Namun kami mencoba untuk memberanikan diri. Keesokan paginya, kami disambut hangat oleh guru dan anak anak yang membantu memasak sarapan kami.
Kami merasa terharu dengan perilaku ramah oleh warga sekolah Chum Chon Wat Huay Ruam. Di hari pertama, kami diperkenalkan kepada seluruh siswa dalam upacara pagi mereka.Â
Kami langsung masuk ke kelas yang sudah ditentukan jadwalnya. Kami ditugaskan di berbeda kelas. Walau awalnya memang terasa sulit menembus tembok bahasa, namun perlahan tapi pasti kami bisa memahami maksud para siswa dan guru guru.Â
Setiap jam 6 pagi, saya selalu melihat anak anak sudah sampai di sekolah untuk membantu memasak dan membersihkan sekolah sesuai piketnya.Â
Para siswa tak hanya menyiapkan sarapan untuk saya dan monique, tetapi untuk makan siang mereka nantinya. Saya melihat keuletan para siswa  dan sopan santun mereka terhadap orang yang lebih tua.Â
Kebaikan para warga sekolah tak hanya di situ, mereka juga mengadakan acara Natal untuk kami, walau warga sekolah tak ada yang beragama Kristen. Saya sangat terharu hingga menangis :"
Kebaikan mereka tak hanya sampai di situ, Saya dan Monique berencana untuk mengambil liburan tahun baru di Bangkok. Sehingga Teacher Cha, penanggung jawab kami, membelikan tiket perjalanan kereta pulang pergi dari provinsi Nakhon Nayok ke Bangkok.Â
Kami juga diantar ke stasiun terdekat dan dibawakan bekal makan. Lagi lagi kami dibuat terharu. Saya jadi merindukan ibu saya. Oh ya, karna kami berdua sama sama beragama Katolik jadi kami sering memakan daging babi ya di Thailand. Sayur di daerah saya menjadi relawanpun sangat susah didapat, saya harus berkendara selama 30 menit agar bisa makan salad sayur.Â
Di Bangkok, saya dan Monique membebaskan diri untuk berjalan jalan melihat Wat Arun, Istana Kerajaan Thailand, berbelanja, Kuliner dan berkunjung ke Katedral. Karna Kami sudah 2 minggu tidak pergi ke gereja hehe. Tanggal 1 Januari 2020, kami pulang ke Nakhon Nayok dan dijemput oleh Teacher Cha.