Â
Dibawah purnama, ragaku meronta
Terbelai terang cahaya nirwana
Berlindunglah dalam relung burung biru
Yang akan mengantar kepada yang dituju
    Â
Megah sayapnya burung biru
Menerjang rintangan, menghalau ragu
Jumantara Jawa hanya seperti debu
Yang terpental, terkibas kepak biru
      Â
Hai.....bisikan jiwa satria!
      Â
Ketika kantuk menjajah rutinitasku
Dan melamun menjadi sahabatku
Terbesit sebuah pikir dalam batin yang lugu
Bukankah banyak suaka budaya yang terlewati dan berlalu?
      Â
Karena sejatinya tiap kepak membawa arti
Menjadi sebuah pikir yang seharusnya diolah hati
Agar menjadi diri yang berjiwa satria
Layaknya gatotkaca putra bimasena yang melagenda
      Â
Hai....bisikan selat Jawa!
     Â
Ada kalanya burung biru lelah
Bertenggerlah kepada kura-kura besi yang megah
Di atas cangkang perkasa, jiwa ini bermawas
Melihat keagungan samudera yang luas
      Â
Purnama hadir saat miasma dingin menggelitik
Menyapu bulu mataku yang katanya lentik
Hingga tiba deru kura-kura besi
Membangunkan burung biru agar segera pergi
       Â
Hai.....Pulau Dewata
    Â
Burung biru mencapai tujunya
Melepas letihnya mencipta sarangnya
Melepas dahaga mengistirahatkan kepaknya
Membelai kakinya membasuh badanya
    Â
Namun daku terpaku dengan sinar perkasa
menyinari mata membasuh kalbu dengan Bagaskara
Seakan bersaksi akan niscaya yang menjadi nyata
Mengutuk jiwa agar selalu bersemayam dalam percaya
       Â
Dalam batin kuberkata
"Apakah ini rayuan pulau dewata?"
 Â
Sebuah Dokumentasi Perjalananku ke Pulau Dewata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H