"Sementara paling engga dulu lah kalo minuman, gimana bawanya kan ribet ya"
Gendut dikenal sebagai tukang rokok yang bisa dihutangin oleh para pembeli. Ia juga tidak menagih-nagih utangnya seperti debtcollector. Ia hanya sekedar mengingatkan via Line / Whatsapp.Â
Baginya, dengan adanya utang-piutang bisa membangun relasi dengan para pembeli. Ia bisa jadi mengenal para pembelinya, bisa berbincang-bincang, tidak hanya sekedar beli rokok. Ajaibnya, dengan utang-utang itu, dia tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan cukup.
"Semua kebutuhan keseharian gue selalu terpenuhi. Ada aja yang suka kasi makan atau roti-roti" katanya sambil menyeruput kopi hitamnya dan rokok filter di antara jari tengah dan telunjuknya.
"Walaupun keluarga gue jauh, tapi gue ngga pernah merasa sendiri juga. Disini gue punya keluarga, sama anak-anak (para mahasiswa) tuh, si Bude (yang jual kopi dan gorengan), Pakde (penjual minuman sachetan), ada lu juga sama Rino (salah satu teman saya) yang pada perhatian banget sama gue ini" katanya dengan lirih.
"Ya walaupun kadang gue emang ngerasa kangen sih sama istri sama anak gue, tapi kalau udah ngumpul sama kalian-kalian suka lupa gue...heheh" ujarnya sambil terkekeh.
Belajar dari kehidupan Saeful Mumin yang jauh dari istri dan anak-anaknya, dan harus mencari rejeki di Ibu Kota membuat saya bersyukur akan kehidupan saya.
Bagi saya, Saeful Mumin alias Gendut bukan hanya sekedar penjual rokok biasa. Ia mengajarkan saya hidup ini tidak hanya sekedar mengeluh ini dan itu.
Hidup ini harus dijalanin dengan ikhlas. Jauh dari keluarga bukan hambatan. Keluarlah dari zona nyaman dan berusahalah lebih keras.