Kenaikan suku bunga selalu menjadi isu penting yang dapat mempengaruhi berbagai sektor ekonomi, termasuk pendidikan tinggi. Di Indonesia, dampak dari kenaikan suku bunga terhadap pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) menjadi perhatian utama bagi mahasiswa dan orang tua.
 Ketika suku bunga naik, biaya pinjaman juga meningkat, yang pada gilirannya dapat membebani mahasiswa yang bergantung pada pinjaman pendidikan untuk membiayai kuliah mereka. Hal ini tidak hanya berdampak pada kemampuan mereka untuk membayar UKT tetapi juga mempengaruhi kesejahteraan finansial mereka secara keseluruhan.Â
Artikel ini akan membahas secara mendalam bagaimana kenaikan suku bunga mempengaruhi biaya kuliah, dengan menyoroti contoh-contoh konkret dari universitas di Indonesia.Â
Selain itu, akan diulas berbagai alternatif solusi yang sedang diperbincangkan di kalangan masyarakat dan akademisi, termasuk kebijakan pinjaman mahasiswa yang lebih terjangkau dan strategi universitas dalam mengelola biaya operasional tanpa membebani mahasiswa (Chumaidi, 2023).
Kenaikan UKT: Kasus Unsoed
Salah satu contoh kenaikan UKT yang cukup signifikan adalah di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed). Berdasarkan laporan dari Kompas, kenaikan UKT di Unsoed terjadi pada beberapa program studi. Misalnya, UKT Prodi Peternakan untuk Golongan 5 naik dari Rp 2.500.000 per semester pada tahun 2023 menjadi Rp 12.500.000 per semester pada tahun 2024. Sementara itu, UKT tertinggi di Prodi Hubungan Internasional melonjak dari Rp 3.500.000 menjadi Rp 14.081.000.
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unsoed menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap kenaikan ini dan meminta adanya evaluasi. Kenaikan yang tinggi ini dinilai memberatkan mahasiswa baru, terutama karena informasi mengenai kenaikan ini tidak disebarkan secara masif. Mahasiswa merasa terkejut ketika mengetahui besaran UKT saat proses registrasi, sehingga menimbulkan kesan "ditodong" oleh pihak universitas (Zulva, 2024).
Wacana Student Loan sebagai Solusi
Di tengah isu kenaikan UKT, wacana tentang student loan kembali mencuat. Menurut artikel dari Suara.com, sejarah student loan di Indonesia sudah dimulai sejak beberapa tahun yang lalu, namun belum mencapai popularitas yang signifikan. Student loan dianggap sebagai solusi untuk membantu mahasiswa yang kesulitan membayar UKT yang tinggi.
Student loan memungkinkan mahasiswa untuk meminjam dana pendidikan dengan skema pengembalian setelah mereka lulus dan bekerja. Meskipun ini menawarkan solusi jangka pendek untuk pembiayaan kuliah, keberhasilan skema ini sangat bergantung pada kemampuan lulusan untuk segera mendapatkan pekerjaan yang layak dengan gaji yang cukup untuk membayar kembali pinjaman mereka.
Dampak Kenaikan Suku Bunga terhadap UKT
Kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) memiliki dampak langsung dan tidak langsung terhadap pembayaran UKT. Secara langsung, suku bunga yang tinggi dapat meningkatkan biaya pinjaman yang harus ditanggung oleh mahasiswa yang mengambil student loan. Sementara itu, secara tidak langsung, kenaikan suku bunga dapat mempengaruhi kondisi ekonomi secara keseluruhan, termasuk kemampuan orang tua mahasiswa untuk membayar biaya kuliah anak-anak mereka.
Artikel dari Detik News menyoroti dampak jangka panjang dari kenaikan UKT. Selain membebani mahasiswa, kenaikan ini juga bisa mempengaruhi daya tarik perguruan tinggi di Indonesia bagi calon mahasiswa. Biaya kuliah yang tinggi tanpa disertai peningkatan kualitas pendidikan dapat membuat calon mahasiswa memilih alternatif lain, termasuk kuliah di luar negeri atau mengambil program pendidikan vokasional yang lebih terjangkau (Isdir, 2021).
Upaya Mengatasi Beban UKT
Beberapa universitas, termasuk Unsoed, telah menyediakan berbagai opsi untuk mengurangi beban UKT bagi mahasiswa. Misalnya, Unsoed memberikan kesempatan bagi mahasiswa yang tidak mampu secara ekonomi untuk mendapatkan bantuan melalui program Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, yang menawarkan bantuan finansial untuk menutupi sebagian atau seluruh biaya kuliah.Â