Bagaimanapun juga, keberadaan oposisi dalam konteks demokrasi masih selalu dibutuhkan karena tidak ada kebenaran yang absolut dalam dunia perpolitikan dimanapun, keputusan dan kebijakan politikpun masih memerlukan saran dan kritik yang konstruktif supaya dalam pelaksanaannya benar-benar memberi manfaat bagi kehidupan dan kesejahteraan rakyat banyak.
Menjadi perlu diketahui bahwa varian oposisi sesungguhnya ditemui dalam kehidupan politik dimana-mana. Secara garis besarnya ada yang disebut oposisi destruktuf-oportunis, memiliki kecenderungan merendahkan citra pemerintah yang berkuasa, kebijakan yang disorot dan diungkakan hanya berdasar satu sudut pandang/diametral, mengharapkan jatuhnya penguasa untuk segera dapat diambil alih.
Ada pula oposisi fundamental-ideologis, lontaran opini/gagasan-gagasannya yang diungkapkan bukan hanya sebatas kebijakan, tetapi sudah masuk pada wilayah ideologis, menghendaki penguasa turun dari singgasananya. Dalam hal ini, para oposan tidak hanya sekedar bermaksud mengganti penguasa namun sampai pada ideologi atau paham yang dianggap terbaik baginya.
Dan yang tidak kalah pentingnya untuk diketahui/dipahami bahwa ada yang disebut oposisi konstruktif-demokratis, dimana gerakan-gerakan politik dan wacana serta sikap kritis yang dilontarkan banyak memperjuangkan kepentingan lebih luas/umum.  Pandangan dan gagasan yang dikemukakan cenderung berfungsi sebagai penyeimbang pemerintahan (check and balances), tetap menghargai hal positif yang telah dilakukan penguasa, konsisten untuk memperjuangkan demokrasi dalam sistem dan tatakelola pemerintahan secara berkelanjutan sesuai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Nah betapapun kehadiran oposisi masih dibutuhkan dalam berdemokrasi, namun disinilah kita juga perlu cermat memahami keberadaan oposisi dalam kancah politik praktis yang kini berlangsung di tengah kehidupan kita. Terutama disaat ataupun menjelang Pilpres 2019 dengan harapan pelaksanaan pesta demokrasi dapat berjalan dalam suasana kondusif dalam artian aman, lancar, bebas, adil, dan tentunya menuju Indonesia lebih baik dari waktu-waktu sebelumnya. (Subarja W).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H