Mohon tunggu...
Agatha Kenshin
Agatha Kenshin Mohon Tunggu... Freelancer - 📍 Banyuwangi - Denpasar.

Tidak perlu menjadi orang lain agar disukai banyak orang, Tetaplah jadi dirimu sendiri yg tidak merugikan orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Karena Harta dan Tahta Bukan Segalanya!

7 Januari 2020   08:03 Diperbarui: 8 Januari 2020   10:32 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernah bermimpi

Siapa sih saya? Bukan siapa2. Bukan seorang dari kalangan yg berada, atau tokoh masyarakat yg harus menjaga nama baik keluarga. Namun, bukan berarti saya juga ada niatan tidak menjaga nama baik keluarga saya. Siapa sih yg mau nama baik keluarga tidak ada? Pasti semua selalu menginginkan nama keluarga dalam keadaan baik2 saja.

Dulu, semasa kecil saya pernah berjanji kepada kedua orang tua yg sederhana itu. Kelak akan membahagiakan mereka dengan menuruti semua keinginan mereka, ya. Saya ingin sukses, keinginan yg hampir seluruh umat inginkan.

Dan ternyata benar, Uang bukan segalanya.

Saya berfikir, dimasa itu, sekecil itu, mungkin dengan saya sukses dan punya banyak uang saya bisa membahagiakan kedua orang tua saya, karna memang pada saat itu saya melihat perekonomian keluarga saya benar2 diujung tanduk. Makan aja susah. Harus nunggu beras subsidi. Atau hutang di warung depan.

Mirisnya keadaan keluarga saya saat itu tidak pernah membuat saya minder atau malu untuk mengakui keadaan keluarga saya. Karna dalam hidup saya yg terpenting adalah Keluarga dan kebahagiaan mereka.

Hampir putus asa

Setelah beranjak dewasa. Saya bersyukur bisa masuk disalah satu sekolah menengah keatas di kota (karna memang rumah saya berada di ujung desa).

Disitulah seakan semua mimpi akan terwujud hanya karna masuk ke sekolah kategori negeri. Saya saat itu memang begitu polos, saya memang belum mengerti bahwa ternyata mencari uang untuk kita sukses bukan harus sekolah negeri, lalu melanjutkan ke universitas tertinggi dsb.

Maka, ketika saya lulus sekolah dan tidak bisa melanjutkan ke universitas karna biaya dan ketidakmampuan orang tua, saya begitu marah. Saya lepas kendali, saya berfikir " percuma selama ini belajar sampai jauh2 sekolah ke kota kalau akhirnya hanya berhenti disini saja ".

Saya tiba2 benci dengan keadaan saya yg semula saya tidak pernah memperdulikannya. Disisi lain ayah saya malah pergi alasan cari rejeki yg akhirnya bertahun2 tak kunjung kembali.

Bertahun2 itu pula saya terpuruk dari rasa kegagalan saya, yg bahkan saya sendiripun belum memulai apa2. Bertahun2 itu pula saya membenci ayah saya. Saya pergi dari rumah, tidak pernah pulang, atau bisa dibilang, saya menjadi Liar. 

Hingga pada akhirnya, 1th saya hidup diluar rumah, membuat ibu saya juga pergi meninggalkan rumah hanya karna ingin mencari uang untuk memenuhi semua keinginan saya, agar saya betah dirumah, katanya.

Mendengarnya, yg seharusnya saya mencegahnya,  saya malah membiarkannya pergi, dan yang pasti dengan air mata perpisahan. ' semoga taiwan bisa membuatmu sukses ya ibu ' hanya itu doa yg bisa terungkap. Ternyata ambisi saya untuk kuliah benar2 membutakan segalanya.

Akhir dari Segalanya

4th kemudian ayah saya berkunjung, yang entah bawa kabar apa, saya sudah tidak peduli lagi. Saya sudah pernah menanggapnya mati. Maka, ketika ia kembali, saya sudah tidak peduli.

Satu minggu saya mencampakannya, yg hampir setiap harinya beradu argumen kasar antara aku dengannya. Setelahnya tiba2 dia berubah, benar2 berubah. Tiba2 dia menjadi sosok ayah yg lembut dan penuh perhatian.

Aku luluh, hanya karna sikapnya yg itu. 3 hari berlalu, dan yah... Aku memaafkannya, memaafkan semua kesalahan yg pernah ia perbuat terhadap keluarga saya, memaafkan semua kesalahan yg ia sengaja/tidak. Sesingkat itu, dia bisa meluluhkannya.

Penyesalan

Tapi ternyata, Tuhan mengijinkanku bersama beliau hanya dalam waktu sesingkat itu. 3hari baikan, sorenya tiba2 sakit dan harus rawat inap, di hari ketiga pula, dirumah sakit, beliau tiba2 seolah sembuh dari sakitnya.

Dia seolah sudah sehat kembali, dengan senyum dan tawanya, dia berkata bahwa besok harus sudah boleh pulang. Ayah sudah sehat sudah bisa beraktifitas kembali. Mau gak mau pulang, dengan semangatnya dan bahagianya dia berucap itu semua.

Aku bahagia, benar2 bahagia. Akhirnya aku bisa memulai keluargaku dari 0 lagi. Tapi, lagi dan lagi, Tuhan berkehendak lain. Tepat di jam 6 pagi, beliau di ambilNya kembali kepangkuanNya. Gak bisa dibayangkan. Bertahun2 gak ketemu, hanya dalam waktu 6hari aku diberi kesempatan untuknya.

Ending

Kini, ketika aku sudah bisa menemukan apa kunci SUKSES itu, mereka, tujuan utamaku, bahkan tidak ada disampingku sekarang. Padahal, yg aku inginkan adalah moment sekarang ini, dimana aku bisa memberikan sesuatu untuk mereka dg hasil keringatku sendiri, meski bukan itu yg mereka harap.

Semua telah terjadi, dan berlalu. Saya hanya berbagi kisah dari pengalaman hidup saya sendiri. Agar yg membaca bisa tetap ingat dan bersyukur atas segala apa yg dimiliki sekarang, Karna percayalah.. Harta atau Tahta bukanlah segalanya !

Kunci Sukses

"sukses mengendalikan diri sendiri yg tidak mudah tergoda duniawi yg hanya bersifat sementara ini, Sukses jalani hiduo dengan rasa penuh syukur, sukses untuk selalu menempatkan diri/intropeksi diri agar mudah memaafkan yg akan menjadi jalan untuk kita melangkah lebih mudah dlkedepan "

Karna sebenarnya SUKSES itu ga harus lewat materi.

Agatha, 7 januari 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun