MENELITI SEBAGAI BAGIAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Hari gini komen-komen gak pakai data? Gak dipercaya en gak ngaruh buat kita-kita! Mungkin seperti itu ungkapan dalam bahasa gaul. Ungkapan itu mungkin terasa ringan saja didengar. Namun menyiratkan sebuah pesan yang dalam, bahwa data sangat penting dalam mengkaji dan memecahkan masalah. Data itulah salah satu nyawa penelitian. Lewat proses pengumpulan data dan analisis data, kesimpulan sebuah penelitian diambil. Â
Mau nggak mau kita menjadi peneliti dalam kehidupan sehari-hari. Meneliti dalam pengertian sehari-hari tentu dilakukan semua orang. Mau beli barang diteliti dulu, mau memutuskan sesuatu diteliti dulu. Pendek kata, semua orang selalu dituntut untuk teliti. Namun, meneliti atau riset dalam konteks kegiatan ilmiah tentu memiliki batasan dan pengertian tersendiri. Mungkin tidak semua orang melakukan dan berkesempatan melakukannya, namun secara langsung maupun tidak langsung kegiatan penelitian menyentuh dan berdampak pada kehidupan modern.
Profesi peneliti akan semakin dibutuhkan. Setidaknya sejak SMP kita telah diperkenalkan dengan metoda ilmiah. Perkenalan itu menuntun kita untuk masuk dalam logika ilmu dalam memandang dan menyelesaikan persoalan kehidupan. Lambat laun kita semakin dalam bercengkerama dengan nalar, merundingkan kenyataan yang ada dengan kebutuhan dan pencapaian yang hendak diraih. Menyiasati keterbatasan dan kendala dengan akal sehat. Metoda ilmiah itu telah menyeret kita dalam gerbong peradaban yang tak pernah berhenti berputar. Benang merahnya : logika-metoda ilmiah-penelitian-perubahan. Kalau anda bisa menjadi peneliti profesional, wah, tentu peran anda akan sangat dihargai.
MENELITI SEBAGAI KEGIATAN ILMIAH
Menurut Oxford Dictionary, definisi riset atau penelitian adalah :
The systematic investigation into and study of materials and sources in order to establish facts and reach new conclusions (investigasi sistematis terhadap dan kajian bahan-bahan dan sumber-sumber untuk menyusun fakta-fakta dan mendapatkan kesimpulan baru)
Dengan semakin tingginya tuntutan dan tingkat pendidikan, semakin banyak orang yang terlibat dalam riset. Misalnya untuk kepentingan tugas akhir di jenjang pendidikan yang ditempuhnya. Penelitian ilmiah adalah salah satu kegiatan terpenting terutama di perguruan tinggi. Di perusahaan-perusahaan pun kegiatan penelitian ilmiah,misalnya dalam konteks R & D menjadi tulang punggung inovasi produk yang mereka hasilkan.
DI Perguruan Tinggi, aktivitas penelitian ilmiah akan menjadi tolok ukur pencapain dan perkembangan akademik baik bagi individu civitas academica maupun institusi. Perguruan Tinggi yang kering dari aktivtas riset akan terlihat aneh atau setidaknya stagnan. Bayangkan, persoalan di luar sana berkembang, kompetisi di luar sana juga tidak berhenti, bagaimana outputnya akan bisa bersaing bila atmosfer penelitian ilmiah tidak tampak di perguruan tinggi yang menyaipkan SDM unggul untuk berkompetisi di dunia nyata.  Â
Tradisi meneliti terkuat salahsatunya ada di Jepang. Konon, di negeri matahari terbit itu segala sesuatu diriset dulu. Sampai ke hal yang sederhana alias remeh-temeh. Segala argumen didasarkan pada data dan fakta. Paten hasil penelitian di Jepang sangat banyak. Mungkin seluruh penduduk negri itu bisa makan dari paten itu saja. Sementara itu, kalau yang ilmu murni tentu saja ukurannya publikasi. Negara-negara maju tentu saja berkibar benderanya dengan gagah berani melalui publikasi di berbagai jurnal riset internasional. Tentu saja kita angkat topi pada para peneliti kita yang juga bisa menembus publikasi kelas dunia.
Walau kita masih jauh panggang dari api, tapi tradisi meneliti dan memperbaiki fondasi kerja-kerja penelitian di tingkat peneliti pemula bukan tidak mungkin bahkan harus selalu kita upayakan. Bukan begitu? Setidaknya kita bisa memperbaiki akal sehat bangsa ini dengan memangkas kebiasaan asal ngomong nggak pake data.
Penelitian sebagai tugas akhir. Bikin skripsi atau tesis biasanya menjadi syarat ketika mengambil S1 atau S2. Masih jarang di Indonesia ada progam setingkat itu yang non-riset. Di beberapa negara sih ada saja yang istilahnya by course, jadi gak perlu bikin penelitian. Jadi targetnya bikin beberapa paper aja per semesternya. Kayaknya itu lebih masuk akal deh daripada dipaksain akhirnya main tembak, copypaste alias plagiat atau dipesan di biro konsultan pembuat skripsi ya? Secara umum kita akan meneliti untuk menjawab persoalan atau masalah tertentu. Masalah itu mungkin pernah diteliti oleh peneliti lain sebelumnya. Atau setidaknya ada kemiripan. Namun orisinalitas dan otentisitas penelitian kita adalah pertaruhan terbesar kita. Masalah itu diidentifikasi, lalu dibatasi atau dipersempit lingkupnya dan dirumuskan secara spesifik. Dari persoalan itulah konstruksi penelitian itu kita bangun termasuk dalam menentukan judulnya.
Apa sih yang menjadi kendala peneliti pemula?
·        Merasa belum dapat judul yang tepat
·        Sulit merumuskan masalah
·        Gamang menentukan alat analisis
·        Rancu ketika membuat instrumen
·        Merasa lemah secara teori
Â
Berbagai kendala di atas tentu belum mewakili seluruh problem yang dihadapi peneliti pemula. Dan tidak semua kendala di atas bisa dijawab tuntas oleh tulisan ini. Tetapi, tulisan ini adalah refleksi dari pengalaman penulis mengolah data beberapa penelitian kuantitatif. Sehingga sedikit banyak ada bayangan untuk mengatasi berbagai kendala di atas.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H