Mohon tunggu...
Ceritamakvee
Ceritamakvee Mohon Tunggu... Freelancer - Agata Vera

"Bersoraklah, dunia ini panggungmu" Selamat datang di akun liputan saya Kompasiana Twitter @makvee_vee Facebook Agata Vera Setianingsih Instagram ceritamakvee www.makveestory.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wage dan Cita-cita Kemerdekaan Indonesia

8 November 2017   00:22 Diperbarui: 8 November 2017   00:29 1037
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku akan terus melawan, sampai kering darah ini" -Wage Rudolf Supratman-

Sejarah perjalanan panjang kemerdekaaan Indonesia memang sangat lara bila diulas kembali. Mulai dari Romusha di jaman penjajahan Jepang, kerja paksa oleh Belanda, hingga banyaknya pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan membuat rakyat Ind onesia menderita. Pemuda Indonesia kala itu yang datang dari berbagai suku, bahasa, dan pendidikan bersatu padu menggalang kekuatan masa demi kemerdekaan Indonesia. Para pemuda yang berkumpul, saling bahu-membahu mengumpulkan kekuatannya masing-masinguntuk segera mengusir Belanda dari Indonesia. 

Organisasi-organisasi dibentuk untuk menanamkan ideologi kebangsaan agar semakin masuk ke dalam diri para aktivis muda jaman itu. Wage Rudolf Soepratman salah satu yang turut berjuang. Orang mengenal W.R Soepratman sebagi pencipta lagu Indonesia Raya. Seorang yang lurus, berpendirian kuat, tegas, pemberani, namun juga seorang yang perfeksionis terhadap sebuah karya. Perjuangannya dimulai ketika ia melihat orasi pemuda di sebuah gedung tua. 

Setidaknya itulah awalnya mengapa akhirnya ia benar-benar berjuang untuk Indonesia. Rendra Bagus Pamungkas aktor asal Purworejo ini mampu menjelma menjadi Wage Rudolf Supratman dengan penuh penghayatan.  Nama Wage Rudolf Supratman seringkali disebut-sebut sebagai seorang Nasrani. Namun kenyataannya Wage Rudolf Supratman adalah seorang Islam yang taat.

Kini Wage Rudolf Supratman telah dikukuhkan menjadi pahlawan nasional. Sebagai seorang komposer lagu, Wage Rudolf Supratman tentunya sering mengalami rasa lelah  dan tidak menemukan inspirasi untuk menyusun nada. Ia pernah bekerja pula di sebuah gudang untuk mempertahankan kehidupannya. Hingga akhirnya karena kesadaran dirinya Wage Rudolf Supratman mulai bergabung dengan organisasi pergerakan nasional yang akhirnya membuat dirinya banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan.

Di dalam sejarah juga diceritakan bahwa Wage Rudolf Supratman bergerak dengan mengerahkan semua talenta yang dimilikinya. Ya benar! Wage Rudolf Supratman adalah orang yang tidak gampang menyerah walaupun suasana Indonesia saat itu sangat tidak aman dimanapun. 

Rasa tidak senangnya terhadap penjajahan Belanda terus menerus memacunya untuk melawan. Ia membuat berita yang berisi ajakan untuk mengobarkan rasa persatuan diantara kalangan rakyat bawah. Rasa cinta Wage Rudolf Supratman semakin besar dari kehari dan membuatnya ingin menyumbangkan hal yang lebih besar. Baginya negeri ini lebih penting daripada nyawanya.

dokpri
dokpri
Selain membuat berita-berita kabar pergerakan, menulis lagu, ia juga membuat novel roman yang di dalamnya terselip gambaran penderitaan rakyat Indonesia. Sungguh seorang yang serbabisa bahkan dalam kesempatan yang sangat sulit. Usaha Wage Rudolf Supratman memang tak mengenal patah semangat. 

Bagi saya Indonesia layak memiliki pahlawan Wage Rudolf Supratman yang rela mengorbankan jiwa dan raga hingga nafas terakhirnya. Kamis, 9 November 2017 besok adalah penayangan pertama film Wage Rudolf Supratman. Film yang layak bagi para generasi milenial saat ini agar mengenal pahlawannya. Agar tidak mati rasa terhadap negara ini dan paham sejarah bangsa. Mari cintai Indonesia dengan menghargai para pahlawan. Salam satu Indonesia. Merdeka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun