Mohon tunggu...
Aga Yeppo Namza
Aga Yeppo Namza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo saya adalah Mahasiswa Teknik Elektro

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jenderal Achmad Yani Pahlawan Revolusi Indonesia

4 Juli 2024   19:30 Diperbarui: 4 Juli 2024   19:33 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jenderal Achmad Yani

Pahlawan Revolusi Indonesia yang Tak Terlupakan

 

Jenderal Achmad Yani, figur sentral dalam sejarah modern Indonesia, menonjol sebagai salah satu pahlawan revolusi Indonesia yang tatapan dan tindakannya telah membentuk nasib bangsa. Dikenal atas keberanian dan dedikasi tanpa batas untuk negeri, perananya dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 dan pengorbanannya selama Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI) telah mendorong semangat perjuangan kemerdekaan dan integritas nasional. Keterlibatan dalam perang kemerdekaan dan operasi militer tidak hanya membuktikan keahliannya di medan perang tapi juga kepemimpinannya yang visioner, menjadikan Jenderal Achmad Yani sosok yang dihormati sebagai salah satu dari 7 pahlawan revolusi Indonesia.

Kehidupan Pribadi dan Pendidikan

Jenderal Ahmad Yani lahir di Jenar, Purwodadi, Purworejo pada tanggal 19 Juni 1922, yang merupakan anak pertama dari pasangan M. Wongsorejo dan Murtini. Keluarga Jenderal bekerja di sebuah pabrik gula milik seorang Belanda, yang memberi pengaruh pada awal pendidikannya. Pendidikan formalnya dimulai di HIS Purworejo, namun hanya sampai kelas I sebelum ia pindah ke HIS Magelang, dan akhirnya menamatkan HIS di Bogor pada tahun 1935.

Masa Kecil dan Remaja

Sejak kecil, Jenderal Achmad Yani menunjukkan ketertarikan pada aktivitas militer, sering bermain perang-perangan dan menjadi pemimpin kelompok anak-anak di kampungnya. Ketenangan dan kepemimpinan yang ditunjukkan sejak dini membuatnya disegani dan dihormati oleh teman-temannya, bahkan sebelum ia memasuki pendidikan formal yang lebih serius.

Pendidikan Militer di KNIL

Setelah menamatkan pendidikan di MULO pada tahun 1938, Jenderal Achmad Yani memasuki dunia militer. Pada tahun 1940, meninggalkan sekolah menengah dan mendaftar sebagai aspiran di Dinas Topografi Militer Hindia Belanda di Malang, Jawa Timur. Namun, pendidikan militer ini terputus ketika Jepang menginvasi pada tahun 1942, yang kemudian mengubah jalan kariernya. Jenderal Achmad Yani sempat ditawan oleh pasukan Dai Nippon di Cimahi, tetapi tidak lama setelah itu, ia bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air) dan menjalani pelatihan militer lanjutan di Magelang. Prestasi yang dicapainya selama pendidikan militer di Bogor Jenderal Achmad Yani merupakan salah satu siswa terbaik yang membuatnya mendapatkan penghargaan berupa pedang samurai dari Kapten Yanagawa.

Perjalanan Karier Militer

Selama pendudukan Jepang, Jenderal Achmad Yani mengambil langkah penting dalam karier militernya dengan bergabung dengan PETA (Pembela Tanah Air) di Magelang pada tahun 1943. Ia menjalani pelatihan lanjutan dan meminta untuk dilatih sebagai komandan peleton, yang menunjukkan dedikasi dan kemauan kuatnya dalam bidang militer. Pendidikan militer ini berlanjut di Bogor, Jawa Barat. Setelah selesai, ia dikirim kembali ke Magelang sebagai instruktur tentara.

Tragedi G30S 

mamikos.com
mamikos.com

Pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, terjadi sebuah peristiwa yang mengguncang sejarah Indonesia. Gerakan 30 September (G30S) mencoba menculik tujuh anggota staf umum Angkatan Darat, termasuk Jenderal Ahmad Yani. Sekitar 200 orang mengepung rumah Yani di Jalan Latuhahary No. 6, Jakarta Pusat. Jenderal Achmad Yani memiliki sebelas tentara yang menjaga rumahnya, namun pada malam itu, enam orang tambahan yang seharusnya bertugas telah ditahan oleh pasukan cakrabirawa.

Detail Singkat Peristiwa G30S

Pada saat dini hari sekitar pukul 4 pagi, Paukan cakrabirawa menyerbu rumah Jendral Achmad Yani kemudian meminta salah satu anaknya untuk memanggilnya. Kemudian saat Jendral Achmad Yani menghampiri para pasukan cakrabirawa mereka meminta membawanya ke hadapan presiden, Jendral Achmad Yani meminta waktu untuk mandi dan berganti pakaian. Namun, ketika permintaannya ditolak, ia menjadi marah dan mencoba menutup pintu depan rumahnya. Salah satu pasukan cakrabirawa kemudian melepaskan tembakan, dan saat sudah tergeletak diseret dari dalam rumah ke depan rumah oleh para pasukan cakrabirawa. Tubuh Jenderal Achmad Yani dibawa ke Lubang Buaya di pinggiran Jakarta dan disembunyikan di sebuah sumur bekas bersama dengan jenderal yang dibunuh lainnya.

Penghormatan sebagai Pahlawan Revolusi

Tubuh Jenderal Achmad Yani dan keenam korban lainnya diangkat pada tanggal 4 Oktober dan diberi pemakaman kenegaraan keesokan harinya. Pada hari yang sama, Jenderal Achmad Yani dan rekan- rekannya resmi dinyatakan sebagai Pahlawan dari Revolusi dengan Keputusan Presiden Nomor 111/KOTI/1965, dan pangkatnya dinaikkan secara anumerta dari Letnan Jenderal menjadi Jenderal Anumerta. Gelar Pahlawan Revolusi adalah pengakuan atas jasa-jasa mereka dalam mempertahankan kedaulatan negara dan diberikan kepada perwira TNI yang gugur dalam peristiwa G30S/PKI.

Peristiwa tragis ini tidak hanya meninggalkan luka dalam sejarah Indonesia tetapi juga mengukuhkan posisi Yani sebagai salah satu tokoh kunci dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Keberaniannya dan pengorbanan yang ia buat untuk negara tetap diingat sebagai bagian dari warisan sejarah bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun