Mohon tunggu...
Money

Pro-Kontra Kenaikan Harga Cukai Rokok

5 Desember 2018   23:02 Diperbarui: 5 Desember 2018   23:28 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(pict: Liputan6.com/Faizal Fanani)

Jakarta, Rabu -- Pemberitaan yang semakin gencar akan harga rokok menjadi  Rp. 50.000,- semakin menjamur di masyarakat. Hal ini banyak mengundang pro dan kontra. Pasalnya, hal ini di anggap tak wajar karena bisa merusak pasar, dan produsen dari rokok itu sendiri. 

Jakarta (20 November 2018) -- "Kalau saya setuju engga setuju sih, setuju ya bisa jadi jaga kesehatan, engga setuju ya karena kemahalan" ujar Juan (21) seorang mahasiswa yang perokok saat ditanyai pendapatnya mengenai kenaikan harga.

Pemberitaan di media gencar mengenai naiknya harga cukai rokok. Dalam wawancaranya dengan BBC Indonesia, Direktur Jenderal Bea Cukai, Heru Pambudi mengatakan "Pemerintah masih mengkaji kenaikan tarif cukai rokok demi memenuhi target penerimaan cukai pada RAPBN 2017 sebesar Rp149 triliun." Ini sebabnya harga rokok akan naik juga. Namun, kepastian akan harga rokok menjadi Rp 50.000,- per bungkus masih akan dikaji ulang.

Selain karena cukai, pemberitaan kenaikan harga rokok ini disebabkan, telah beredarnya sebuah penelitian dari WHO bahwa pada tahun 2014, siswa sekolah usia 13-15 tahun di Indonesia mengungkap 36,2% laki-laki dan 4,3% perempuan mengonsumsi tembakau. Padahal mereka belum cukup umur untuk merokok. Hal ini semakin menjadi pertimbangan bagi pemerintah agar menaikkan harga rokok, agar anak-anak di bawah umur tidak mampu untuk membeli rokok.

Kenaikan harga rokok ini juga berpengaruh kepada para penjual rokok. Salah satunya Saeful (34), dia sudah menjual rokok di daerah semanggi sekitar 13 tahun. Dia mengakui bahwa, walaupun nantinya harga rokok naik, dia akan tetap berjualan rokok sebagai pendapatan sehari-hari. Bang Gendut, begitu sapaan akrabnya merasa bahwa kenaikan harga rokok ini juga bisa mendatangkan sisi positif. "Bisa jadi pendapatan buat negara, sama buat kesehatan juga biar anak-anak bocah engga mampu beli" katanya.

Harapan para perokok dan para penjual perokok ini untuk kedepannya tentang harga rokok ini adalah agar rokok tidak naik, agar tetap bisa merokok, dan penjualan bisa tetap stabil. Kalaupun naik, harganya masih terjangkau oleh para perokok.

Menurut Juan (21), walaupun nantinya harga rokok naik, dia tidak akan beralih ke rokok listrik atau biasa disebut vapor. Katanya "Wah kalau ngevape juga mahal ya mbak sekarang, harganya aja vapenya aja harganya bisa yang jutaan gitu. Terus apanya..Liquidnya juga mahal kan ya mbak Rp 500.000,-. Jadi ya paling saya enggak beralih. Saya paling ngerokok cuma sebatang doang, atau dua batang."

Naiknya harga rokok ini bisa menjadi sarana untuk mengurangi rokok dan memulai hidup sehat bagi para perokok berat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun