Bagaimana sebelum kita membeli barang itu aku mengajakmu makan siang?"

" Aku ingin membeli itu  sekarang. Setelah itu sih oke saja. Kau juga ingin membelinya?"

" Iya, itu cocok buatku. Atau buat Nazar yang lain ."

" Mari... " tambah lagi nazar.

Sepasang korban lain kini memasuki toko. Terjadi sebuah pertukaran lagi. Antara kertas bernominal dengan barang. Tetap saja semua yang dijual disini adalah barang.

Sambil keluar, dua pasangan itu tertawa sumringah. Dengan Smartphone di tangan masing-masing dan barang yang mereka beli. Barang itu hanya barang kecil dan murah. Itu hanya sebuah gantungan Smartphone dengan tulisan " Kejujuran".

Semarang, 3 Maret 2012. Mau dilanjutin tapi listrik mati. :D

gambar : flickr

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun