Mohon tunggu...
Ageng Rikhmawan
Ageng Rikhmawan Mohon Tunggu... lainnya -

"Karena Teknologi yang berfilosofi dan berseni adalah Tempe Indonesia."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Percakapan Rembulan

14 Februari 2012   22:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:38 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rembulan sebenarnya adalah satelit-satelit planet selayak pada umumnya. Aquila merasa jika ia mendekat kesana, besarnya dirinya, akan melebihi bumi malah. Atau sepertiga boss besar Bima Sakti. Sang Matahari.

Tapi memang matahari. Raja galaksi yang berbeda dengan raja-raja lainnya. Yang Aquila tahu memang rembulan sangat mencintai matahari.

Hanya secelurit cahya menghiasai bulan. Aquila bisa memahami, bulan tak akan berbicara banyak malam ini dan seterusnya.

Suaranya parau dan tak bisa didengar oleh Aquila. Namun secepat sebelum mereka berpisah. Kembali senyum mengikat kembali untuk bertemu esok malam. [ 11/02/2012 Malam ]

Memang waktu bagi bulan untuk bertemu dengan matahari adalah kala gerhana matahari. Waktu itulah bulan mempunyai wajah tercantik dan terdekat dengan matahari. Namun sebagaimana semua penjuru tahu. Waktu seperti itu adalah jarang terjadi. Dan jika terjadi, mereka bertemu hanya beberapa saat. Secepat menitnya manusia.

Waktu yang paling menyedihkan baginya, menurutku. Gerhana bulan, sisa waktu yang terhalang tuannya. Bumi. Hilanglah kirana surya. Sering kali terulang, membubuhkan waktu panjang penantiannya hanya untuk bisa bersua. Angkasa tahu ia sedih. Menutupi kesedihannya dengan bertopeng isu, termakannya ia oleh Kalaharu, termakannya ia oleh kerinduan.

Tuannya. Bumi. Planet yang tak menghiraukan keberadaan bulan. Sebagaimana relatifitas. Bumi juga bulan bagi bulan. Namun apa kehendak, perputaran itu lagi-lagi yang menetukan bumi berhak atas bulan. Perputaran kadangkala sungguh kejam. Ini seperti Bulan adalah istri Bumi. Namun tak sepenuhnya mencintai bumi, cinta tamatnya hanya untuk Baskara.

“  Rembulan “, ucap Aquila perlahan. Sendiri. Menatap.

[ 12/02/2012 Malam ]

Kadang, kesendirian itu ada. Hingga kita meronta-ronta pada yang lain, meminta bantuan supaya memberikan perhatian untuk kita. Entah pada Tuhan, entah pada sebuah bintang. pada akhirnya jika asa hilang, perhatian tak datang, lalu kita menyerah pada pola acak pemikiran. Hingga jatuh, hingga jatuh lagi beberapa kali. Terbilang hidup penuh kejatuhan. Semua tahu, jatuh bagi sebuah bintang adalah kematian.

Malam sebelumnya aku terlalu menyendiri. Merasa berada diombang-ambingkan oleh sesuatu yang tak kutahu. Ini aneh. Namun sering kali terjadi.

“ Menjadi bintang ceria. Sebisa mungkin seperti bulan. Yang gemerlap walau ia di acuhkan oleh Bumi, serta sesuatu yang belum ia dapatkan di mimpinya. Kerinduan bertemu dengan matahari yang mendalam. ” Aquila melihat bulan tak secerah kemarin. Berlalu cepat dihadapannya.

[ 13/02/2012 Malam ]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun