Mohon tunggu...
Ceritamakvee
Ceritamakvee Mohon Tunggu... Freelancer - Agata Vera

"Bersoraklah, dunia ini panggungmu" Selamat datang di akun liputan saya Kompasiana Twitter @makvee_vee Facebook Agata Vera Setianingsih Instagram ceritamakvee www.makveestory.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Ada Bhinneka Tunggal Ika di Harmoni Budaya Nusantara PBTY XIII

15 Februari 2018   20:24 Diperbarui: 15 Februari 2018   20:36 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seminggu ini intensitas hujan di Kota Yogyakarta mulai meninggi. Menurut prakiraan cuaca di gawai saya mengatakan puncak hujan akan terjadi sampai dengan Sabtu, 17 Februari 2018. Saya selalu mendengar dari teman-teman saya yang mengatakan bahwa. "Wah hujan deras sebentar lagi imlek"ada juga teman saya yang mengatakan kalau sebelum imlek tiba jangan potong rambut. 

Lalu ketika imlek makan buah-buahan dan makan makanan yang manis-manis. Kenapa begitu ya? Usut punya usut pantangan untuk memotong rambut, karena memotong rambut pada saat merayakan Tahun Baru Imlek sering dikaitkan dengan pemakaman. Sementara akan buah dan makanan manis diharapkan agar dalam setahun di 2018 perjalanan hidup lebih segar dan manis.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Sama seperti kalender perhitungan Jawa atau Islam, Imlek merupakan perayaan tahun baru seperti halnya pada perayaan tahun baru masehi atau tahun baru hijriah. Tahun baru untuk warga Tionghoa ini dirayakan setiap tahunnya, berdasarkan perhitungan kalender tahun China. Pada perayaan ini tiap tahun banyak sekali tradisi yang dilakukan oleh orang-orang keturunan Tionghoa. 

Biasanya mereka melakukan perayaan di rumah kerabat, berkumpul bersama keluarga,merayakan di restaurant, di kelenteng atau yang lebih meriah di tempat-tempat keramaian. Yogyakarta yang memiliki penduduk yang majemuk. Memiliki tempat wisata yang dekat dengan sentra perekonomian di Kota Yogyakarta. Kampung Ketandan tentunya sudah tidak asing lagi bagi para wisatawan yang ingin mengunjungi daerah pecinan di Kota Yogyakarta. 

Kampung Ketandan menjadi langganan perhelatan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta. Tahun ini PBTY telah dilaksanakan ke-13 kalinya atau sering  disebut dengan PBTY XIII. Perhelatan dimulai tanggal 23 Februari 2018 hingga 2 Maret 2018. PBTY XIII mengambil tema "Harmoni Budaya Nusantara" dan yang lebih wow adalah tahun ini adalah perayaan terlama Imlek di Kampung Ketandan.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Meskipun Imlek, tetapi tema tahun ini menurut pendapat saya pribadi sangat sesuai dengan Indonesia sekarang. Bhinneka Tunggal Ika yang kita hidupi nampaknya mulai tercemar dan terluka karena adanya oknum-oknum tertentu. Pada masa lalu etnis tionghoa sempat dikucilkan dan pernah mengalami perlakuan buruk lainnya. Mulai lunturnya kebangsaan kita karena sikap-sikap intoleransi dan anti keberagaman membuat kita terkadang merasa Indonesia telah jauh berbeda. Tema Harmoni Budaya Nusantara seolah mengingatkan kita tentang Negara Indonesia yang dibangun karena adanya keberagaman. Negeri ini bisa harum sampai manca negara karena keanekaragamannya.

Kampung Ketandan menjadi bukti diisolasinya etnis tionghoa sejak dari Jaman Belanda menjajah Indonesia. Tujuan pengucilan ini tentunya agar mereka etnis tionghoa ini tinggal di satu wilayah di Kampung Ketandan saja. Keharmonisan yang terjalin sejak jaman Tan Djin Sing dan keberadaan Kampung Ketandan yang telah beratus tahun menjadi saksi hubungan etnis Tionghoa dengan Jawa di Kota Yogyakarta. Perasaan saling menerima satu sama lain menjadi bukti bahwa bersatu itu lebih damai. Kampung Ketandan seolah menjadi bukti dan saksi sejarah bahwa berbeda itu indah dan selalu ada sukacita didalamnya.  

Pembukaan PBTY XIII sedianya akan dilaksanakan tanggal 23 Februari 2018 dengan festival. Pengisi festival pembukaan tersebut diantaranya Grup Drumband, Barongsay dari FOBI DIY, 6 finalis Jogja Dragon Festival XIII, Naga Batik Raksasa, dan Gendhawangan.

Tentunya PBTY yang tak pernah sepi kegiatan ini ramai dengan berbagai aktivitas menarik seperti kuliner masakan nusantara, lomba mandarin, lomba karaoke mandarin, story telling, tounge twister, chinesse calligraphy, chinesse painting, dan jianzi. Bagi anak muda tidak perlu khawatir untuk dapat meramaikan karena ada dance competition, band competition, pemilihan koko cici Yogyakarta 2018, pameran wayang potehi di Rumah Budaya Ketandan, Workshop mengecat kepala wayang potehi, dan selama PBTY XIII ini akan digelar "Imlek Light Festival so pretty kannn.

Kini masyarakat diajak untuk terus menghayati dan mengamalkan kisah  kebersamaan di Kampung Ketandan ini dalam relasi sehari-hari. Dengan  demikian Yogyakarta Istimewa tak sekadar slogan yang berubah menjadi  Jogja Berhenti Nyaman, namun mampu menjadi panutan dalam kehidupan bersama masyarakat khususnya di Kota Yogyakarta. Mari merayakan Tahun Baru Imlek 2018 dengan penuh kegembiraan dan rasakan kegembiraan  dalam kebhinnekaan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun