Bila ditanyakan tentang kampung di daerah Yogyakarta utamanya daerah kos-kosan tepatnya jalan kampung kepada mahasiswa dari luar daerah yang sedang kuliah di Jogja, maka pendapat mereka hampir sama : Jogja adalah kota yang penuh polisi tidur. Di kampung-kampung manapun anda akan menjumpai polisi tidur dimana-mana. Macam-macam, ada yang rapat berdekatan seperti gigi gergaji, ada yang kecil runcing, ada yang besar seukuran manusia telentang sehingga sering menimbulkan suara meresahkan kalau beradu dengan blok mesin sepeda motor, yang memiliki celah seukuran ban motor di tengah maupun di pinggir dan jadi rebutan pengendara-pengendara dari arah saling berlawanan, sampai yang lumayan nyaman karena berbentuk trapesium landai dan panjang serta bergaris zebra.
Umumnya yang dipasangi polisi tidur adalah jalan-jalan kampung yang kebanyakan beralas paving block, walau ada juga sebagian jalan-jalan kampung beraspal yang tetap dipasang polisi tidur. Tujuannya jelas, agar pengendara motor yang lewat tidak ugal-ugalan dan melaju kencang dalam kampung sehingga membahayakan penghuni kampung. Polisi-polisi tidur ini tak jarang dilengkapi plang peringatan yang bernada mengancam, “Ngebut Benjut”, “Pelan-Pelan Banyak Pemuda”, sampai yang sopan seperti “Pelan-pelan banyak Anak-anak”, “Sepeda Motor dituntun kecuali Sepeda dan Tukang Pos”. Sangat khas kampung Jogja selain mural-mural di dinding.
Tapi benarkah semuanya demikian? Ternyata tidak. Ada sebuah dusun bernama Dusun Biru. Walaupun lebih tepatnya yang tidak berpolisi tidur adalah Dusun Biru RW 30 saja alias Dusun Biru Tengah dan Utara, mencakup 4 RT. Jalan-jalan disini benar-benar mulus tanpa polisi tidur, membentang di seluruh wilayah dusun sepanjang hampir 500 meter dari utara ke selatan dan 200 meter dari Barat ke Timur. Termasuk jalan-jalan kecil yang di tengah kampung. Dusun ini letaknya persis di sebelah lapangan dan Balai Desa Trihanggo Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dari pusat kota Yogyakarta jaraknya hanya sekitar 5 km. Jadi sudah termasuk daerah ramai di pinggiran kota. Sebagai gambaran disini harga tanah per meter mencapai 1 juta rupiah.
[caption id="attachment_202891" align="alignleft" width="643" caption="Dusun Biru di Google Earth"][/caption] Dusun Biru RW 30 bukan desa terpencil, sebaliknya adalah desa strategis dan jalan kampungnya juga menjadi akses untuk menuju desa-desa sekitarnya seperti Nusupan, Mipitan, Kaingan, Perumahan Nogotirto, Biru Demangan dan tembus ke ring troad barat. Jadi termasuk ramai. Dan selama ini tak pernah sedikit pun terbersit dalam pikiran warga untuk memasang polisi tidur, karena bagi mereka itu hanya akan menyusahkan diri sendiri. Dan sejak jalan-jalan kampung ini di-paving pada awal 2000-an, sampai saat ini belum pernah ada pengendara motor ugal-ugalan yang sampai menimbulkan kecelakaan di kampung Biru. Insiden yang pernah terjadi hanya kejadian seorang pengendara menabrak jemuran tetangga di tikungan karena asyik menyapa kawannya di seberang jalan.
Ini cukup unik karena penduduk Dusun Biru RW 30 rata-rata adalah penduduk desa yang sederhana, bermatapencaharian sederhana juga, dan bukan kaum intelektual. Namun kalau ditanya mengenai nihilnya polisi tidur di jalan kampung mereka, maka inilah jawabannya: Jalan itu dikeraskan supaya mulus, jadi tidak masuk akal kalau kemudian dibuat rintangan lagi. Sangat sederhana bukan? Kalau ditanya lagi bagaimana bila ada pengendara motor yang ngebut, maka jawabannya penduduk tetap positif dan menyenangkan: orang ngebut kan ada keperluannya, barangkali keluarganya sedang sakit, atau dia sendiri sedang kebelet buang air besar. Nah!
[caption id="" align="alignnone" width="323" caption="suasana jalan kampung di Dusun Biru"]
[caption id="" align="alignnone" width="330" caption="mulus"]
Barangkali anda punya tempat lain di Yogyakarta yang serupa Dusun Biru ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H