Ada dua hal yang diberikan argumen di atas kepada dunia desain komunikasi visual. Billboard yang kini menyatu dengan lanskap di mana ia harusnya mencolok kini butuh bentuk dan media yang jauh berbeda dan tidak biasa, istilahnya unconventional media. Para perajin desain yang kini mengerjakan iklan luar ruangan harus bekerja di luar zona nyaman agar iklan luar ruangan kembali aktif, eksis, dan mencolok, di sini sumbangan iklan luar ruangan kepada desain adalah faktor yang mendorong para desainer dan tren iklan luar ruang secara umum di Indonesia maju, seakan menjadi katalis evolusi bagi jenis iklan yang satu ini.
Yang kedua datang dari segi berkesenian. Iklan-iklan luar ruangan kini bergeser peran dari sekedar alat beriklan yang mencolok menjadi bagian dari lanskap iklan, menyatu dengan latar di sekitarnya seakan-akan memang di bangun untuk menjadi bagian dari kota. Banyak contoh seperti Times Square di New York atau Akihabara di Tokyo di mana billboard dan iklan luar ruangan yang justru populer dan jadi ikon lokasi tersebut. Jika dipikir kembali, menyebut nama Gejayan tanpa billboard-billboard raksasa di tempat tersebut pun juga sekarang hampir tidak mungkin, pasti terbayang saat menyebut nama Gejayan.
Di sini iklan tergantung penempatan, kualitas, dan nilai astetiknya, iklan luar ruangan bisa menjadi karya seni di jalan seperti grafiti atau ikon kota seperti contoh di atas atau menjadi sampah visual yang sayangnya menjadi realita di banyak kota di Indonesia. Iklan luar ruangan kini bisa menjadi ajang berseni. Jika digunakan secara benar, bisa menjadi galeri raksasa yang mengisi ruang kosong dan lanskap kota. Praktisi DKV bisa memperalat iklan menjadi media untuk melakukan seni. Dalam kasus ini, sumbangsih yang diberikan iklan luar ruangan pada DKV adalah memberikan bentuk media baru yang bisa digunakan praktisi desain untuk berkarya dan kesempatan baru untuk menyebarkan ide desain mereka.
Metodologi
Iklan luar ruang dibuat oleh manusia sehingga aspeknya datang dari manusia, dan iklan-iklan ini dibuat untuk mempengaruhi manusia. Aspek-aspek ini; sebuah konstruk ide atau pola pikiran, akan dicerna oleh masyarakat dan menjadi bagian dari msayarakat, lalu akan memengaruhi aspek lainnya yang nantinya akan diterapkan masyarakat tersebut. Kami ingin mengidentifikasi aspek dan sekaligus hasil polanya dengan teori-teori yang kami pelajari dari buku, jurnal maupun dari berbagai sumber. Â Â
Kami memilih lokasi yang bertempat di Pertigaan Gejayan, Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta sebagai tempat survei. Alasan karena kami memilih tempat ini karena Gejayan memiliki jumlah iklan luar ruang berbentuk billboard yang terkenal tidak sedikit. Hampir sepanjang Jalan Gejayan terdapat billboard dan jenis reklame lainnya, dan paling terkonsentrasi di pertigaan antara Jalan Gejayan dan Jalan Colombo.
Lalu, metode yang kami gunakan untuk penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Â Berikut definisi deskriptif kualitatif yang kami kutip.
"Penelitian deskriptif kualitatif merupakan salah satu dari jenis penelitian yang   termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah       untuk mengungkapkan kejadian atau fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan      yang terjadi saat penelitian berlangsung dengan menyuguhkan apa yang sebenarnya  terjadi." (Agung Prasetyo, Linguistikid.com, 2016)
Kami mengumpulkan data dengan cara bertanya langsung di tempat dan secara lisan menanyakan opini mereka secara deskriptif tanpa kuesioner. Objek wawancara kami adalah orang-orang yang kami temui di lokasi pada waktu itu (19/11/2019), mulai dari pejalan kaki hingga polisi, siapapun yang bisa dan berkenan memberikan opini soal iklan luar ruang di tempat itu..
Pertanyaan yang digunakan pada wawancara tersebut adalah:
- Apakah pemasangan iklan luar ruang pada area ini efektif dalam mengiklankan produk/ layanan?
- Apakah keberadaan iklan luar ruang pada area ini mengganggu pandangan sekitar area?
- Apakah pesan yang disampaikan iklan luar ruang ini tersampaikan dengan baik?
- Apakah opini publik apabila iklan luar ruang dihilangkan?
Tujuan dari keempat pernyataan di atas adalah untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap keberadaan iklan-iklan yang sering mereka jumpai di lokasi tersebut. Kami tidak menggunakan kuesioner karena jawaban yang diberikan terhadap pertanyaan di atas bersifat kualitatif dan unik bagi setiap responden. Setiap responden memberikan jawabannya sesuai versi mereka sendiri karena setiap individu punya opini dan cara deskripsi mereka masing-masing untuk jawaban yang mereka berikan. Cara wawancara lain yang lebih kaku hanya akan membatasi jawaban responden.