Pagi itu matahari muncul tidak malu-malu. Bahkan kabut dan awan pun tidak kuasa menahan si bintang raksasa itu. Rasa syukur pada Tuhan tak lupa terucap atas kesempatan indah untuk melihat terbitnya pagi di titik tertinggi di Taman Nasional Kelimutu, Nusa Tenggara Timur...
* * *
Libur bersama yang diberikan pemerintah tidak saya sia-siakan. Saya dan empat teman yang sedang melaksanakan program internsip bagi dokter di Nusa Tenggara Timur, tepatnya tiga teman di Maumere serta saya dan satu teman saya di Bajawa, merencanakan untuk menggunakan hari libur tersebut untuk mengunjungi Taman Nasional Kelimutu dan melihat Danau Tiga Warna yang dahulu ada di uang Rp. 5.000. Kami memilih untuk bertemu di kota Ende sebagai titik awal perjalanan kami.
Untuk mencapai Kelimutu perlu waktu kurang lebih 90 menit dari jantung kota Ende. Saya dan teman-teman menggunakan jasa penyewaan mobil beserta supirnya untuk mengantar kami ke Kelimutu. Demi mengejar waktu terbitnya matahari kami memutuskan untuk berangkat pada pukul 3 pagi. Setelah melewati perjalanan yang cukup menegangkan, karena sangat jalan berkelok-kelok dan gelap serta beberapa bagian jalan juga sedang diperbaiki, akhirnya kami tiba di gerbang masuk Taman Nasional Kelimutu.
 Kami harus membayar tiket masuk per-orang (Rp. 8.000) serta tiket masuk untuk mobil (Rp. 7.000). Turun dari mobil, hawa dingin serta hembusan angin membuat tubuh saya menggigil. Untunglah kami harus bergerak dan semi-hiking selama kurang lebih 15 menit untuk mencapai titik untuk melihat matahari terbit, sehingga tubuh tetap terasa hangat karena menghasilkan panas.
Tiba di tempat tujuan, langit mulai berubah menunjukkan bahwa matahari akan segera terbit. Sambil menunggu sang surya, rasanya momen ini sangat tepat untuk menikmati mie instan sebagai sarapan dan penghangat badan. Benar saja, setelah mie habis mentari akhirnya mulai muncul! Bahagia sekali rasanya hati ini bisa melihat terbitnya matahari di Kelimutu!
Ketika langit mulai terang, kami berfoto di depan tiga danau di Kelimutu. Pada saat kami datang satu danau sedang berwarna hijau toska, satu hijau dan satu berwarna hitam. Ketiga danau ini memiliki arti yang berbeda menurut masyarakat tempat. Menurut kepercayaan mereka, di Kelimutu arwah orng yang sudah meninggal akan beristirahat di salah satu danau berdasarkan tindakan yang mereka lakukan ketika hidup.Â
Jika berlaku baik, mereka akan beristirahat di Danau Orang Tua (berwarna hitam), jika jahat akan disiksa di Danau Orang Jahat (biasanya berwarna merah namun saat saya datang warnanya hijau), dan jika melakukan hal jahat dan baik akan berada di Danau Muda Mudi (berwarna hijau toska).
Catatan:
- Sebaiknya jika ingin menyewa mobil ke Kelimutu, pilihlah jasa penyewaan mobil yang terpercaya, karena salah satu rombongan teman kami sudah memesan mobil namun mobilnya tidak datang. Ternyata pengalaman seperti ini tidak satu dua kali terjadi. Oleh karena itu, pastikan bahwa mobil sewaan akan datang. Sedangkan untuk menyetir mobil sendiri menurut saya kurang aman karena medan yang dilalui cukup menantang dengan banyak tikungan tajam, perbaikan jalan, serta pencahayaan yang minim.
- Gunakan pakaian yang hangat atau windproof jika ingin berangkat subuh ke Kelimutu, karena angin bertiup cukup kencang dan hawa dingin.
- Pakailah sepatu yang nyaman karena jalan menuju tempat melihat danau cukup mendaki.
- Timing serta fate adalah komponen penting untuk menikmati indahnya Danau Kelimutu, karena seringkali kabut turun sehingga keindahannya tidak tampak.
- Akhirnya, nikmatilah keindahan alam Indonesia ini!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H