Mohon tunggu...
Ceritamakvee
Ceritamakvee Mohon Tunggu... Freelancer - Agata Vera

"Bersoraklah, dunia ini panggungmu" Selamat datang di akun liputan saya Kompasiana Twitter @makvee_vee Facebook Agata Vera Setianingsih Instagram ceritamakvee www.makveestory.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bakar Abis di Kota Istimewa

26 Agustus 2017   21:38 Diperbarui: 26 Agustus 2017   21:49 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sering mendengar petuah dari Ibu saya untuk jangan menyiakan makanan yang kita ambil. Intinya jangan membuang-buang makanan. Bertanggung jawab pada makanan karena makanan adalah buah hasil karya Tuhan. Alasan yang memang bernuansa religius itu tertanam di pikiran saya. Ibu menceritakan kisah hidupnya, ketika itu simbah kakung dan simbah putri saya adalah seorang petani. 

Hidup petani kala itu tidaklah mudah. Hidup dari hasil panen saja tidak bisa menjamin kehidupan sehari-hari. Simbah putri kemudian bekerja dengan berjualan di pasar agar kebutuhan rumah tangga dapat tercukupi. Ibu saya masih SD saat itu, harus menyiapkan sarapan sendiri sebelum berangkat sekolah, karena simbah putri sudah pagi-pagi berangkat ke pasar. Maka, yang dilakukan adalah membuat makanan yang mudah yaitu membuat bubur dan membuat tempe bakar dengan kecap jika ada. Jika tidak ada ibu hanya membakarnya setelah dibaluri garam tanpa bawang putih.  

Membahas mengenai bebakaran, Yogyakarta kini semakin memiliki ragam kuliner yang variatif. Mulai dari makanan dalam negeri hingga makanan luar negeri bisa ditemukan dengan mudah di kota istimewa ini. Menuju senja saya bergerak menuju tempat janjian bersama teman-teman. Sebuah tempat makan baru yang terletak di jalan alun-alun utara, tempat yang mudah ditemukan. Lele bakar menjadi salah satu menu yang saya cicipi bersamaan dengan tenggelamnya matahari saat itu. Serasa membuka kenangan lama tentang masa kecil ibu dan tempe bakar.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Menu yang disajikan adalah lele bakar dan nila bakar. Jujur saya tidak suka lele yang dibakar, saya lebih suka lele yang digoreng kering. Juga pada dasarnya saya tidak terlalu suka ikan. Tapi mau tidak mau saya makan ikan juga sore itu. Karena makan bersama teman-teman yang sebagian besar telaten "ngrikiti" ikan sampai bersih. Wah wah saya memang harus berlatih lebih keras dalam hal makan ikan. Menu yang disajikan adalah iwak lele bebakaran kecap dan iwak nila bebakaran special. 

Entah kenapa begitu melihat pertama kali lele yang dihidangkan langsung jatuh cinta. Ini bukan lele bakar sembarangan. Lele bakar yang saya lihat di warung bebakaran teksturnya sangat menggoda. Warnanya hitam mengkilat sedap dipandang benar-benar bakar abiss!. Selera makan saya seketika bangkit karena ternyata si lele cantik ini satu paket dengan trancam dan sambal trasi. Lebih menyenangkan lagi adalah ada promo gratis es teh hingga akhir bulan Agustus ini.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Bercengkrama bersama teman menjadi lebih menyenangkan ditemani hidangan yang nikmat. Saya bisa lupa mengenai ketidaksukaan saya pada lele.Memang tak kenal maka tak sayang. Kalau kita tidak mencoba mengenal maka kita tidak akan mengenal dan paham rasa yang sesungguhnya. Nyatanya saya bisa menandaskan 1 piring nasi, 1 ekor lele bakar beserta trancam dan sambil trasi yang nendang. Walaupun bernama bebakaran, jika ingin memesan menu yang digoreng, bebakaran dengan siap sedia akan menghidangkannya. So ya makan enak makan sehat. Aku aja lemu!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun