Mohon tunggu...
Ageng Pangestu
Ageng Pangestu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penerima Beasiswa KIP Kuliah 2020 Institute Pariwisata Trisakti

About tourism, busines, finance and self development.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Negatif Pariwisata Konvesional

14 Juli 2024   09:04 Diperbarui: 14 Juli 2024   09:11 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi terbesar di dunia, memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan negara dan penciptaan lapangan kerja. Namun, di balik manfaat ekonominya, pariwisata konvensional sering kali membawa dampak negatif yang besar terhadap lingkungan, masyarakat setempat, dan budaya. Artikel ini akan mengulas secara mendetail dampak-dampak negatif yang dihasilkan oleh pariwisata konvensional dan pentingnya mengadopsi pendekatan pariwisata yang lebih berkelanjutan.

Polusi dan Kerusakan Lingkungan

1. Kerusakan Habitat dan Ekosistem

  • Pembangunan infrastruktur pariwisata seperti hotel, resort, dan jalan raya sering kali mengorbankan habitat alami. Hutan ditebangi, lahan basah dikeringkan, dan terumbu karang dirusak untuk memberikan ruang bagi pembangunan. Hal ini menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati dan terganggunya ekosistem.
  • Contoh nyata adalah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang sering kali mengalami erosi dan degradasi akibat pembangunan yang tidak terkendali.

2. Polusi Air dan Tanah

  • Banyak destinasi wisata menghasilkan limbah yang mencemari air dan tanah. Pembuangan limbah domestik dan industri yang tidak terkelola dengan baik mengakibatkan pencemaran sungai, danau, dan laut. Limbah plastik dari aktivitas wisatawan juga sering kali berakhir di lautan, mengancam kehidupan laut.
  • Air limbah dari hotel dan restoran yang tidak diolah dengan baik dapat meresap ke dalam tanah dan mencemari sumber air tanah yang digunakan oleh masyarakat setempat.

3. Polusi Udara

  • Emisi gas rumah kaca dari transportasi wisata, terutama penerbangan, merupakan kontributor utama polusi udara. Kegiatan transportasi darat seperti bus pariwisata dan kendaraan pribadi juga menyumbang polusi udara di destinasi wisata yang padat.
  • Peningkatan lalu lintas udara dan darat tidak hanya memperburuk kualitas udara, tetapi juga berkontribusi terhadap perubahan iklim global.

Dampak Sosial dan Budaya

1. Komersialisasi Budaya

  • Budaya lokal sering kali dikomersialkan untuk menarik wisatawan, yang dapat mengakibatkan hilangnya keaslian dan makna budaya tersebut. Tradisi dan ritual budaya diubah untuk memenuhi selera wisatawan, mengurangi nilai-nilai asli yang dimilikinya.
  • Contoh: Tari-tarian tradisional yang seharusnya dilakukan pada waktu tertentu dalam konteks spiritual atau sosial, dilakukan setiap hari demi hiburan wisatawan.

2. Perubahan Struktur Sosial

  • Ketergantungan pada pariwisata dapat mengubah struktur sosial masyarakat. Penduduk lokal mungkin harus meninggalkan pekerjaan tradisional mereka seperti pertanian atau perikanan untuk bekerja di sektor pariwisata. Hal ini dapat mengakibatkan hilangnya keterampilan dan pengetahuan tradisional.
  • Selain itu, masuknya wisatawan dalam jumlah besar sering kali menyebabkan meningkatnya biaya hidup dan harga properti, membuat penduduk lokal sulit untuk mempertahankan gaya hidup mereka.

3. Ketimpangan Sosial dan Ekonomi

  • Keuntungan dari pariwisata sering kali tidak didistribusikan secara merata. Sebagian besar keuntungan cenderung masuk ke kantong investor besar dan perusahaan multinasional, sementara pekerja lokal sering kali hanya mendapatkan upah rendah.
  • Ketimpangan ini dapat memperburuk kesenjangan sosial dan ekonomi, menciptakan ketidakpuasan dan ketegangan sosial di antara penduduk lokal.

Masalah Ekonomi

1. Ketergantungan Ekonomi pada Pariwisata

  • Ketergantungan yang berlebihan pada pariwisata membuat ekonomi suatu daerah atau negara rentan terhadap fluktuasi pasar global. Krisis ekonomi, bencana alam, atau masalah kesehatan global seperti pandemi dapat secara drastis mengurangi jumlah wisatawan dan mengakibatkan kerugian ekonomi yang besar.
  • Contoh: Pandemi COVID-19 menunjukkan betapa rapuhnya sektor pariwisata ketika pergerakan internasional dibatasi dan destinasi wisata ditutup.

2. Musim Wisata dan Ketidakstabilan Pendapatan

  • Banyak destinasi wisata yang bergantung pada musim tertentu, seperti musim liburan atau musim panas. Pendapatan yang tidak merata sepanjang tahun membuat ekonomi lokal tidak stabil, mengakibatkan ketidakpastian bagi pekerja pariwisata.
  • Ketika musim sepi, banyak bisnis pariwisata yang harus menutup atau mengurangi operasi mereka, yang mengakibatkan pengangguran sementara bagi pekerja.

Pariwisata konvensional membawa berbagai dampak negatif yang signifikan terhadap lingkungan, masyarakat, dan ekonomi lokal. Polusi, kerusakan lingkungan, komersialisasi budaya, perubahan struktur sosial, ketimpangan ekonomi, dan ketergantungan ekonomi adalah beberapa masalah utama yang dihadapi oleh destinasi wisata di seluruh dunia. Oleh karena itu, penting untuk mengadopsi pendekatan pariwisata yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa manfaat pariwisata dapat dinikmati tanpa mengorbankan masa depan lingkungan dan masyarakat setempat. Dengan mengedepankan prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan, kita dapat menciptakan industri pariwisata yang lebih baik dan lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun